Gadis Incaran Vampir

Kehadiran Aline mulai membuat Angel merasa tidak kesepian, apalagi Olivia juga sering datang ke rumah mereka. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama.

"Menginap disini saja Olivia!" kata Aline yang sangat ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Olivia dan Angel.

"Maafkan aku, tapi kakak sedang berada di luar kota. Ibu sendirian di rumah. Aku pulang dulu ya!" kata Olivia.

Angel hanya mengangguk paham. Begitu juga Aline.

"Baiklah, tapi jangan lupa besok ya. Kita akan mengajak Angel ke bioskop. Pasti seru!" kata Aline.

Olivia mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Aline dan Angel.

"Olivia sudah pulang?" tanya Martha.

"Sudah, Bu" jawab Aline.

"Kalau begitu kalian harus istirahat!"

"Angel, aku tidur di kamarmu ya..."

"Aline, ibu belum beli kasur yang besar, tidurmu kan berputar seperti gasing. Malam pertama kamu pulang dan tidur dengan ibu saja, ibu harus tidur di tepi tempat tidur. Tempatnya sangat sempit!" Martha mempraktekkan dengan tangannya bagaimana dia tidur di tepi tempat tidur karena ulah anak bungsunya itu yang kalau tidur memang berputar seperti gasing.

Malam harinya, dia bisa ada di tempat yang seharusnya. Pagi harinya, kepala dan kaki letaknya sudah tidak sesuai dengan yang semalam. Bahkan sprei pun akan sangat berantakan.

"Aku tidak begitu, ibu" bantah Aline tapi sambil tertawa dan memeluk ibunya.

Angel pun kembali ke kamarnya. Sebenarnya dia merasa kamarnya itu baik-baik saja. Dia juga tidak merasa ada yang aneh, tidak merinding juga tiap masuk ke dalam kamarnya. Karena memang ventilasinya sangat cukup, dan jendela juga memancarkan cahaya matahari yang cukup. Selain itu, kamar itu memang sangat nyaman.

Dan memang baru beberapa hari ini Angel tinggal disana. Tapi entah kenapa, setiap malam ada saja kejadian aneh yang dia rasakan dan alami.

Tapi, sejak dia mengatakan jendela kamarnya sering terbuka jika ada angin kencang. Bibi Martha langsung memperbaikinya. Di beri beberapa kunci tambahan, hingga sekarang memang tidak pernah terbuka lagi jika angin sedang kencang.

Karena merasa cukup lelah, setelah bersih-bersih. Angel pun merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Angel memejamkan matanya, dia juga sudah tidak sabar pergi ke bioskop bersama dengan Aline dan Olivia besok. Sudah lama sejak dia datang ke tempat ini, dia tidak kemana-mana. Hanya sekali pergi ke balai kota dan pergi ke rumah Olivia. Sesekali ikut bibi Martha ke pasar.

Angel baru memejamkan matanya, ketika dia merasakan sangat mengantuk dan akhirnya terlelap.

Tok tok tok

Angel membuka matanya perlahan, ada suara ketukan di pintu kamarnya.

"Siapa ya? mungkinkah Aline?" gumamnya perlahan.

Angel turun dari tempat tidur, dia melangkah perlahan ke arah pintu. Dan membuka pintu itu, padahal dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Bukankah hanya ada dirinya, Aline dan bibi Martha di rumah ini? dan kamar bibi Martha ada persis di sebelah kamarnya. Jadi, untuk apa dia mengunci pintunya.

Ceklek

Deg

Angel terdiam, dia membeku di tempatnya. Seorang pria berambut hitam dengan mata merah dan cukup tinggi, mungkin tingginya sekitar 180 lebih, dengan kulit yang sangat putih berdiri di hadapannya.

"Bi.. bibi" Angel ingin bicara, tapi suaranya tidak keluar, meski bibirnya masih bisa bergerak.

Angel ingin keluar dari kamar itu, tapi pria itu mencekalnya. Menarik tangan Angel, kedua tangannya dan mendorong Angel ke arah dinding yang ada di sebelah pintu.

Mata Angel bergetar, dia merasa seluruh tubuhnya meremang. Tapi dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan suara.

Dan pria itu, pria itu juga tidak bicara. Hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Angel artikan. Tatapan yang membuatnya sangat merinding. Wajahnya terlihat begitu dingin, tatapan itu bukan tatapan senang. Seperti menunjukkan rasa tidak senang yang begitu besar.

Tangan pria itu mencengkeram kedua pergelangan tangan Angel dan di arahkan ke atas kepala gadis itu. Dia merasa sangat takut. Angel begitu takut.

Angel berusaha melepaskan kedua tangannya dari pria itu. Namun hal itu tidak bisa dia lakukan. Dia sama sekali tidak bisa mengimbangi kekuatan satu tangan pria itu.

Tangannya yang satu lagi, di arahkan ke rahang Angel. Angel panik, dia memang tidak pernah diperlakukan seperti ini, tapi dia bukan tidak pernah melihat film atau melihat seseorang memperlakukan kekasihnya seperti ini.

Pria itu benar-benar mendekati Angel, wajahnya semakin mendekat dan semakin mendekat.

Air mata Angel mengalir begitu saja. Dia yakin pria itu ingin menciumnya. Dan Angel tidak ingin pria itu melakukannya. Dia tidak mengenalnya, sama sekali belum pernah bertemu dengan pria itu. Dan darimana pria itu masuk, Angel benar-benar panik. Dia ketakutan dan benar-benar tidak tahu harus apa.

Air mata itu mengalir dari kedua matanya. Tapi pria itu sama sekali tidak terlihat iba pada Angel. Malah dengan jelas, Angel melihat salah satu sudut bibir pria itu terangkat naik.

Deg deg deg

Sedikit lagi, mungkin hanya tinggal 3 centimeter lagi saja, bibir pria itu akan bisa menempel di bibir Angel. Angel sungguh tidak menginginkannya. Dia mencoba menggelengkan kepalanya, tapi tangan kuat pria itu yang berada di rahangnya. Membuat Angel tidak bisa melakukan semua itu.

"Jangan..."

Angel mencoba menggerakkan bibirnya. Tapi sepertinya pria itu tidak berniat mundur.

"Angel!"

"Hahhh" Angel membuka matanya.

Angel melihat ke sekelilingnya dan bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk.

Ceklek

Angel menyeka air mata yang dia rasakan ada di wajahnya dengan cepat. Dia mengusap wajahnya. Angel masih mencoba mencerna semua ini.

"Angel, ibu sudah masak sarapan yang lezat. Ayo bangun!"

Kata Aline yang berjalan ke dekat Angel, lalu mematikan alarm yang sejak tadi berdering.

"Kamu pasti lelah, karena kita bermain seharian kemarin ya di kebun. Ayo bangun, aku tunggu di ruang makan ya!" kata Aline yang menepuk bahu Angel lalu keluar dari kamar Angel.

Angel terdiam, dia melihat ke sekeliling kamarnya. Dia juga melihat ke arah ponselnya, kenapa dia tidak dengar suara alarm yang bahkan pasti sudah berbunyi beberapa kali. Dan yang dia alami itu, Angel masih sulit mempercayai kalau itu hanya mimpi.

"Ada apa denganku?" gumamnya bingung sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Dia bingung, benar-benar bingung. Siapa pria semalam itu? kalau itu mimpi, bagaimana dia bisa memimpikan hal seperti itu dengan pria yang tidak dia kenal.

***

Bersambung...