Ternyata cinta yang ia terima hanya semu, ternyata selama ini ia hanya cinta sendirian. lalu...
apa yang harus ia lakukan saat ia telah menyerahkan sagalanya sebagai bukti cintanya justru kenyataannya....
ketulusannya hanya di jadikan bahan taruhan.
Azalina Akira Sadewa,
gadis cantik berusia 17 tahun yang cinta mati kepada kekasihnya yang bernama Alexis Arron Megantara hingga bersedia menyerahkan miliknya yang paling berharga untuk laki laki itu.
namun ternyata....ia hanyalah bahan taruhan Alex dan teman temannya.
Tidak ada cinta bagi Alex untuk Zalina.
apa yang di lakukan Zalina saat ia tahu kenyataan pahit itu.....?!
sementara ia sudah terlanjur menyerahkan miliknya yang paling berharga untuk Alex.
ikuti kisah baru aku ya .....
" LUKA BERSELIMUT CINTA...."
Semoga suka dan tak pernah bosan selalu ngikuti karya aku...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31 keputusan Zalina
Pukul lima sore Zalina nampak melangkah menuruni anak tangga,
Suara bel yang di tekan di depan pintu membuatnya semakin mempercepat langkahnya.
" bi Yati...ada tamu..." terdengar teriakan sang mama entah dari arah mana.
" ada Zalina ma....!! " teriak Zalina memberi tahu sang mama agar tak lagi memanggil bi Yati.
" ya baiklah...bukakan pintunya sayang....mama nanggung beresin baju baju papa yang nggak ke pakek "
" ya ma.... " jawab Zalina sambil melanjutkan langkahnya menuju pintu utama rumah.
Cklek...
pintu terbuka, seketika raut wajah Zalina menjadi terkejut ketika ia melihat sesosok tubuh dengan postur tubuhnya yang tinggi menjulang dan nampak gagah dengan seragam militernya.
Seseorang itu segera tersenyum lebar menatap Zalina.
" Marik...kamu datang ?! " pekik Zalina terkejut seakan tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.
Seseorang di hadapannya itu masih bertugas di perbatasan Papua dan baru akan ada izin pulang dua bulan lagi,
Tapi sekarang....
Ini baru dua minggu dari dua bulan yang di bicarakan tapi Marik sudah berada di hadapannya.
Marik tiba tiba mengeluarkan satu buket bunga berukuran lumayan besar yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya dan tersenyum semakin lebar kepada Zalina.
" 22 April...happy birthday sayang..." ucap Marik sambil tersenyum semakin lebar.
Ya...
Marik berhasil menjadi seorang prajurit angkatan darat berpangkat perwira.
Lima tahun yang lalu ia dikirim ke perbatasan Papua.
Dua tahun di sana ia di pertemukan dengan Zalina yang ternyata sedang melakukan pengabdian di sana juga bersama beberapa guru guru baru yang lain.
Alam seakan merestui dirinya yang selama ini mencintai wanita itu dalam diam,
Marik pun dengan gencar mendekati Zalina.
Tidak mudah mendekati gadis itu, awalnya ia sangat kesulitan mendekati Zalina karena gadis itu yang seakan menutup diri untuknya.
Namun Marik tak menyerah,
Satu tahun berjuang mendapatkan hati gadis itu, akhirnya ia berhasil.
Tapi sayang..
Enam bulan setelah ia berhasil meyakinkan hati Zalina untuk menerimanya,
Pengabdian Zalina justru berakhir sementara dirinya masih harus stay 2 tahun lagi.
Walau berat...tapi ia tetap harus melepaskan Zalina kembali ke Jawa.
Tak ingin kehilangan Zalina, Marik berniat segera mengikat gadis itu dalam ikatan pernikahan secepatnya.
Tapi Zalina ternyata belum siap.
Sempat kecewa tapi Marik sadar ia tak mungkin memaksa Zalina untuk menikah dengannya, akhirnya ia memaksakan pertunangan pada Zalina dan akhirnya Zalina pun menerimanya.
Mata Zalina berkaca kaca, tanpa sadar ia melangkah maju dan memeluk sosok pria gagah dengan warna kulit wajahnya yang agak gelap itu.
Biasa...
Berjaga di perbatasan Papua sana...memangnya apa yang bisa Marik lakukan untuk menjaga kesehatan kulit tubuhnya.
Marik terkejut mendapat pelukan tiba tiba dari Zalina itu.
pria itu pun balas memeluk wanita yang menjadi cintanya sejak lama itu.
Marik menghirup aroma wangi rambut Zalina, sungguh terasa menenangkan.
Hampir dua tahun menjalin hubungan, baru kali ini ia di peluk erat oleh Zalina.
Biasanya keduanya hanya duduk bersisihan sambil berbincang.
Tapi ini....
pelukan Zaklina terasa hangat dan menenangkannya. Rasanya hatinya sangat bahagia saat ini...
" kok bisa datang ?! " tanya Zalina setelah pelukan mereka terurai, Zalina kini memeluk buket bunga pemberian Marik itu.
" iya....
nggak sabar pengen cepet cepet halalin kamu,
Biar bisa aku bawa ikut bersamaku kemanapun aku pergi "
jawab Marik dengan menatap Zalina dalam.
" kamu...tambah cantik aja yang....jadi takut biarin kamu di sini lama lama tanpa aku " kata Marik kemudian dengan raut wajah sedih.
" apa sih..nggak jelas, ayo masuk..." ajak Zalina sambil memegang pergelangan tangan Marik untuk mengajaknya masuk.
" yang...kita langsung nikah aja ya....nggak usah lamaran dulu,
aku takut kehilangan kamu " ucap Marik sambil meraih jemari Zalina dan menggenggamnya.
" ckk...ngomong apasih ayo..." belum sempat melanjutkan kata katanya terdengar suara sang papa dari dalam rumah.
" siapa Lin...?! " tanya sang papa dan sontak membuat Zalina segera menarik jemarinya yang di genggam Marik.
" lhooo...nak Marik...?!! kapan datang ayo masuk, kenapa berdiri di luar " ajak pak Anton setelah tahu siapa yang datang.
Marik tersenyum sopan dan segera masuk ke dalam rumah,
Sementara itu di seberang jalan di depan rumah Zalina.
Sebuah mobil nampak terparkir sejak tadi di sana.
Alex selepas pulang kantor langsung menuju rumah Zalina dan memarkir mobilnya di seberang rumah perempuan itu.
Ia ingin memastikan sesuatu...tapi tanpa sengaja ia malah memang menemukan sesuatu.
Alex menjadi tertegun melihat apa yang terjadi.
Ia melihat sejak mobil yang ternyata adalah milik Marik masuk ke pelataran rumah Zalina.
Ia juga melihat dengan mata dan kepalanya sendiri Marik membawa sebuket besar bunga mawar untuk Zalina kemudian memberikannya untuk wanita itu.
Ia pun melihat Zalina tiba tiba memeluk Marik, dan papa Zalina seperti sudah akrab dan mengenal lama Marik.
Alex meremas kuat setir bundar di hadapannya. Dadanya tiba tiba terasa sesak dan berdenyut nyeri.
Ia ingat Marik pernah berkata akan mendekati Zalina,
Dan ternyata benar....tidak mungkin mereka tidak memiliki hubungan yang spesial jika Zalina berani memeluk salah satu sahabatnya.
Tak ia duga...
Marik benar benar melakukan apa yang ia katakan kepadanya saat itu.
Alex meletakkan keningnya pada bundaran setir di hadapannya.
Cukup lama ia dalam posisi itu. Otaknya sedang memutar kenangan demi kenangannya bersama Zalina.
Dadanya berdenyut ketika ia teringat akan kelembutan dan kesabaran gadis itu padanya.
" makan dulu...aku bawakan bekal untukmu " kata Zalina saat itu kepadanya dengan senyum lembutnya,
gadis itu datang kekelasnya dengan membawakan bekal untuknya.
" ckk...aku malas makan Alin...kenapa kau selalu membawakan aku bekal " omelnya saat itu.
" Alex...kesehatan itu penting, aku yakin tadi kamu pasti tidak sarapan kan....
Ayo makan dong...aku sengaja bawa buat kamu " kata Zalina lagi sambil membukakan kotak bekalnya dan menyerahkan sendok ke tangannya.
" sayur lagi....?!." rengeknya setengah mengomel
" sayurnya sehat...ayo makan " jawab Zalina dengan sabar sambil membersihkan sendok dan garpu dengam tisu unuknya.
" tapi aku tak suka.... apa ini...."
" ini bumbunya Alex, bawang merah dan bawang putih....
kalau nggak mau sini aku singkirkan, nah sudah...
kamu tinggal makan aja, habisin ya..." kata Zalina lagi setelah menyingkirkan bumbu bumbu yang Alex tak suka.
Alex menghela nafas berat mengingat hal itu, setulus itu dan sebesar itu cinta Zalina untuknya. Tapi dulu ia sama sekali tak mau menghargai itu, dan sekarang....
Ia tak lagi pernah merasakan di manjakan seperti itu.
Zoya sama sekali tak pernah melakukan apapun untuknya,
apalagi memperhatikan apa yang ia suka dan tak ia suka.
Dan kini,
Zalina benar benar tak lagi memberikan kelembutannya dan cintanya untuknya.
Beberapa waktu telah berlalu sebelum akhirnya Alex menghidupkan mesin mobilnya dan pergi berlalu meninggalkan tempat itu.