Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Saat ini, sang pemilik ' Blood devil' itu sedang melakukan pembalasan atas pengkhianatan yang dilakukan oleh berbagai oknum anak buahnya, mereka bekerjasama dengan Zaffar yang sebelumnya sudah Azzam buat hancur dalam perusahaan bisnisnya. Mereka melakukan berbagai transaksi yang menggunakan nama besar miliknya, membuat Azzam sangat murka.
Kenan dan para anak buah Azzam yang lainnya, mereka saat ini sedang menyerang para bawahan dari kelompok Zaffar. Baku hantam terjadi dan tak dapat di elakkan, serangan menggunakan senjata sudah mereka lakukan. Sedangkan Azzam, kini dia sedang menelusuri tempat persembunyian dari sang otak utamanya.
" Tuan, arah jarum jam sebelas." Bisikan dari Kenan yang memberikan informasi tentang keberadaan penguntit.
Gerakan mata Azzam melesat, melirik ke arah yang Kenan katakan. Terlihat beberapa orang yang sedang mengincar mereka, perlahan Azzam dan kenan menciptakan gerakan bayangan. Seolah-oleh mereka akan berjalan berlawanan arah dengan yang dituju, tanpa mereka sadari. Azzam dan Kenan berbalik arah dan segera menyerang para penguntit tersebut, tembakan-tembakan tak terhelakkan lagi. Ketika Kenan akan melesatkan tembakan terkahirnya di kepala sang penguntit, terdengar suara tepukkan tangan yang bergema.
Prok
Prok
Prok
Terlihat Zaffar berjalan dengan angkuhnya menuju Azzam dan Kenan, menyeringai seperti mengganggap mereka adalah para pecundang yang sangat hina.
" Wow... Ternyata seorang leader itu telah datang, suatu kehormatan untuk kami, hahaha." Zaffar tertawa meremehkan kehadiran Azzam disana.
Emosi yang sudah tidak stabil, membuat Azzam mudah sekali terpancing untuk berhadapan dengan Zaffar. Dibelakangnya, terdapat beberapa anak buahnya yang berkhianat kepadanya, sungguh mirisnya ia saat itu.
" Tuan!." Kenan meninggikan nada suaranya, melihat bosnya itu mendekati lawan mereka.
Azzam berjalan dengan tenangnya, menuju tempat sang lawan berdiri. Dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, ia dengan tenangnya menghampiri musuh yang sangat berbahaya.
" Kenapa?" Ucap Azzam menyeringai dihadapan Zaffar.
" Hahaha, kau sendiri yang kenapa, hah!" Zaffar mulai tepancing emosinya, anak buahnya yang berada dibelakangnya sudah bersiap untuk melawan.
" Bodoh!!." Azzam tersenyum sinis, tanpa diketahui oleh Zaffar. Anak buahnya yang awalnya berkhianat pada Azzam, kini kembali menyerang Zaffar.
Mendapatkan perlakuan tersebut, membuat Zaffat sangat dilanda kebingungan dan ketakutan. Berbagai senjata saat ini mengarah kepadanya. Kenan pun dibuat terperanggah oleh kejadian ini, isi otak dari bosnya itu tidak bisa ditebak.
" Heh, kau kita aku bodoh sepertimu! Dasar bre***ek." Azzam meninggikan suaranya, seperti setengah berteriak.
Zaffar terlihat semakin ketakutan, bagaimana ia begitu bodohnya bisa tertipu seperti ini. Rivalnya ini sungguh tidak bisa ditebak, tak lama kemudian datanglah seseorang yang selama ini menjadi kaki tangan Azzam secara tersembunyi sekaligus sahabat dari Daffa.
" Wait, wait bos..." Terlihat ia setengah berlari mendekati bosnya, dengan nafas yang masih ngos-ngossan.
" Dzacky!!! "Bisik Kenan dengan suara yang sangat kecil.
Dzacky Sandro, seseorang yang sangat jeli dan cekatan dalam setiap pekerjaan. Dibalik kesempurnaan yang ia miliki, ketampanan dan otak yang pintar. Ia memiliki kekurangan, yaitu tukang lawak dan si pembuat emosi. Keberadaannya selalu tidak bisa dideteksi, seperti kucing beranak yang selalu berpindah-pindah dengan alasan yang tidak masuk akal.
" Mau langsung apa nyicil, bos?." Tanya Dzac kepada bosnya. Yang dimaksud oleh Dzac itu adalah secara langsung (membuat tewas seketika) atau nyicil (menyiksa perlahan sampai tewas).
" Terserah kau!!" Azzam menyerahkan kelanjutannya kepada Dzac, ia pun berjalan meninggalkan tempat tersebut. Namun, naasnya sebelum ia benar-benar keluar dari sana.
Tawanan yang berada dalam kungkungan Kenan itu ternyata masih bernafas, ia mengambil secara diam-diam senjata yang melekat pada tubuh Kenan dan langsung mengarahkannya kepada Azzam.
Dor
Dor...
" Aaakkhhh!!!."
Terdengar beberapa kali suara tembakan yang dilepaskan oleh senjata tersebut, membuat mereka sangat terkejut.
" Tuan!!" Teriak Kenan dan Dzac bersamaan.
Tanpa menunda, Kenan langsung menyerang orang tersebut yang dengan beraninya mengambil senjata miliknya itu tanpa belas kasih. Setelah orang tersebut tewas, Kenan segera menghampiri bosnya.
" Tuan! Anda ..." Belum menyelesaikan ucapannya, Azzam sudah terlebih dahulu membungkam mulutnya dengan memukul kepalanya menggunakan tangan Azzam.
Pllaakk!!!
Kenan meringis dengan rasa sakit dikepalanya, matanya menatap Azzam dengan sangat tajam. Jika bukan bosnya, mungkin Azzam sudah lenyap ditangannya.
" Berisik!!! " Tegas Azzam.
Kenan menjadi serba salah, ia sebenarnya merasa sangat bersalah telah teledor dengan lawannya, dan membuat bosnya terluka. Tapi tidak pada Azzam, si manusia super dingin.
" Bos, nggak habis apa tu darah ngalir terus? meetong bos." Celetuk Dzac dari sisi yang berlawanan.
" Diam!!!." Ucap Azzam dan Kenan bersamaan.
" Kau!!(menunjuk Dzac). Selesaikan dengan cepat, dan kau (Kenan)! Renungkan kesalahanmu." Azzam berjalan dengan luka tembak pada lengan dan bahunya, meninggalkan tempat tersebut dengan Kenan yang masih terdiam ditempat.
" Hahaha, bos kalian itu sangat bodoh!! Hahaha...." Celoteh Zaffar yang ditujukan kepada Dzac dan Kenan.
" Diam!!!" Teriak Kenan dan Dzac.
Tanpa menunggu lama lagi, Dzac langsung mengeksekusi Zaffar.
" Males banget main cicil dengan manusia kayak lu, langsung saja bro berangkat. Berangkat ke neraka." Dzac sudah menyeringai dengan amarah.
Tangan kekar milik Dzac memasukkan sebuah pisau kecil, dengan ketajaman yang menyamai sebuah samurai. Yang dimana sekali mengayunkan benda tersebut menyentuh tubuh manusia, maka terlepaslah bagian tubuh tersebut.
Krrakk...
Blasst
Blasst
Zaffar tewas seketika, dengam kondisi tubuh yang sangat mengenaskan. Untuk melihatnya saja sudah membuat perut mual, disertai dengan bau amis dari darah yang ada.
" Aahh, mandi kembang tujuh rupa, air tujuh sumur gue. Gara-gara ni ******! Kalian bereskan semuanya, gue mau meni pedi dulu." Mulut Dzac berceloteh dengan ringannya.
Sreett!!!
" Ssaaakkkiitt kuraapp!!!." Teriakan yang sangat kerasa dari mulut Dzac.
Telinga Dzac terkena tarikan dari tangan Kenan, menariknya tanpa memikirkan rasa sakit pada yang punya telinga.
" Meni pedi!!! Mukelu nggak pantes!" Kenan masih menarik telinga Dzac dan membawanya menuju pintu keluar.
" Lepas woi, lu pikir telinga gue calon bini lu apa! Main tarik aja, lepas!!" Dzac memberontak dengan sangat kuat dan akhirnya telinga Dzac terbebas dari tarikan.
" Bener-bener congor lu dari dulu nggak berubah, dasar bebek!!!." Kenan langsung mengambil langkah seribu, setelah mengucapkan kalimat yang tidak disukai oleh Dzac.
" Kenan!!!." Dzac sangat murka dengan ucapan dari Kenan, dengan wajah murka. Dzac berlari mengejar Kenan.
......................