Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
#Ting tong...
Terdengar bunyi bel, seseorang telah memencet bunyi bel di kediaman Briana. Ia yang mendengarnya mengerutkan dahinya lalu berjalan menuju pintu utama.
"BUKA". Ucapnya dan pintu pun terbuka atas izinnya. Briana memutar bolanya ketika ia melihat sosok yang bertamu ke rumahnya di siang bolong.
"Elo mau ngapain lagi kesini? Lagian loe kok bisa langsung masuk melewati gerbang rumah gue?". Briana sedikit terkejut melirik ke pintu gerbangnya yang sudah terbuka.
"Hmm... Tadi pas aku kemari tuh pintu gerbang sudah kebuka makanya aku bisa langsung masuk kesini. Lagian kamu teledor banget sih, sudah buka pintu gerbang tapi lupa nutupnya kembali. Untung aku yang masuk, kalau orang lain gimana? Bisa-bisa kamu dalam bahaya lho". Jelasnya sambil mengomeli Briana.
Briana mengingat apakah ia yang sudah membuka pintu gerbang namun lupa menutupnya kembali.
"Tapi gue kan seharian ini di dalam kamar saja. Kalau pun gue buka tuh gerbang enggak mungkin gue lupa menutupnya kembali. Tapi kenapa gerbangnya bisa kebuka ya?". Ia berpikir dalam hatinya sembari melirik Ryo dengan curiga lalu melirik ke arah pintu gerbang.
" Oh ya Bri, ini". Ryo menyodorkan sebuah bungkusan makanan kepada Briana.
"Aku bawa makanan untuk makan siang kita berdua. Memang aku bawanya bukan dari restoran bintang lima. Tapi ini makanan buatan bintang kejora dalam hidup aku, yakni masakan bundaku he he he dan aku jamin makanannya enak dan bakalan pas di lidah kamu he he he". Ryo berkata dengan percaya diri membanggakan masakan sang bunda tercinta.
Briana menyambutnya sembari melirik bungkusan tersebut lalu masuk ke dalam rumah dan disusul oleh Ryo dari belakang.
" Gimana keadaan kamu sekarang? Apa kamu masih merasa tidak enak badan?". Ryo mengikuti Briana dari belakang namun matanya begitu liar melihat seluruh rumah Briana.
"Gue sudah baikan". Jawabnya datar.
" Syukurlah kalau gitu. Aku lega dengarnya". Tuturnya sembari tersenyum.
Briana menyuruh Ryo untuk duduk di ruang meja makan, sedangkan ia segera menyiapkan makanan yang sudah Ryo bawa. Briana menyusun satu per satu piring yang sudah terisi makanan tersebut dan menyodorkannya pada Ryo.
"Waaaaah, perutnya sudah enggak sabar kalau lihat yang beginian". Mata Ryo berbinar-binar melihat makanan itu dan secepatnya ia mengambil piringnya.
Ryo melirik Briana menyantap makanan yang berbeda, bukan makanan yang ia bawa.
" Lho kok kamu enggak makan makanan yang aku bawa Bri? Kok kamu malah makan salad? Kamu enggak suka ya? Apa karena bukan makanan dari restoran mewah ya?".
Briana berhenti menyuap lalu melihat raut wajah Ryo yang kecewa.
"Gue alergi sama seafood". Ujarnya dengan nada rendah namun masih terkesan jutek.
Ryo melirik ke semua makanan yang ia bawa, semua makanan itu beraneka ragam jenis seafood. Sempat ia memejamkan matanya sejenak kemudian mengusap wajahnya.
" Ya ampun! Kenapa kamu enggak bilang kalau kamu alergi seafood? Kalau tahu gitu aku enggak bakalan minta bunda masakin makanan ini". Ryo merasa kecewa sehingga nafsu makannya hilang.
"Emang gue pernah minta sama loe?". Briana memutar bola matanya.
" Paling enggaknya kamu cerita kek ke aku, apa yang kamu suka dan yang enggak kamu suka. Biar enggak jadi kayak gini. Aku nya jadi enggak enak sama kamu, harusnya bawain makanan untuk kamu eh malah kamu nya enggak bisa makan makanan ini". Ryo tertunduk.
"Biasa saja! Enggak usah lebay. Sudah! Loe makan itu makanannya. Kasihan di anggurin kayak gitu karena masih banyak orang yang kelaparan di luar sana". Walau terlihat seperti acuh namun jiwa peduli sesama manusia yang di miliki Briana masih melekat di dirinya.
Ryo menjadi tidak nafsu makan.
" Sudah hilang nafsu makan aku hiks hiks hiks". Ia meringis sembari menyuapi makanan yang ia bawa dengan tidak bersemangat.
Sedangkan Briana terlihat santai menyantap salad nya sembari melihat Ryo. Sempat ia menyunggingkan senyumannya karena ia merasa Ryo terlihat lucu pada saat itu.
"Kamu cantik kalau tersenyum seperti itu". Ucapnya dengan lembut sehingga moodnya yang kehilangan selera makan berubah ceria kembali ketika ia melihat senyuman di bibir Briana.
Briana langsung menyimpannya kembali ketika Ryo menyinggungnya lalu mengalihkan pandangannya ke arah sembarangan.
...
Usai mereka makan siang, mereka berpindah tempat ke halaman belakang rumah Briana yang luasnya seperti lapangan bola. Mata Ryo takjub melihat tempat itu, namun terlihat ada yang kosong.
"Halaman seluas dan secantik kayak gini kok aku ngerasa masih ada yang kurang ya? Padahal sudah ada kolam renang, tanaman dan yang lainnya sama seperti halaman yang ada di rumah aku, yaaa cuma enggak seluas ini sih he he he. Tapi rasaku seperti kurang sesuatu untuk di lihat". Ryo berkata dengan nada rendah menilai halaman yang membentang luas tersebut.
Briana memandangi halamannya dengan lirih lalu menjawabnya dengan singkat.
"Kurang hidup".
Ryo menoleh ke samping kanannya lalu melihat raut wajah Briana yang terlihat datar namun penuh dengan rasa lirih yang samar untuk dilihat.
" Kurang hidup?".
"Hmpt... Dulu sebelum gue pindah ke rumah ini. Gue suka banget sama halaman belakangnya dan ini lah alasan kenapa gue minta almarhum bokap gue beli rumah ini. Dari dulu sampai sekarang semua tatanannya sama, enggak ada yang berubah sama sekali. Hanya saja sekarang terlihat berbeda. Itu terlihat seperti orang yang kesepian. Indah di pandang, namun tidak membuatnya bahagia". Briana pun sedikit demi sedikit mulai menceritakannya pada Ryo.
Sedangkan Ryo hanya mendengarnya dengan seksama sembari menatap raut wajah Briana yang sama seperti halaman itu, indah di pandang namun tidak bahagia.
Perlahan Ryo memberanikan diri untuk memegang tangan Briana. Sontak membuatnya terkejut sembari berusaha menarik tangannya namun tidak berhasil.
"Bri... Aku janji sama Kamu. Aku akan membuat kamu enggak kesepian lagi. Aku akan menjaga kamu dan akan selalu ada buat nemenin kamu sampai kapanpun". Ryo menyatakannya dengan terang-terangan.
Briana nya sendiri terpaku dengan ucapan Ryo yang membuat jantungnya tiba - tiba berdegup kencang. Briana menarik tangannya dari genggaman Ryo.
" Gue mau ke toilet". Briana pun pergi meninggalkan Ryo seperti orang yang salah tingkah.
"Aku janji akan membuat kamu bahagia Bri, meski aku tahu aku enggak akan pernah mungkin bisa memiliki kamu sampai kapanpun". Batin Ryo berkata.
Beberapa menit kemudian Briana keluar dari toilet dan kembali menghampiri Ryo, namun Briana tidak melihat Ryo duduk di tempat itu.
Briana mencari Ryo ke seluruh ruangan, hingga ia pun keluar dari rumahnya untuk memastikan apakah Ryo sudah pulang. Briana melihat mobil Ryo masih terparkir rapi di bagasi tapi tidak juga menemukan Ryo.
Briana mengingat kemunculan Ryo yang mencurigakan.
Ia yakin pasti ada yang enggak beres. Di tambah lagi Briana sempat melirik Ryo sibuk memperhatikan sekitar rumahnya.
Ia bergegas cepat kembali masuk ke dalam menuju ke kamarnya. Perlahan-lahan Briana membuka pintu kamarnya lalu sedikit mengintip ke dalam dan benar dugaannya. Ia melihat Ryo berada di dalam kamarnya seperti seorang pencuri yang mencari sesuatu yang berharga.
#Gedebuk....
Briana memukul kepala Ryo dari belakang dengan menggunakan pukulan baseball. Pukulannya cukup keras sehingga membuat Ryo jatuh pingsan ke lantai.