Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan melawanku
Anna bangun dari tidurnya kala sinar matahari pagi yang menyilaukan menembus melalui jendela kamar. Tubuhnya terasa nyaman bergelung di ranjang king size yang empuk dan hangat itu. Anna berusaha membuka matanya sambil menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya.
Ketika dia sadar, Anna duduk dan bersandar di tempat tidur. Baru saja bangun, matanya sudah disuguhkan pemandangan indah. Sosok pria bertubuh kekar dan berotot sedang memamerkan tubuh indahnya padanya. Anna diam sambil memperhatikan Leon memakai pakaian kerjanya. Mimpi apa dia tadi malam sehingga mendapat pemandangan indah pagi ini.
Leon membelakanginya sambil bercermin di sebuah cermin besar. Pria itu bisa melihat Anna yang sedari tadi memandanginya. Ketika dia berbalik, Anna langsung mengalihkan pandangannya.
"Sudah bangun rupanya." ucap Leon. Leon kini sudah memakai kemejanya. Rambut pria itu masih basah dan hidungnya terlihat bangir. Pria itu terlihat tampan dan menggoda pagi ini.
Anna mengangguk dan bangun dari tempat tidur. "Hari ini ada kegiatan apa?" tanya Leon sambil melilitkan ikat pinggangnya.
"Entahlah. Mungkin hanya di rumah saja." jawab Anna santai.
"Mau ikut ke kantor?" tawar Leon. Pria itu akan sangat senang jika gadis itu ikut menemaninya bekerja. Dengan begitu ia tidak perlu was-was meninggalkan gadis ini.
Tentu saja Anna tidak mau, "Untuk apa aku ikut? Aku rasa tidak perlu." tolak Anna. Ia tidak mau semakin sering berada di dekat Leon.
"Ya sudah kalau tidak mau. Tapi..." Leon mendekat, memberikan seringaian licik membuat Anna curiga. "Biarkan aku mencicipi bibirmu sebelum aku berangkat kerja." Anna terhimpit hingga ia terjatuh di atas ranjang. Leon langsung menumpukan lututnya di tepi tempat tidur, mengurung Anna di bawah tubuhnya yang besar.
Anna menahan nafas, tubuh Leon yang wangi dan segar membuat tubuhnya lemah. "Leon, kumohon jangan lakukan ini." sambil berusaha mendorong dada pria itu.
Leon sama sekali tidak bergerak, malah semakin menekan tubuh Anna. Bibir Anna terlalu menggoda imannya pagi ini. "Tidak mau. Satu harian kita tidak akan bertemu. Aku butuh mencicipi bibirmu agar aku semangat bekerja."
"Dasar gila." umpat Anna. "Baiklah aku akan ikut denganmu." akhirnya Anna menyerah.
Leon tersenyum puas, ia mencuri kecupan di bibir Anna sebelum melepaskannya. "Kau..." mata Anna melotot, tapi tidak berdaya melawan pria itu.
Leon yang berhasil membuat Anna menurut padanya tersenyum senang. "Kalau begitu bersiap-siaplah. Dandan yang cantik."
Beberapa menit kemudian Anna sudah siap mengenakan setelan santai. Celana jeans berpadu dengan blouse yang Leon belikan, ditambah sepatu flat yang entah sejak kapan ada di wardrobe nya, membuat Anna tampak seperti mahasiswa.
Penampilan Anna berhasil membuat Leon terpukau. Sebelumnya ia belum pernah berhubungan dengan gadis yang jauh lebih muda darinya karena ia menganggap mereka lebih manja dan kekanakan. Tapi gadis ini sangat berbeda dengan yang lainnya. Anna seperti memiliki magnet yang membuatnya tertarik.
Hati Diana senang melihat putra dan menantunya akhirnya akur kembali. Di mata wanita itu, Anna adalah pasangan yang cocok untuk putranya. Anna memiliki semua kesempurnaan yang dia inginkan.
Ketika Anna dan Leon sampai di kantor, keduanya menjadi bahan perhatian semua orang. Selain karena ketampanan bos mereka yang selalu menarik perhatian, Anna, istri bos mereka yang akhirnya mereka lihat setelah sekian lama. Beberapa dari pegawai bersikap sopan dan beberapa yang merupakan penggemar Laura berdecih tidak menyukai Anna.
"Temani aku bekerja hari ini, lakukan apapun yang kau suka, anggap saja rumah sendiri." ucap Leon begitu mereka sampai di ruangannya.
Anna mengiyakan dengan acuh tak acuh sembari menyusuri ruangan yang membosankan itu. Ruangan itu dipenuhi rak buku, meja kerja Leon dan sebuah sofa. Untungnya ruangannya memiliki jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan kota, sehingga tidak membuat Anna sesak nafas di sana.
Anna duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, sementara Leon mulai bekerja di meja kerjanya. Keputusan membawa Anna ke kantor ternyata adalah hal yang salah. Matanya tidak berhenti melirik ke arah Anna yang asik sendiri.
Pintu ruangan Leon terbuka, seorang wanita cantik masuk sambil membawa setumpuk dokumen. Penampilan wanita itu membuat Anna tidak berhenti menatapnya. Rok ketat selutut, kemeja kekecilan dengan kancing yang hampir lepas di bagian dada serta sepatu hak tinggi yang tentu membuat semua laki-laki tidak tahan melihatnya.
Wanita itu melirik Anna sekilas lalu mengabaikannya. Ia tersenyum manis pada Leon. "Pak Leon, ini kontrak yang harus Anda tinjau." sambil meletakkan dokumen di meja Leon.
"Hem..." Leon menjawab cuek, "Letakkan di situ." Leon melirik Alysa, sekretarisnya yang masih berdiri di sana. "Ada apa Alysa?"
"Apakah saya perlu membawa perempuan itu keluar untuk menghirup udara segar? Sepertinya dia bosan dan mungkin Anda akan terganggu saat bekerja." ucap Alysa tanpa melirik perempuan yang dimaksud.
"Perempuan?" tentu Leon tahu Alysa tidak bermaksud baik. "Maksudmu istriku?"
Alysa yang pandai berlakon pura-pura terkejut, "Ah istri? Benarkah? Saya tidak tahu Pak." tentu Alysa sengaja mengatakan itu. Jelas-jelas dia mengenal Anna sebagai istri Leon. Namun secara tidak langsung ia mengatakan bahwa Anna tidak cocok menjadi istri Leon.
Leon menghembuskan nafas kasar, "Sayang, kemari." ia bersandar di kursi kerjanya sambil tersenyum manis pada Anna.
Anna yang mendengar panggilan itu merinding. Meski begitu ia tidak bisa menolak perintah Leon. Ia berjalan perlahan menuju meja Leon. Begitu Anna mendekat, Leon menarik Anna dan mendudukkan Anna di pangkuannya. Anna terkesiap, begitu juga Alysa yang tidak menyangka tindakan Leon.
"Lihat wajahnya baik-baik. Perempuan yang kau maksud ini adalah istriku." kini suara Leon terdengar tidak bersahabat. "Di perusahaan ini, istriku juga bos kalian. Perintahnya adalah perintahku. Jadi katakan pada pegawai lainnya untuk menghormatinya seperti kalian menghormatiku."
Alysa menciut, dia menundukkan wajahnya. Tadi dia melihat Leon terlihat cuek pada Anna ketika datang ke kantor. Ia mengartikan hubungan keduanya tidak baik, mengingat mereka menikah karena terpaksa. Maka dari itu dia berani berkata tidak sopan seperti tadi.
"Mengerti Alysa?!"
"Saya mengerti pak." jawab Alysa, kini dia tidak berani bersikap sinis dan angkuh seperti tadi.
"Pergilah. Dan sekali lagi, biasakan mengetuk pintu sebelum masuk ke ruanganku."
Alysa mengangguk kemudian keluar dari sana dengan hati yang kesal.
"Sudah selesai? Turunkan aku." kini Anna memberontak. Sedari tadi dia diam karena Leon benar-benar mengunci pergerakannya.
"Tunggu dulu. Aku sudah lelah bekerja dari tadi. Mari kita bermain-main sebentar." ucap Leon dengan seringaian licik di wajahnya.
Anna sudah was-was Leon bertindak tidak senonoh terhadapnya. Namun dia tidak bisa melawan karena Leon sangat kuat menahannya.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️