Milea Dan Sistem Ruang Dimensi

Lea pun melajukan kendaraannya keluar komplek kawasan elit tersebut untuk mencari mas-mas atau mbak-mbak penjual bakso kaki lima.

Beberapa menit berkendara akhirnya Lea pun menemukan mas penjual bakso di pinggir jalan tepat nya di sebrang jalan pemakaman umum daerah tersebut.

Lea pun memberhentikan mobil mewah nya tak jauh dari gerobak mas penjual bakso.

"Serem banget mas penjual bakso jualan nya berhadapan dengan makam." Gumam Lea memperhatikan sekitar yg tampak sepi hanya ada 1 keluarga yg terdiri dari ayah, ibu dan anak tersebut yg sedang memakan bakso dengan bahagia nya.

Lea tersenyum melihat pemandangan itu lalu dirinya pun keluar dari mobil nya untuk menikmati bakso yg sedari tadi sudah di bayangkan nya itu.

"Mas pesan dong bakso nya, satu porsi ya makan disini." Ucap Lea sopan pada penjual bakso.

"Oh iya neng, tunggu bentar ya, saya buatin dulu." Ucap mas penjual bakso.

Lea pun mengangguk dan ia pun duduk dengan meja yg bersebelahan dengan satu keluarga tersebut sambil menunggu pesanan nya siap.

Beberapa saat mas penjual bakso pun berjalan mendekati Lea dengan nampan yg berisi semangkok bakso dan es teh manis.

"Silahkan di nikmati neng." Ucap mas penjual bakso ramah.

"Baik mas, terimakasih." Ucap Lea tersenyum.

"Sama-sama neng." Ucap penjual bakso tersenyum lalu kembali ke tempat duduk nya dekat gerobak jualan sambil menunggu pelanggan lainnya.

Lea yg sedang menikmati makanan nya tak sengaja mendengar percakapan suami istri di sebelah nya.

"Mas, apa benar kamu di pecat di perusahaan itu,?" Ucap sang istri yg bernama Dina.

"Iya din, mau bagaimana lagi, kita hanya orang sederhana yg tidak punya latar belakang hebat, sekalinya di fitnah ya pasti gak bisa melakukan pembelaan walaupun kita tidak bersalah." Ucap suami nya yg bernama Fikri.

"Mungkin ini ujian kita mas, padahal gak lama lagi Lulu akan masuk SD, apalagi hidup di kota serba mahal." Ucap Dina.

"Maaf kan mas belum bisa membahagiakan kalian." Ucap Fikri sedih sambil melihat wajah putri kecil nya yg sangat lahap memakan bulatan bakso nya.

"NONA, PRIA YG BERNAMA FIKRI TERSEBUT ADALAH KANDIDAT YG PAS SEBAGAI ASISTEN PRIBADI NONA."

"Benarkah,? Apakah pilihan mu tidak salah tem.?" Ucap Lea.

"PILIHAN SISTEM TIDAK MUNGKIN SALAH, PRIA ITU ADALAH PRIA YG JENIUS LULUSAN SARJANA MANAJEMEN TERBAIK."

"Baiklah kalau begitu." Ucap Lea.

Lalu Lea pun menghabiskan makanan nya dan tak lupa membayar pesanannya, setelah itu Lea pun menghampiri keluarga kecil tersebut.

"Permisi mas, mbak." Ucap Lea dengan ramah.

"Iya mbak, ada apa ya.?" Ucap pasangan suami istri tersebut dengan raut wajah penasaran.

"Maaf kalau tadi saya sempat lancang mendengar obrolan kalian, apa benar mas nya baru saja di pecat.?" Tanya lea Dengan hati-hati takut menyinggung kedua nya.

"Iya mbak, suami saya baru saja di pecat dari pekerjaan nya karena di fitnah oleh teman nya sendiri." Ucap Dina sambil menghela nafas nya.

"Kebetulan saya lagi mencari asisten untuk menghandle perusahaan saya, apa mas nya bersedia bekerja bersama saya di perusahaan teknologi milik saya.?" Ucap Lea.

Kedua pasangan suami istri itu pun terkejut mendengar hal tersebut.

" Benarkah mbak." Ucap Fikri antusias.

"Iya mas, kenalkan nama saya milea Arabella Mahendra pemilik perusahaan teknologi terbesar di negara ini." Ucap Lea memperkenalkan dirinya.

"Saya Fikri mbak, ini istri saya Dina sedangkan gadis kecil di sebelah saya adalah anak kami lulu." Ucap Fikri.

"Baik mas, besok sore datang lah ke kediaman saya di kawasan elit golden estate, ini alamat nya, bawalah juga mbak Dina dan si kecil Lulu ini. " Ucap Lea sambil memberikan kartu nama milik nya.

"Baik, baik terimakasih nona bos." Ucap Fikri yg langsung mengubah panggilan nya.

"Kalau begitu saya permisi mas, mbak, Lulu." Ucap Lea tersenyum membelai kepala lulu dengan lembut lalu pergi meninggalkan keluarga kecil tersebut.

"Mas, akhirnya kamu mendapatkan pekerjaan yg layak." Ucap Dina menangis lalu memeluk tubuh suami nya.

"Iya din, mas juga gak nyangka, mungkin ini rezeki berkat kesabaran dan keikhlasan kita din." Ucap Fikri terharu.

"Iya mas, kamu jangan sampai mengecewakan nona bos, ini adalah kesempatan kita buat memperbaiki ekonomi kita mas, agar Lulu bisa bersekolah." Ucap Dina.

"Iya din, aku berjanji akan mengabdi dan menjadi asisten yg jujur." Ucap Fikri.

Keluarga kecil itu pun tersenyum lega dan bahagia sambil sesekali mengajak anak nya bercanda.

Dari kejauhan tepat nya di dalam mobilnya, Lea tersenyum melihat hal itu.

"Ternyata melihat kebahagiaan orang lain bisa membuat hati kita juga ikut bahagia." gumam Lea.

"SELAMAT NONA MENDAPATKAN BERBAGAI MACAM SENJATA YG ADA DI DUNIA INI."

" Hah , senjata, maksud nya gimana tem.?" Ucap Lea bingung.

"BOM DAN SENJATA YG DAPAT MEMBUNUH APAPUN."

"Gila, memang nya mau perang tem, gudang berlian kek apa kek." Ucap Lea menghela nafas berat.

"BERSYUKUR LAH NONA."

"Huh, yaudah deh, senjata pun rezeki juga, biar bisa bunuh pengkhianat dor." Ucap Lea cekikikan sambil memperagakan layak nya menembak dengan jari telunjuk dan ibu jari di arah kan ke depan.

Lalu Lea pun menjalankan mobil nya untuk segera pulang ke mansion milik nya.

Mobil Lea pun melintasi area sepi, dirinya sengaja pulang lewat jalan lain, agar bisa melihat-lihat suasana malam hari nya kala berkendara.

CIIIIT

Bunyi ban mobil Lea bergesekan dengan aspal tatkala dirinya melihat seorang pria yg berjalan terseok-seok sambil menghentikan laju mobil Lea.

"Mau mati kah tu orang, sembarangan banget menghentikan mobil dengan tiba-tiba." gumam Lea kesal.

"Tolong, tolong saya, uhuk uhuk." Ucap pria asing tersebut dengan suara lemah.

Lea pun membuka kaca mobilnya perlahan, dan tampak lah pria tampan dengan bibir yg mengeluarkan darah serta bagian dada nya meremas darah segar.

"Tolong saya." Ucap pria itu sekali lagi sambil menekan dada nya yg berlumuran darah.

Lea pun membuka pintu mobil nya, lalu pria tampan itu pun masuk ke dalam mobil Lea dengan bersandar lemah, lalu Lea pun menutup pintu mobil mewah nya dan setelah itu Lea pun melaju kan mobil nya hendak membawa pria itu ke klinik terdekat.

"Jangan bawa saya ke rumah sakit, atau pun puskesmas." Ucap pria itu dengan lemah.

"Lalu, mau di bawa kemana, kau sedang sekarat saat ini." Ucap Lea bingung dengan permintaan pria asing di samping nya tersebut.

"Kemana saja, asal jangan rumah sakit." Ucap pria itu dengan nafas tersengal.

Lalu Lea pun mau tak mau membawa pria tersebut ke kediaman nya dan akan menghubungi dokter pribadi saja.

Sedangkan di pinggir hutan dimana Lea bertemu dengan pria asing itu, keluar lah sekelompok orang berpakaian hitam.

"Arrghh sial, padahal ini adalah kesempatan kita untuk membunuh nya." Ucap salah satu pria yg bertubuh tinggi dan besar.

Lalu orang-orang berpakaian hitam itu pun pergi dan menghilang di kegelapan malam seperti sudah terbiasa dengan hal tersebut.

Bersambung.