Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Milikmu
Pagi itu, di depan sebuah cermin yang memantulkan wajah dengan sebuah riasan membuat gadis itu tak percaya bahwa ia pun bisa berubah menjadi secantik itu.
Namun, wajah cantik dengan gaun mahal yang dibeli oleh ayahnya itu, rasanya terlalu hambar untuk dinikmati.
Pernikahan tanpa rasa cinta, pernikahan yang terpaksa, benar-benar tak bisa menjamin ia bisa hidup bahagia setelahnya.
"Baiklah, Alleta, riasanmu sudah selesai, kalau begitu saya pamit dulu, ya," ucap sang perias sambil merapikan kembali alat tempurnya yang cukup berantakan.
Alleta memaksakan diri tersenyum dan berkata, "Terimakasih, ya, Mbak."
Sang perias itu menatap Alleta sejenak, dan lalu tersenyum kembali dan mengangguk. "Kamu baik-baik, ya, semoga pernikahanmu ini merupakan jalan menuju kebahagiaan."
Alleta tersenyum kecut mendengarnya, ia sendiri pun tak yakin dengan hal itu, bahkan ia tak bisa menjamin Alfarez tidak akan menceraikannya sehari setelah mereka menikah.
Saat Alleta menikmati kesendirian itu, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka, dan wajah yang tak ingin ia lihat pun sekarang mendadak muncul menghampirinya.
"Wah, pengantin kumpul kebo kita cantik sekali," ucap Rahel dengan senyum mengejek.
Meski marah, Alleta berusaha untuk tetap diam dan tenang, tak ada gunanya jika ia marah untuk saat ini.
"Aku ingin bertanya satu hal denganmu, bukankah katamu kau begitu yakin bahwa malam itu tidak terjadi apa pun antara kau dan Alfarez? Bagaimana mungkin kau bisa seyakin itu bahwa dia tak akan menyentuhmu?"
Alleta menoleh sekilas dengan tatapan tajamnya, tetapi lagi-lagi ia bisa meredam amarah yang hampir memuncak dan berpaling tak ingin melihat wajah Rahel.
Namun, Rahel tiba-tiba saja mendekat dan berbisik di telinga Alleta. "Pada dasarnya semua lelaki itu sama, mereka tidak akan tahan dengan godaan di depan mata."
"Keluar sekarang!" usir Alleta dengan nada yang ditekan agar tak berteriak.
"Tak perlu repot-repot mengusirku, aku juga tak sudi tinggal lebih lama di kamar kumuh ini."
"Aku hanya ingin memperingatkanmu, bersikap baiklah pada Alfarez, jangan sampai dia menceraikanmu, siapa yang bisa menjamin bahwa kau tak akan hamil karena kejadian semalam." Sembari melangkah gontai, Rahel keluar dari kamar Alleta, menyisakan luka yang semakin dalam pada gadis itu.
Setelah mendengar perkataan Rahel, pikiran Alleta semakin dibuat tak tenang, ia akhirnya meragukan pikirannya sendiri, benarkah ia sudah disentuh oleh Alfarez? Apa yang sebenarnya sudah terjadi di malam itu? Dia ... apakah sudah tidak perawan lagi?
****
Sepanjang acara, Alleta terus memikirkan hal itu, ia sibuk dengan pemikirannya sendiri, bahkan untuk menatap wajah pria yang kini menjadi suaminya saja ia tak sempat untuk melakukannya.
"Apa yang kau pikirkan? Tegakkan kepalamu, jangan mempermalukanku seolah hanya aku yang menginginkan pernikahan ini."
Mendengar pria di sampingnya itu berbisik dingin di telinganya, Alleta seketika langsung mengangkat kepalanya dan menatap semua tamu yang hadir, pikirannya kosong untuk sejenak.
Alfarez menyunggingkan senyuman tipis melihat kepatuhan istri kecilnya itu, sepertinya Alleta tidak akan sulit untuk ia hadapi, gadis ini tampak pasrah dengan keadaannya sekarang.
"Jika terus patuh seperti ini, ke depannya aku mungkin tak akan mempersulitmu," bisiknya lagi, dan Alleta mengerutkan alis tak mengerti.
"Apa maksudnya?"
Mendengar pertanyaan itu, Alfarez lebih memilih diam, merepotkan sekali jika harus menjelaskan apa yang sedang ia maksud.
****
Pernikahan itu terjadi begitu singkat, semua tamu pulang ketika sore hari, Alleta masuk ke kamarnya lebih dulu, sementara Alfarez, ia memilih untuk segera mandi, lokasi kamar mandi memang ada di luar kamar, tepatnya ada di samping dapur.
Rumah milik warga desa sini rata-rata memang seperti itu, kamar mandi digunakan bersama, tidak ada yang namanya kamar mandi pribadi yang terletak satu ruangan di kamar tidur.
hari itu terasa sangat melelahkan, dengan air yang mengguyur tubuhnya, membuat Alfarez merasakan kehidupan yang lebih segar dari sebelumnya.
Ketika ia selesai dan keluar dari kamar mandi, para tetangga yang pada saat itu sedang membantu bersih-bersih, seketika terperangah menatap Alfarez.
Mereka selama ini tak pernah menyadari bahwa pria satu ini memiliki wajah yang begitu tampan, kharismanya sungguh menyilaukan mata.
"Ya ampun, anak ini benar-benar pantas dijuluki pria tertampan di desa kita," celetuk salah satu ibu-ibu sambil memandangi punggung Alfarez yang sedang berlalu pergi menuju kamar Alleta.
Hanya melihat wajah Alfarez dengan rambut basahnya saja sudah membuat mereka kalang kabut, bagaimana jika sampai mereka melihat pria itu bertelanjang dada, apakah semuanya akan segera tak sadarkan diri?
"Apakah dia memang selalu setampan itu? Dia bak pangeran yang turun dari langit," ucap salah satu ibu paruh baya yang masih tampak tercengang.
"saya hanya pernah dengar dari para gadis yang sering membicarakannya, tapi saya bahkan tak menyangka ternyata memang setampan itu dia."
"Pantas saja setiap kali bertemu para gadis, mereka selalu berkata ingin dinikahi oleh pria itu, saya pikir apa bagusnya, tapi sekarang saya sadar bahwa mata mereka memang pandai menilai pria tampan."
"Ada apa, sih, Ibu-Ibu? Heboh sekali kelihatannya."
Di tengah perbincangan hangat itu, tiba-tiba Rahel datang memecah suasana.
"Itu, lho, Rahel, suami adik kamu, ternyata setampan itu. Beruntung sekali Alleta, bangun tidur bisa langsung cuci mata dengan pemandangan indah setiap paginya," jawab salah satu dari mereka sambil menyenggol temannya dengan senyum malu-malu.
"Ih, apa sih, Ibu-Ibu, genit sekali. Lagi pula apa gunanya? Mengandalkan wajah saja tak cukup untuk bertahan hidup, dinikahi pria miskin justru merupakan kesialan baginya, itu karma bagi Alleta karena melakukan hubungan terlarang dengan pria itu."
Para ibu-ibu mulai berbisik-bisik mendengar ucapan Rahel, dan wanita itu tampaknya cukup puas dengan respon mereka, ia segera berlalu pergi setelah berhasil menjatuhkan nama Alleta.
Sementara di sisi lain, Alfarez kini sudah berada di kamar milik Alleta, sembari mengusap rambutnya dengan handuk kecil, ia menatap Alleta yang kini sedang menghapus riasannya.
"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Alleta yang akhirnya menyadari dirinya sedang ditatap oleh pria yang telah menjadi suaminya itu.
Alfarez hanya diam saja tak menggubrisnya, ia melangkahkan kaki untuk segera mengganti pakaian, ketika ia hendak membuka jubah mandinya, Alleta tiba-tiba bangkit dari tempatnya dengan salah tingkah.
Alfarez mengernyitkan alis, respon macam apa itu? Ia kesal melihat Alleta menghindar menatapnya.
Menyadari ketidakpuasan Alfarez terhadap responnya, Alleta pun memberanikan diri untuk berkata meski tergagap. "A-aku akan keluar dulu, takutnya kamu tak nyaman jika ada aku di sini."
Alleta dengan cepat berbalik badan ingin pergi, tapi kecepatan Alfarez lebih unggul darinya, pria itu menarik pergelangan tangan Alleta dan merengkuhnya dengan kuat.
Melihat Alleta yang terbelalak kaget, Alfarez menyunggingkan senyum tipis, dan membuka ikatan jubah mandinya hingga menampilkan sebuah dada bidang yang berotot.
Alleta menelan ludah dengan berat, cobaan macam apa yang sedang ia hadapi saat ini?
"Siapa yang merasa tak nyaman masih belum bisa dipastikan," jawabnya santai.
Lalu melanjutkan, "Apa arti pernikahan ini bagimu?" tanya Alfarez dengan suara yang berat sekaligus begitu tipis, napasnya bahkan dapat menyapu ke wajah Alleta yang masih begitu shock.
Alleta tak berani menjawab, ia bagaikan seekor kelinci yang habis diburu.
Alfarez mendekatkan wajahnya ke telinga Alleta, lalu berbisik pelan di telinga wanita itu.
"Pernikahan adalah sebuah penyatuan antara pria dan wanita, itu artinya sekarang kamu adalah milikku, dan aku menjadi milikmu."
Bisikan halus itu membuat bulu kuduk Alleta berdiri dengan sendirinya. Angin yang berembus halus di lehernya menambah suasana yang semakin mengerikan.
Alfarez meraih tangan Alleta dan mengangkatnya, telapak tangan wanita itu ia tempelkan di dadanya yang sedang terbuka.
Ketika tangannya menyentuh sebuah kulit dingin itu, Alleta tiba-tiba seperti sedang mengalami serangan jantung mendadak, ia tak bisa bernapas dan wajahnya memerah dalam sekejap.
"Seperti ini, kau bebas menyentuh bagian mana yang kau inginkan," lanjut Alfarez, Alleta segera sadar dan menarik tangannya kembali, ia berlari dengan salah tingkah menghindari pria di hadapannya itu.
Alfarez tersenyum miring menatap kepergian Alleta.
Sepertinya mulai saat ini hidupnya akan sedikit lebih menyenangkan dari biasanya.
"Gawat, ini sungguh di luar dugaan, apa yang terjadi padaku, kenapa aku jadi begini?" Alleta menepuk kedua wajahnya, lalu berpindah merasakan detak jantung yang sedang berdegup kencang tak karuan.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/