NovelToon NovelToon
Cegil Kesayangan Drexler

Cegil Kesayangan Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Diam-Diam Cinta / Murid Genius / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Enemy to Lovers
Popularitas:28k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Titik sensitif Lyra

...0o0__0o0...

...Ekor mata Lyra menangkap sosok yang ia cari — Sinta....

...Gadis itu sedang berdiri di depan cermin ruang ballet, memutar-mutar sepatu balet barunya, tertawa kecil bersama dua temannya....

...Lyra berjalan mendekat....

...Langkahnya ringan tapi pasti — seperti ratu yang melangkah ke singgasananya sendiri....

...Begitu suara sepatu Lyra terdengar di lantai marmer, ruangan mendadak senyap....

...Semua mata menoleh....

...“Punya waktu sebentar, Sinta ?” ucap Lyra pelan....

...Nada suaranya terdengar ramah di permukaan, tapi dingin dan tajam di bawahnya....

...Sinta menoleh, senyumnya langsung mengembang....

...“Oh, Lyra. Lo pasti sudah dengar soal kompetisi itu, ya ?” ujarnya manis, pura-pura polos. “Gue juga kaget, sumpah. Gue nggak nyangka bakal di pilih.”...

...Lyra melipat tangan-nya di dada. “Oh, ya ?”...

...Suaranya pelan — nyaris seperti bisikan. Tapi cukup untuk membuat dua teman Sinta saling pandang panik....

...Sinta tersenyum kecil, menatap Lyra dari atas ke bawah....

...“Ya ampun, Lyra. Kenapa sih setiap gue dapat sesuatu, Lo selalu berpikir gue merebutnya dari Lo ?” katanya, nada suaranya lembut tapi penuh sindiran halus. “Mungkin... dunia mulai melihat siapa yang lebih bertalenta, kali ya ?”...

...Sekilas, senyum Lyra tampak tak berubah — tapi sorot matanya menajam seperti bilah pisau. Ia melangkah pelan mendekat, menatap refleksi Sinta di cermin....

...“Bertalenta ?” Lyra mengulang kata itu lembut. “Atau murahan ?”...

...Sinta terdiam sepersekian detik, lalu tertawa kecil. Suara tawanya manis, tapi menusuk....

...“Gue cuma mencoba bakat gue, Lyra. Tidak seperti seseorang yang selalu hidup di bawah bayangan nama besar keluarganya.”...

...Ruangan jadi benar-benar hening....

...Bahkan bunyi jarum jam terasa keras di telinga....

...Lyra tersenyum lagi, tenang — terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja di sindir seperti itu....

...Gadis itu mendekat ke arah Sinta, berbisik di telinganya tanpa kehilangan senyum. “Lo boleh meniru gaya gue, bahkan mencuri panggung gue, Sinta. Tapi Lo gak akan pernah bisa meniru darah gue.”...

...Lyra mundur satu langkah, menatap Sinta lewat pantulan kaca. “Gue ingin lihat…” suaranya tenang tapi menggigit, “seberapa lama sepatu balet itu bisa bikin lo tetap berdiri.”...

...PLAK..!...

...PLAK..!...

...Dua tamparan mendarat cepat di pipi Sinta—keras, hingga sudut bibirnya robek dan pipinya berwarna merah menyala....

...Sinta menatap balik, matanya menyala penuh amarah. Tapi sebelum ia sempat bicara, Dina sudah maju menahan di depan....

...“Apa-apaan lo, bangsat!” hardiknya lantang. “Sinta kepilih karena dia pantas, bukan karena ngerampas!”...

...Lyra tetap diam, menatap Dina datar dengan tatapan menusuk seperti bilah kaca. ...

...“Dina…” ucapnya dingin. “Jangan ikut campur. Kecuali lo pengen nyari makan di jalanan.”...

...Dina terdiam, tapi dagunya tetap terangkat, menolak tunduk....

...Lyra mendekat, menyelipkan anak rambut Dina ke belakang telinga dengan gerakan terlalu lembut untuk maksud sekejam itu....

...“Listen to me…” bisiknya pelan. “Gue putri tunggal keluarga Valenstein. Lo masih bisa sekolah di sini karena gue masih butuh mainan.”...

...Tangan Lyra mencengkeram rambut Dina, menjambak kuat sampai kepala gadis itu terdongak ke atas....

...“Hari ini gue lagi gak pengen main. Jadi jangan ikut campur sebelum lo dan keluarga lo gue hapus dari peta.”...

...BUG..!...

...Tendangan Lyra menghantam perut Dina. Gadis itu terjatuh, mengerang pelan di lantai, memegangi perutnya....

...Sinta menatap temannya yang jatuh, tapi tak bergerak membantu. Ia malah melangkah maju, suaranya dingin penuh jijik....

...“Lo selalu gunain kekuasaan buat injak orang lain.” Tatapan-nya tajam. “Lo pikir lo hebat ? Lo cuma anak dari wanita sakit jiwa, Lyra.”...

...Kata-kata itu menyalakan api....

...Seketika dada Lyra naik turun, matanya membara, tapi ekspresinya tetap tenang—tenang yang menakutkan....

...“Dan lo,” ucap Lyra lirih tapi mematikan, “terlalu berani... untuk anak haram yang bahkan gak tau siapa bapaknya.”...

...PLAKK..! ...

...PLAKK..!...

...Tamparan Lyra layangkan ke pipi Sinta jauh lebih keras, menggema di ruang latihan....

...Belum sempat bereaksi, Lyra mencekik leher Sinta, mendorongnya ke cermin....

...“Sepertinya lo udah bosen hidup,” desisnya, menekan makin kuat cekikan-nya....

...Sinta memukul-mukul tangan Lyra, wajahnya memerah, napasnya tercekik. “Le-le-lepas…” gumam-nya putus-putus....

...Lyra menatapnya, tersenyum kecil—senyum yang terlalu indah untuk situasi sekejam itu....

...“As you wish.”...

...BRUK..!...

...Lyra mendorong keras. Tubuh Sinta menghantam cermin hingga suara dentingnya menggema di seluruh ruangan....

...Dua temannya menjerit tertahan, berdiri kaku dengan tubuh gemetar. Beberapa murid di belakang sudah mengangkat ponsel...

...Tak ada satu pun yang berani menolong. Bahkan untuk mendekat saja mereka tak punya nyali....

...Semua tahu — Lyra bukan gadis yang bisa di sentuh, apalagi di serang dengan mudah tanpa konsekuensi....

...Dan Sinta… sudah lebih dari sekadar menyenggol, dia baru saja menekan titik paling sensitif di jiwa Lyra....

...Sret..!...

...Lyra menarik rambut Sinta kasar. Gadis itu yang baru sempat menarik napas kini kembali tercekik, tubuhnya terseret tak berdaya....

...Langkah Lyra tenang — terlalu tenang — saat ia menyeret Sinta ke luar ruangan....

...Begitu mereka menjejak koridor, murid-murid langsung menyingkir, membentuk jalur kosong seperti barisan pasukan yang tunduk pada komandan-nya....

...Puluhan kamera ponsel terangkat bersamaan, merekam tanpa suara. Tak seorang pun berani bersuara, apalagi bergerak....

...Lyra terus berjalan, menyeret rambut Sinta seperti menarik sampah yang tak lagi bernilai. Tatapan-nya lurus ke depan tajam, gelap, tanpa emosi....

...Sinta menjerit tertahan, kedua tangan-nya mencengkeram pergelangan Lyra yang mencengkam rambutnya kuat. Kulit kepalanya seperti terkelupas, matanya berair menahan sakit....

...“Tolong… tolong, lepasin gue! Anjing! Dasar iblis!” jeritnya parau, suaranya pecah....

...Lyra berhenti sejenak. Kepalanya sedikit miring, bibirnya melengkung samar — bukan senyum, tapi ejekan halus yang menakutkan....

...“Iblis…” bisiknya tenang, “dan sekarang, lo baru sadar… Lo barusaja ngebangunin iblis gue yang udah lama tidur.” Tangan-nya menarik lebih keras lagi, langkahnya kembali mantap....

...Koridor itu terasa sunyi, hanya suara gesekan sepatu dan napas tercekik Sinta yang terdengar....

...Sebuah pemandangan yang akan di ingat semua orang dan di rekam selamanya....

...Mereka yang menyaksikan—merekam semua adegan, tak berani bersuara....

...Dari arah belakang, langkah cepat dan suara napas berat terdengar....

...Bagas berlari tergesa dari tangga, wajahnya keras, matanya liar saat melihat Sinta di seret di hadapan banyak orang....

...“Lyra! Lepasin cewek gue, bangsat!” teriaknya, suaranya menggema dari lantai dua....

...Lyra tak menoleh. Ia sudah berada di lantai satu, melangkah lurus menuju lapangan terbuka. Teriakan Bagas hanya angin lewat di telinganya....

...BUG..!...

...Sebuah tendangan menghantam keras, penuh amarah....

...Namun Lyra bergerak cepat. Tubuhnya berputar ringan ke samping, elegan tapi tepat sasaran....

...Tendangan itu meleset, menghantam punggung Sinta dengan brutal....

...BRUK..!...

...Tubuh Sinta terhempas keras ke tanah lapangan, debu berhamburan....

...Ratusan pasang mata memandang tanpa suara. ...

...Hening....

...Hanya ada suara napas berat Bagas dan ringisan Sinta yang kesakitan....

...Lyra menatapnya, datar....

...Bagas mendekat, matanya membara. “Gue udah bilang jangan ganggu cewek gue, Lyra.” Tekannya geram....

...Lyra mengangkat jari telunjuk ke bibir, gerakan-nya pelan tapi menusuk. “Ssst… jangan ikut campur, Bagas,” ucapnya dingin. Tatapan-nya tajam seperti bilah kaca....

...Bagas membeku sejenak. ...

...Ada sesuatu di mata Lyra—sesuatu yang dulu ia cintai, kini berubah jadi kegelapan murni....

...Di sisi lain, Giva dan Vika menerobos kerumunan setelah melihat video yang sudah tersebar di grup sekolah....

...Langkah mereka cepat, ekspresinya membeku saat melihat Sinta tergeletak di tengah lapangan, tubuhnya bergetar, air matanya jatuh membasahi tanah. Kondisinya sangat berantakan....

...“Bagas… tolongin gue…” suara Sinta parau, memelas....

...Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya—...

...BUG..!...

...Tendangan Lyra mendarat tepat di mulutnya. Tubuh Sinta terpental, darah menetes di tanah....

...Kerumunan siswa menahan napas....

...Bagas melangkah cepat, wajahnya merah padam. Ia menarik tangan Lyra kasar....

...PLAK..!...

...Satu tamparan keras mendarat di pipi Lyra. Suara itu menggema, menembus heningnya lapangan....

...Suasana langsung membeku....

...Semua pandangan tertuju pada mereka berdua....

...“Lo makin gila, Lyra,” ucap Bagas berat, rahangnya menegang. “Gue nyesel pernah cinta sama lo.”...

...Lyra hanya terkekeh kecil. Ia mengusap sudut bibirnya, menatap darah segar di ujung jarinya....

...Belum sempat ia membalas, Giva dan Vika sudah maju bersamaan....

...“Cowok banci,” sergah Giva, mendorong bahu Bagas keras. “Beraninya main tangan sama perempuan ?”...

...Bagas menatapnya tajam. “Temen lo duluan yang nyerang cewek gue, bangsat!”...

...Giva tertawa renyah, penuh ejekan. “Definisi ‘tumbu nemu totop,’ kata orang Jawa,” sindirnya pedas....

...“Apa maksud lo, hah ?!” Bagas menatap dengan marah....

...Giva bersedekap, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan senyum menghina....

...“Sederhana,” katanya tenang. “Yang satu sampah, dan lo… tong sampahnya. Cocok, kan ?”...

...Beberapa murid tak tahan menahan tawa, menutup mulut mereka erat-erat....

...Ketegangan di udara menebal, listrik seolah bergetar di antara mereka....

...“Lo…” Bagas menunjuk tajam ke arah Giva, tapi belum sempat lanjut—...

...Vika menepis kasar tangannya, menatap dari atas ke bawah. ...

...“Bagas Maheswari…” suaranya pelan, tapi tajam. Ia sempat melirik ke arah belakang. Senyumnya melebar. “Tamatlah riwayat lo.”...

...Kerumunan langsung bergeser, membuka jalan....

...Langkah berat terdengar… Drexler, bersama dua sahabatnya, melangkah masuk ke tengah lapangan....

...Udara mendadak berubah tegang....

...Vika dan Giva mundur perlahan, berdiri di belakang Lyra membentuk barisan sempurna....

...Tiga gadis itu berdiri tegak, seperti tiga ratu yang siap berperang, dengan Drexler kini menjadi pusat gravitasi perhatian semua orang....

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
sampe aku baca ulang bab sebelumnya walaupun sekilas krna agak lupa 🤭
drexler calon mantu gk ada akhlak tp keren buat camer kyk guntur mah 🤣🤣
kymlove...
slow up syekali epribadeh... 🥲🥲
ini bagas emang gk ada kapoknya kalau blm dimatiin ma Drexler 😌
Sunarmi Yati
please Thor, kamu buat aku jedag jedug greget. 🤭🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
Drexler idaman gue banget 🥰🥰🥰🥰
Sunarmi Yati
kalian berdua sweet banget 😍😍😍😍
Sunarmi Yati
waaaaahhh kalian semakin jauh..🤭🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
uuuuhhh gemes😍😍😍😍
Ita rahmawati
balas budi gk harus sampe nikahin toh pak pak,,apalagi sampe nyerain istri,,tp apa ada rahasia tersembunyi dari mama lyra 🤔
dn apakah regina murni nyelametin lyra atau ada udang dibalik batu 😂
dn itu siapa yg tetiba mau nabrak lyra ,,reginakah 🤔
kymlove...
apa. lagi ini!!!! masak guntur atau lyra atau Drexler nanti yang nolong, dan ketahuan nya lama banget untuk tau siapa pelaku penabrak nya, karena pasti akan ada konflik lagi, entah itu dari siapa yg bakalan ketabrak dan pada akhirnya. saling menyalahkan 😒( well kebiasaan baca yg alurnya gini jadi nyimpulin sesuka hati deh... maafkeun aku thor😌😌)
kymlove...
bapak nya Drexler tolong jadi camer yg baik ya.... kasihan lyra udah tertekan sama bapak kandungnya masak, Bpk sbg camer nya lyra tega nyakitin nya sih🥺
Merey Terias
lanjutkan Thor, please 🤣🤣🤣🤣🤣
Ita rahmawati
xler kalian kan masih muda gk ada yg tau hati manusia kan,,gimana kalo tetiba berubah 😂
Ebhot Dinni
romantis dengan caranya
Ita rahmawati
astaga dexler
kalea rizuky
kasian ampe gila emaknya lyra
Ita rahmawati
ada apa dg masa lalu keluarga lyra knpa mama nya sampe bgtu 🤔
pantas aja lyra segitu bencinya sm papa dn juga istrinya itu 😏
Nuna Mochi: Xixi kakak /Whimper/
total 1 replies
Sunarmi Yati
Lyra peluk jauh /Grievance//Grievance/ kamu tetap kuat. ok./Cry//Cry//Cry/
Nuna Mochi: Xixi kakak /Whimper/
total 1 replies
Sunarmi Yati
sih rengginang emang gak ada kapoknya /Sly//Sly//Sly//Sly/
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣 tolong bantu kasih paham, kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
Drexler Lo keren 👍👍😍😍😍
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭 Xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Lyra aku padamu pokoknya 😍😍😍😍🤭🤭🤭
Nuna Mochi: 😍😍😍 xixi kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!