Gendis seorang gadis berusia 20 tahun harus rela saat kedua orang tuanya memutuskan menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan berusia 30 tahun bernama Danar. mereka sama sekali belum saling mengenal dan bertemu. tetapi demi baktinya pada kedua orang tuanya Gendis menerima putusan itu.
Sebelum menikah Danar memberitahu Gendis kalau dia menikahi Gendis karena kemauan orang tua Danar,yang ingin Danar menikah dengan gadis baik baik. Danar juga berterus terang pada Gendis kalau dia sudah memiliki kekasih,dan akan tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya itu. Gendis pun akan meminta cerai setelah Danar mencapai tujuannya,tapi Gendis tidak tega dengan Danar dan kedua orang tuanya,karena yakin kekasih Danar bukanlah wanita baik baik. akhirnya Gendis bertahan hanya untuk mengubah Danar menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21 Danar bimbang
Danar melaju di jalanan yang mulai lengang. Dia ingin cepat sampai di rumah mertuanya.
Sebenarnya Danar gak enak karena harus datang sudah malam begini. Tapi dia sudah berjanji pada Gendis untuk menjemputnya.
Akhirnya Danar sampai di rumah mertuanya.
Danar mengetuk pintu rumah orang tua Gendis dan berharap Gendis masih menunggunya. Paling tidak Gendis tertidur jangan sampai pulang duluan.
Tampak ayah mertuanya yang membukakan pintu.
"Eh nak Danar,masuk nak" sapa pak Haryo sambil mempersilahkan Danar masuk.
"Maaf yah,saya kemalaman jemput Gendis"kata Danar sambil masuk kedalam rumah dan menyalami ayah mertuanya itu.
"Ahh ya gak apa apa nak"
"Gimana dengan keadaan ibu?" tanya Danar kemudian.
"Ohh sudah agak mendingan,biasa kecapean nak" jelas pak Haryo.
"Boleh saya lihat ibu?"
"Boleh nak,mari masuk kekamar,ibu didalam kamar" pak Haryo membawa Danar masuk kedalam kamar,dan tampak ibu mertuanya sedang berbaring.
Danar menghampiri dan menyalami ibu mertuanya.
"Eh nak Danar,,sama siapa?" tanya ibu sedikit terkejut dengan kedatangan Danar.
"Sendiri Bu" jawab Danar.
"ibu gimana ,sudah membaik?"
"Sudah nak,,cuman kecapean. Tadi juga sudah minum obat,sudah di pijat juga,sekarang sudah enakan" jelas ibu Endang mertuanya itu.
"Syukurlah Bu,,banyak istirahat saja Bu" pinta Danar penuh perhatian.
"Iya nak,,"
"Gendis di mana?" tanya ibu pada Danar.
"Bukannya Gendis disini sejak siang tadi. makanya saya juga mau jemput Gendis sekalian" Danar menjelaskan.
"Iya maksud ibu,,sekarang dia ada di mana?"
"Ohh,,saya belum ketemu sama Gendis Bu,tadi yang bukakan pintu ayah" jelas Danar.
"Yah,Gendis di mana?" tanya ibu mertua pada suaminya saat melihat pak Haryo masuk kembali kekamar setelah tadi keluar sebentar.
"Ohh,,,dia tidur di kamarnya" jawab ayah.
"O alahhh,,," ibu baru paham.
"Iya,tadi katanya mau tiduran sambil nunggu nak Danar,nah ayah habis tengok mau kabari ada nak Danar ternyata sudah tidur" jelas ayah lagi.
"Di bangunkan saja nak" ayah meminta Danar untuk membangunkan Gendis.
"Jangan kasian yah" ibu melarang.
"Lebih baik bermalam di sini saja nak,lagian sudah terlalu larut untuk pulang" jelas ibu lagi.
Danar terdiam dan sedikit berpikir,apakah dia menuruti permintaan ibunya atau tidak.
"Iya nak,tidurlah saja di sini malam ini" ayah menimpali.
"Baiklah kalau begitu,kami bermalam di sini saja" Danar akhirnya menyetujui permintaan kedua mertuanya.
"Nak Danar sudah makan?" tanya ibu kemudian.
"Emm belum Bu"
"Makanlah dulu nak,tadi Gendis sempat masak,dan sepertinya juga dia tadi sudah menghangatkan makanan"
"Atau mandilah dulu,nanti pakai saja pakaian ayah untuk tidur,baru nak Danar makan" kata ibu lagi.
"Iya nak,sebentar ayah carikan dulu pakaian ayah buat nak Danar,,dan maaf ayah hanya ada celana kolor untuk santai di rumah,nak Danar gak apa apa kan pakai celana seperti itu?"
"Gak apa apa yah" jawab Danar agak risih. Danar hampir tidak pernah memakai celana kolor meski di dalam rumah,celana pendeknya yang berkolor hanyalah celana untuk bermain bola,itupun sangat jarang dia pakai karena jarang bermain bola.
Tampak ayah menghampiri lemari pakaiannya,mengambil satu kaos dan celana kolor pendek kemudian memberikan pada Danar.
Danar menerimanya kemudian pamit keluar dari kamar mertuanya itu. Danar menuju kamar Gendis,membuka pintu perlahan takut Gendis terbangun. Danar mencari handuk yang biasa tergantung di belakang pintu,dan ternyata ada,Danar langsung saja menyambarnya kemudian membawa kekamar mandi beserta pakaian ayah mertuanya tadi ,
Beberapa menit kemudian Danar selesai mandi. Danar keluar dari kamar mandi menuju lagi ke kamar Gendis. Dan Gendis masih saja tertidur dengan posisi yang sama belum berubah,dan lagi- lagi Danar mendengar Gendis tidur mendengkur.
"Hemmm,,,cewek tidur mendengkur,,keras lagi" kata Danar lirih.
Danar keluar lagi dari kamar perutnya terasa lapar,karena tadi ibu mertuanya sudah menawarkan makan,Danar langsung saja menuju ke ruang makan.
Danar membuka tudung saji,dan di dalam ada sayur juga lauk. Danar segera saja makan setelah itu dia akan langsung istirahat.
Danar makan sendirian,mungkin ayah mertuanya juga sudah beristirahat.
Selesai makan Danar masuk kedalam kamar lagi.
Dia merebahkan tubuhnya diatas kasur dan ikut tidur bersama Gendis yang sama sekali tidak terganggu tidurnya meski kasur sedang berderit.
Danar tidak bisa tidur dia memainkan ponsel dan membuka aplikasi hijau.
Melihat pembaruan distatus. Danar melihat status Lalita. Lalita sedang memamerkan sebuah Poto,yang ternyata adalah bukti transferan darinya tadi.
Danar langsung saja mengirim pesan pada Lalita,entah kenapa Danar merasa Lalita terlalu berlebihan. Danar gak ingin hal seperti itu harus dipamerkan. Apalagi Lalita gak mengedit atau mensensor namanya.
*sayang tolong dihapus dong status kamu*
*Gak enaklah sayang dilihat orang*
*Apalagi nama aku kelihatan begitu*
Lalita membalas
*Kenapa sayang?*
*Biasanya sayang gak pernah protes kok kalau aku buat status seperti ini*
Danar membalas lagi
*Iya sayang,tapi sekarang aku risih *
*Dihapus saja ya*
Tampaknya Lalita enggan membalas karena hilang dari online.
Danar menaruh ponsel di atas nakas dan malas membahas itu lagi dengan Lalita.
Biasanya Danar gak perduli Lalita mau berbuat apa saja,yang penting dia merasa bahagia dan senang. Tapi entah kenapa melihat itu tadi Danar merasa malu dan risih. Danar juga takut kalau ada orang terdekatnya melihat atau bisa jadi mata-mata itu juga berteman dengan Lalita kemudian melaporkannya lagi pada ayahnya.
Kenapa sekarang Danar bimbang? Ada apa dengan hatinya?