NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:171k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Waktu yang berlalu tak bisa dikembalikan

Rayyan pulang dengan langkah berat, meninggalkan rumah besar itu dengan hati yang kembali tercabik. Suara pintu utama tertutup menimbulkan keheningan yang mencekam.

Hana menunduk, bahunya bergetar. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan, perasaan bersalahnya menumpuk hingga membuat dadanya sesak.

“Aku jahat, Mas … aku menyakitinya. Aku benar-benar jahat,” ucap Hana di sela tangisnya, tangannya menutupi wajah.

Hansel langsung meraih bahu Hana, menariknya ke dalam pelukan. “Ssshh … sudah, jangan menangis lagi. Semuanya akan berlalu, Hana. Percayalah, aku di sini ... aku yang akan menanggung semuanya bersamamu.”

Hana mengguncang kepalanya, air matanya semakin deras. “Tapi Tuan Rayyan … aku tidak ingin membuat dia hancur begini ... semua orang terluka karena aku.”

Hansel mengusap punggung Hana dengan lembut.

“Tidak, Hana. Kamu tidak salah. Ini jalan yang sudah kita pilih … dan aku janji, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, termasuk dirimu sendiri. Kita akan lewati semua ini, bersama.”

Tangis Hana perlahan mereda di pelukan Hansel, meski hatinya masih gelisah. Ia tak tahu apakah benar semua ini akan berlalu, atau justru akan menjadi badai yang lebih besar.

Sementara itu, jauh di Tiongkok, Laudya melangkah keluar dari ruang praktek seorang dokter obgyn ternama. Di tangannya ada amplop putih berisi hasil pemeriksaan. Langkahnya pelan, wajahnya pucat.

Di sampingnya, Rian sang manajer berjalan dengan wajah cemas. Saat mereka berhenti di lorong sepi, Laudya membuka amplop itu sekali lagi, matanya membaca kembali hasilnya perlahan. Seketika napasnya tercekat, wajah cantiknya gemetar, lalu air mata menetes tanpa bisa dibendung.

“Rian…” suaranya bergetar, nyaris tak terdengar. Rian yang sejak tadi menahan diri, langsung meraih pundak Laudya.

“Sstt … tenang. Kamu tidak sendiri, Laudya. Apa pun itu, aku di sini.”

Laudya terisak di pelukan Rian, tubuhnya goyah. Hasil itu mengguncang seluruh dunianya, membuatnya merasa semakin kehilangan arah. Rian mengusap punggungnya, mencoba menenangkan. Tapi di balik sorot matanya sendiri, ada kekhawatiran mendalam yang tak bisa ia sembunyikan. Dan di lorong rumah sakit asing itu, tangis Laudya pecah tanpa suara, menyisakan pertanyaan besar tentang apa yang sebenarnya ia sembunyikan dari semua orang selama ini.

Dua bulan kemudian.

Waktu berjalan cepat. Dua bulan berlalu sejak kepergian Laudya ke Tiongkok. Kini, usia kehamilan Hana sudah memasuki bulan kesembilan. Perutnya semakin membesar, tubuhnya lebih cepat lelah, dan langkahnya pun kini perlahan. Semua orang di rumah besar itu mulai bersiap, karena sewaktu-waktu bayi itu bisa lahir.

Namun, ada satu hal yang terus membayangi, Laudya belum kembali. Seharusnya ia pulang sebulan lalu, sesuai jadwal kontrak project besar di Tiongkok. Hansel sudah berulang kali menghubunginya, tapi jawaban Laudya selalu sama, "Aku sibuk, aku baik-baik saja di sini.”

Hansel menahan kecewa, tapi mencoba mengerti. Ia berpikir mungkin istrinya sedang butuh waktu untuk menenangkan diri. Hanya saja, semakin lama Laudya tak pulang, semakin besar rasa bersalah dan resah dalam hati Hansel.

Pagi itu, matahari baru saja naik ketika ponsel Hansel bergetar di meja kerjanya. Nama Laudya muncul di layar. Seketika dadanya berdegup kencang, jemarinya cepat menekan tombol hijau.

“Sayang?” suara Hansel terdengar ragu tapi penuh harap. Di ujung sana terdengar helaan napas berat sebelum suara Laudya menjawab pelan, [Aku sudah kembali.]

Hansel terperanjat. “Kamu … kamu sudah di sini?”

[Aku di bandara ... jemput aku, Hansel.]

Seketika wajah Hansel berbinar. “Ya, tentu! Aku akan segera ke sana. Aku sangat merindukanmu, Laudya. Banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu … terutama soal Hana. Usia kandungannya sudah sembilan bulan ... sebentar lagi … kita akan punya bayi, Laudya, itu bayi kita.”

Ada jeda panjang di ujung telepon. Laudya tidak langsung menjawab. Hansel mengernyit, merasakan sesuatu yang aneh dari keheningan itu. Namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, suara Laudya terdengar lagi, datar namun cukup tegas.

[Aku tunggu di pintu kedatangan internasional.]

Lalu sambungan itu terputus begitu saja. Hansel menatap layar ponselnya, perasaan senang bercampur dengan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Ia mencoba menepis kegelisahan itu, lalu segera bangkit, mengambil jaket, dan bersiap menuju bandara.

Sementara itu, di ruang tengah, Hana duduk di sofa sambil mengelus perutnya. Ia baru saja selesai sarapan dengan Jamilah. Melihat Hansel tergesa mengambil kunci mobil, Hana bertanya, “Mau ke mana, Mas?”

Hansel mendekat, menatap Hana dengan raut wajah yang sulit ditebak. “Laudya … dia sudah kembali. Aku akan pergi menjemputnya lebih dulu,"

Dada Hana terasa sesak seketika, tapi ia berusaha tersenyum. “Oh … begitu. Ya sudah, hati-hati, Mas.”

Hansel menunduk, lalu menempelkan telapak tangannya di perut Hana. Bayinya menendang pelan seolah merespons. Hansel tersenyum tipis. “Jaga bayi ini baik-baik, Hana. Aku akan pulang bersama Laudya.”

Hana hanya mengangguk. Namun, begitu Hansel berbalik dan melangkah keluar, senyum tipis itu runtuh, berganti dengan tatapan kosong. Ada rasa asing menusuk hatinya campuran cemas, takut, dan perih. Tangannya refleks menggenggam kain baju di atas perutnya yang menegang.

'Bagaimana nanti nasibku … dan bayiku … setelah Nyonya Laudya kembali?' bisiknya lirih dalam hati.

Sementara itu, Hansel sudah melajukan mobilnya ke arah bandara. Di dalam hatinya berkecamuk berbagai rencana. Ia ingin meminta maaf, ingin memperbaiki hubungan dengan Laudya, ingin menyatukan kembali keluarganya. Tetapi ia juga tak bisa memungkiri cinta yang tumbuh pada Hana sudah semakin dalam. Dan ia tahu, saat pertemuan itu nanti, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

'Laudya, aku mencintaimu dulu, sekarang dan selamanya. Kau tahu ... kepergianmu membuatku terluka,'

1
Ddek Aish
alasan klise menjaga nama baik keluarga
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terimakasih 😘
Sunaryati
Yang menggunggat cerai itu Laudya, seharusnya tidak meminta harta gono- gini, apalagi tak punya anak, dan kesalahan adalah pada Laudya, kenapa tidak gugat balik perzinahan Ryan dan Laudya bisa masuk penjara. Laudya minta gono- gini karena sudah miskin. 🤣🤣🤣
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Sunaryati
Furqan apapun kesalahan papa Hanzel kau harus menghormati, bagaimana mulanya toh papa Hanzel lantaran kau hadir di dunia. Panggil sebutan papa. Dengan menghormati siapapun merupakan menghargai diri- sendiri. Tunjukkan baktimu padanya dengan membantu memulihkan perusahaan, buat Mama Hanna bangga padamu, tunjukkan bahwa kamu mampu Nak Furqan. Jika bisa bantu papamu menyelesaikan masalahnya baik rumah tangga maupun perusahaan
Ani Basiati
lanjut thor
nayla tsaqif
Thorr,, penyebutan nama hansel saat bicara sama furqan seharusnya pake kata "papa" lbh enk di baca,, bukan "aku",, berasa bicara sama orang lain,, bukan anak sama ayah🙏
ken darsihk: Setuju
Baru aja aq mo buat koment seperti ini
Setuju ya thor penyebutan aku nya di buang , kalau Hansel sedang berbicara dengan anak nya Furqan
total 1 replies
Yati Jenal
Furqon mending plng jgn ngurusin yg gk jls
Silvia
Hansel nya plin plan 😔😔
Mundri Astuti
Hansel sama aja kaya emaknya, gila hormat
Rahma
Tah ini baru bab yg memuaskan Krn kebahagiaan melimpahi kehidupan Hana mudh2n g ada yg ganggu lg
Silvia
semoga tidak ada masalah lagi
enungdedy
knp jdi seolah laudya yg tersakiti? dia sndiri yg gk mau hamil..dia sndri yg minta hansel hamilin perempuan lain...skg seolah jdi korban
Ir
ini tinggal nunggu dia Anomali Rohana Laudya tobat
ken darsihk
Nanti mampir thor sdh lounching belum , aq nya blm dpt notif 🤭
Aisyah Alfatih: udah mungkin masih riview ...😁
total 1 replies
Dila Dilabeladila
masya allah thor karya mu banyak bgt.sehat sehat ya thor lancar selalu
juwita: certa baru nya g bisa di buka Thor.
total 2 replies
enungdedy
lah kan elu sendiri yg gk mau hamil kan lidya gmn sih mlh nyalahin hana😄
ken darsihk
Heeiii Laudya tau diri sedikit situ nggak punya harga diri yak , jelas jelas kesalahan bersumber dari diri mu sendiri , koq melampiaskan ke Hana dasar lo Laudya perempuan sun**l nggak punya akhlak 😠😠😠
A.M.G
lidi harus diaapain sih biar tobat
A.M.G
saatnya ketwaa 📢📢📢📢📢
A.M.G
tuh mulut lemes bener kek kunti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!