NovelToon NovelToon
Author Badut

Author Badut

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Dunia Lain / Mata Batin / Dokter / Misteri / Orang Disabilitas
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Goresan ISENG!!!

Aku adalah jemari yang gemetar. Berusaha menuliskan cinta yang masih ada, menitip sebaris rindu, setangkup pinta pada langit yang menaungi aku, kamu dan kalian.

Aku coba menulis perjalanan pulang, mencari arah dan menemukan rumah di saat senja.

Di atas kertas kusam, tulisan ini lahir sebagai cara melepaskan hati dari sakit yang menyiksa, sedih yang membelenggu ketika suara tidak dapat menjahit retak-retak lelah.

Berharap kebahagiaan kembali menghampiri seperti saat dunia kita begitu sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Kunjungan Malam Hari

Tiga Bab langsung ku posting. Menunggu tulisan di review editor, aku berselancar di platform lain. Masuk grup para author yang selalu ramai tidak kenal waktu. Kotak hadiah minta disentuh, dengan wajah tersenyum aku klik kotak hadiah itu. Penulisnya aku tidak kenal, namun judulnya Menarik. Aku sangat paham, setelah menyentuh kotak hadiah aku wajib membaca karyanya. Aku langsung berselancar di setiap karyanya.

Tulisannya bagus, narasinya enak dibaca dan mudah di mengerti. Aku beri satu buah komen dan satu like. Sebenarnya ingin lebih, tapi tugasku memberi dukungan pada author lain hari itu banyak sekali. Jadi aku hanya membaca beberapa episode karyanya.

Notifikasi pesan masuk.

"Woy! Baca obrolan grup, tanggung jawab lo jangan lari!" begitu isi pesannya.

'Siapa dia aku tidak kenal, grup apa yang dia maksud,' pikirku.

Mataku terbelalak, aku tercengang. Aku jadi bahan obrolan di grup, mereka semua menuliskan kata-kata pedas, hinaan dan sindiran yang membuat jantungku mencelos dari tempatnya. Katanya aku tidak tahu diri, mengambil hadiah tanpa ucapan terima kasih.

Aku mau balas komen mereka, namun tanganku gemetar hebat, dadaku berdetak lebih kencang dari biasanya, bukan karena jatuh cinta tapi kata-kata mereka seakan mencabik-cabik jantungku tanpa belas kasihan.

Aku dikeluarkan dari grup.

Tapi otakku tidak bisa berhenti berpikir. Tidak ingin menutup masalah tanpa kata maaf dan tau apa salahku. Aku cari akun manusia yang tidak punya hati itu. Kucoba mengirim pesan, menanyakan apa masalahnya. Kenapa ia tega berkata seperti itu.

Pesanku diabaikan.

Aku kirim screenshot bahwa aku datang di setiap karyanya, memberi like dan komen semestinya. Usahaku dia abaikan.

Aku lelah. Berpikir keras sendirian.

Tidakkah mereka tahu, kata-kata yang bagi mereka seperti angin yang keluar dari pantat itu begitu membekas di hati seseorang, memberi luka yang tidak kasat mata. Ketikan dari jari-jari mereka adalah bukti keringnya hati mereka dari kasih sayang dan belas kasihan.

Aku terpuruk. Mereka tidak tahu.

Aku menarik selimut tipis itu hingga ke kepala. Menutup diriku dari dunia yang gelap, dunia yang penuh ancaman. Udara dingin menyusup ke pori-poriku. Suara kaki Prabu Kamandaka dan pengawalnya yang berkaki empat terdengar memasuki ruanganku.

"Berapa kali aku bilang, manusia di dunia ini akan selalu menyakitimu, Nyai. Pulanglah bersamaku... " ucapnya lembut.

Ia menyentuh bahuku dengan lembut, lalu berbaring di sisiku. Memelukku dengan erat memberi hawa dingin sekaligus kehangatan yang tidak bisa aku rasakan saat bersentuhan dengan sesama manusia. Mataku terpejam. Ia membawaku ke alamnya.

Kami berjalan di tepian sungai dengan tawa bahagia, Prabu menyematkan bunga kantil yang baju saja mekar di sela telingaku. Ia memainkan anak rambutku dengan lembut. Wajahnya yang tampan selalu menampilkan senyuman. Aku hirup aroma tubuhnya yang hangat sebanyaknya, aroma yang menenangkan dan membuatku serasa bahagia dengan cara yang berbeda.

***

Cahaya matahari pagi dan suara-suara aktifitas perawat di pagi hari menarik aku kembali ke dunia nyata, dunia yang akhir-akhir ini tidak aku inginkan. Suara derit pintu terbuka membuatku membuka kelopak mataku. Aku berusaha bangun dan duduk bersandar di headboard kasur.

"Pagi Hania... Hari ini menu sarapannya ada puding. Kamu pasti suka," sapa perawat Sari yang selalu hadir di setiap pagi membawakan kotak sarapan yang berbentuk bento.

"Terima kasih suster Sari. Boleh bantu temanin saya di kamar mandi, sus. Aku mau mandi dan wudhu, tapi takut sendirian," ucapku setengah memohon.

"Tentu bisa dong. Mimpi itu lagi ya?" tanyanya setengah berbisik.

"Dia datang sus, wanginya masih terasa di hidungku," ucapku penuh keyakinan.

"Hmmm... Nanti ngobrol aja sama dokter Sabil apa yang kamu rasakan, jangan lupa ditulis di buku catatan ya," pesan Sari.

"Baik, sus."

Setelah mandi dan wudhu, aku menggelar sajadah di sisi ranjangku. Berusaha fokus meski wajah Prabu yang sedang tersenyum menari-nari di pelupuk mataku. Aku enyahkan sebentar wajahnya, aku harus mengucap terima kasih pada Tuhanku karena pagi ini masih memberiku napas dan membiarkan aku menikmati hidup untuk hari ini.

Cahaya matahari mulai masuk ke sela-sela tirai dinding kaca. Aku melangkah mendekati dinding kaca, menikmati pemandangan pagi yang selalu berbeda. Suara kendaraan dan klakson yang bersahutan, dedaunan yang bergoyang ditiup angin pagi yang lembut, di seberang rumah sakit beberapa orang sedang antri membeli sarapan nasi uduk lengkap dengan semur jengkol yang suster Sari bilang paling enak.

Suara pintu dibuka. Petugas bagian laboratorium masuk membawa alat-alat untuk pengambilan sample darah. Dia tersenyum tanpa kata perintah. Aku mendekat lalu duduk di tepi ranjang.

"Bagaimana dengan obatnya, apa ada reaksi seperti ruam atau kebas? Karena hasil test kemarin bilirubin kamu meningkat," ucap lelaki yang bernama Rendy di papan nama yang tersemat di dadanya.

"Biasa saja tidak ada reaksi alergi atau semacamnya. Tapi aku lebih mudah lelah dan mengantuk," jawabku.

"Baik, akan saya sampaikan pada dokter Sabil reaksi obat yang kamu rasakan. Jangan skip makan dan minum dong. Tumbuhan kurang air aja layu lho," katanya

"Iya akan aku perhatikan makan dan minumnya," sahutku pelan.

Ia berlalu pergi meninggalkan ruanganku.

Setelah kegiatan pagi di aula, waktu di ruangan itu terasa seperti berhenti, aku tidak tahu sekarang jam berapa. Namun suara kesibukan perawat dan roda dari brangkas makanan berdecit berjalan di lorong bangsal. Setiap sekian menit suara itu terhenti lalu berjalan lagi menuju kamar lain.

Pintu terbuka, suster Melda masuk sambil tersenyum manis. Ia membawa tempat makan yang berbeda dari tempat tadi pagi.

"Lho pudingnya kenapa nggak di makan, Hania?" tanyanya sambil mengambil tempat makan bekas sarapan yang sudah kosong.

"Ehmm... Dokter Sabil sangat suka puding ini, sus," jawabku.

"Owh jadi untuk dokter Sabil. Lebih baik di makan mba Hania aja, dokter Sabil hari ini ijin tidak visit karena putranya sedang kena muntaber," jawab sus Melda.

Aku sedikit lemas mendengarnya, ikut prihatin atas kondisi putranya. Pantas saja tadi pagi hanya dokter muda yang sedang magang datang silih berganti. Semangatku bertemu dokter hari itu memudar. Padahal banyak yang ingin aku sampaikan pada dokter Sabil. "Di bawa saja, sus. Saya sudah kenyang." aku sodorkan mangkuk puding ke suster Melda

"Di ganti menunya ya, siang ini menunya lebih lengkap dan menu diet khusus untuk mba Hania."

"Kenapa menu diet khusus, sus?" tanyaku

"Atas perintah dokter gizi mba," jawabnya tanpa menjelaskan mengapa aku harus diet.

Malam kembali datang, aku menggelar sajadah di samping kasurku. Dari Maghrib sampai Isyak aku pakai untuk berzikir dan membaca kitab suci. Saat aku membuka mukena, jantungku nyaris copot karena keberadaan dokter Sabil yang sudah duduk di sofa pojok ruangan.

'Kapan dia datang, kenapa aku tidak mendengar suaranya?' batinku.

"Assalamualaikum ukhti... " sapanya sekaligus menggoda.

"Wa'alaikumussalam akhi... " jawabku sambil meledeknya. "Kapan dokter masuk? Kok aku nggak dengar suara langkah kaki dokter?" tanyaku heran.

"Sejak kamu membuka kitab suci. Membacanya perlahan dan membaca artinya dengan serius." dokter Sabil berdiri dari Sofa lalu mendekatiku.

Aku mundur satu langkah memberi jarak, aku tidak bisa terlalu dekat dengan siapapun. Seperti ada energi yang membentuk tembok tidak kasat mata untuk menjagaku.

"Ikut prihatin untuk putranya, dok. Apa sakitnya parah?" tanyaku.

Dokter Sabil menunduk, memasukkan tangannya ke dalam saku. Lalu ia menoleh ke arah kursi yang ada di samping ranjangku.

"Boleh aku menjawabnya sambil duduk di sisi kamu?" katanya.

Aku mengernyitkan kening, tidak mengerti sepenuhnya apa yang dia inginkan. Lalu aku mengangguk dan membereskan alat sholat. Dia memperhatikan setiap gerakanku. Aku duduk di pinggir ranjang menunggu ia membuka suara.

"Bagaimana malam kemarin, apa yang kamu makan atau tidak ada makanan yang masuk sama sekali?" tanyanya.

"S—sayaa... Nggak nafsu makan dok," jawabku gugup setelah menatap wajahnya yang mengeras seakan menghakimiku.

"Makan dan minum jangan di skip ya, kamu sedang minum banyak obat."

"Baik dok," jawabku singkat.

"Terima kasih sudah prihatin dengan kondisi putraku. Alhamdulillah dia sudah ditangani dengan baik," katanya dengan tatapan yang tidak biasa.

"Ikut senang dengarnya, dok."

"Kamu menyadarinya nggak?" tanyanya.

"Maksud dokter?"

"Kenapa kamu tidak mendengar suara pintu terbuka dan aku masuk ke dalam kamar?"

"Karena aku fokus," jawabku

"Exactly! Karena kamu fokus menjadikan kegiatanmu pusat dunia mu. Jadi sensitivitas kamu terfokus pada satu hal, keistimewaan telingamu pun melemah. Semua tentang cara kerja otak, dimana ia ingin fokus." Ia menarik laci dan mengeluarkan buku catatan Hania.

"Semalam dia datang lagi?" tanyanya.

"Setiap malam, sebentar lagi datang dok."

1
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata danu masih ingin menghancurkan hania. itu yang harus sabil waspadai.
Aksara_Dee: Danu cowo NPD
total 1 replies
Cakrawala
Danu sini kamu/Hammer/
Aksara_Dee: pengen jitak Danu ya ka 🤭
total 1 replies
Dinar Almeera
I fell youuuu pelukk duluuuu🤗🤗🤗
Aksara_Dee: peluk siapa ka?
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
mahluk kasat mata bisa terekam kamera cctv juga ya ?
merinding aku Thor.....😬
Aksara_Dee: mungkin karena Sabil juga indigo jadi bisa melihat keberadaan mereka
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cakepnya 🥰
Aksara_Dee: cocok gak ka sama karakter dokter sabil?
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
good job....aku merinding disko nih 👍
Aksara_Dee: iyakah ka? 😅
total 1 replies
Dinar Almeera
Nihhh Pak RT mau gak tinggal di komplek aku... cakep bener gak kepo gak menghakimi semua di bicarakan dengan santaii ihhh dunia butuh orang yang begini tau batasan 😍😍
Aksara_Dee: qiqiqiqi... 😅
total 3 replies
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aksara_Dee: banyak nyaaa... aku tidur di hamparan bunga 😅
total 1 replies
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹
Aksara_Dee: semangatnya lagi kendor nih ka 🥺
total 1 replies
Wang Lee
Ada apa dek
Aksara_Dee: nggak ada apa-apa
total 1 replies
Wang Lee
Iya, kamu benar cantik
Aksara_Dee: makasih 🤭
total 1 replies
Wang Lee
Jangan begitu, ah dek
Aksara_Dee: jadi gimana
total 1 replies
Wang Lee
Kan aku rindu bin kangen dek
Aksara_Dee: masa?
total 1 replies
Wang Lee
Like
Aksara_Dee: sukak
total 1 replies
Wang Lee
Wah...Pasti enak tuh susu alami🤣
Aksara_Dee: uppsss... 👉
total 1 replies
Wang Lee
Kamu manggil saya..
Aksara_Dee: enggak kok!
total 1 replies
Wang Lee
Luar biasa
Aksara_Dee: galak kaan
total 1 replies
Wang Lee
Pasti enak tuh🤣
Aksara_Dee: hey! wang lee... 👉
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
Hania masih baik-baik saja kah Thor ?
kenapa prabu seperti nya marah ?
Aksara_Dee: marahnya sama Sabil ka, ada di episode 22
total 1 replies
Mom Young
sangat bagus😘
Aksara_Dee: Terima kasih kaka ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!