NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Budidaya dan Peningkatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: FAUZAL LAZI

[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Pagi itu, udara Desa Lian segar dengan kabut tipis yang turun dari pegunungan di utara. Suara ayam berkokok bersahutan dengan derap kaki para petani yang mulai membawa cangkul ke sawah. Jian Yu terbangun di gudang kecil milik keluarga Liu Shan, sinar matahari menyelinap dari celah-celah dinding bambu yang sederhana.

Begitu ia membuka mata, sebuah panel berkilau muncul di hadapannya.

[Selamat! Fitur baru terbuka: Hadiah Login Harian]

[Hadiah hari ini: Pil Pemurni Tubuh Tingkat Rendah x1, 10 poin pengalaman]

Alis Jian Yu terangkat. “Hadiah login? Bahkan tanpa bergerak pun aku bisa mendapatkan sesuatu.”

Ia menggenggam pil kecil berwarna kehijauan yang muncul di tangannya. Aromanya ringan, seperti daun teh muda yang baru dipetik. Jian Yu langsung duduk bersila, menelan pil itu, dan mulai menyalurkan Qi sesuai teknik pernapasan yang ia kuasai.

Begitu pil larut, panas lembut menyebar ke seluruh tubuhnya. Otot-ototnya mengencang, tulang berderak pelan, seolah ada kotoran halus yang terdorong keluar lewat pori-pori. Ia mengatur napas, membiarkan Qi baru mengalir ke dalam dantian.

Tubuhnya bergetar halus, lalu perlahan tenang. Saat membuka mata, ada kilatan tajam di sana.

“Pembentukan Dantian tingkat 2… lebih cepat dari perkiraanku.”

Ia mengepalkan tangan, merasakan kekuatan baru yang mengisi tubuhnya. Jika kemarin ia masih harus mengerahkan semua tenaga melawan seekor serigala Qi Rendah, sekarang ia yakin bisa menghadapinya dengan jauh lebih mudah.

Setelah membersihkan diri seadanya dengan air sumur di belakang rumah, Jian Yu keluar ke jalan desa. Suasana ramai. Beberapa pedagang membuka lapak kecil, menjual sayuran, kain, atau bubur panas yang aromanya mengingatkan Jian Yu pada sarapan kampung di tanah kelahirannya. Bedanya, di sini ada pemuda yang duduk bersila di dekat lapak, menyerap Qi sambil menjaga dagangan.

Liu Shan melambai ke arahnya dari kejauhan. “Pagi, Jian Yu! Tidurmu nyenyak?”

“Cukup baik,” jawab Jian Yu sambil tersenyum tipis.

Mereka berjalan menyusuri pasar desa. Liu Shan, yang memang seorang pedagang keliling, tampak sudah akrab dengan banyak orang. Sesekali ia memperkenalkan Jian Yu sekadar sebagai pemuda perantau yang ia tolong di hutan.

Dari percakapan orang-orang, Jian Yu mendengar banyak hal. Desa Lian berada di bawah pengaruh Klan Zhao, salah satu keluarga bangsawan yang menguasai wilayah ini. Setiap tahun, Klan Zhao mengirimkan pengawas untuk memeriksa para pemuda desa yang cukup berbakat, lalu sebagian dari mereka dikirim ke Akademi Qinghe akademi resmi di kota terdekat, tempat anak-anak muda ditempa menjadi kultivator sejati.

“Akademi Qinghe… agak kurang menarik kayak nya,” batin Jian Yu.

Siang hari, Jian Yu duduk di tepi lapangan tanah desa. Beberapa pemuda sedang berlatih jurus tinju dasar. Gerakan mereka keras, terkadang kasar, namun semangatnya tinggi. Salah satu pemuda bertubuh besar melirik ke arah Jian Yu, lalu berjalan mendekat.

“Orang baru ya? Katanya kau tinggal di rumah Liu Shan.”

“Benar,” jawab Jian Yu singkat.

Pemuda itu menatapnya dari atas ke bawah. “Namaku Zhao Feng. Aku keturunan jauh Klan Zhao, tapi lahir di desa ini. Kalau kau mau tinggal di sini, jangan hanya ongkang-ongkang kaki. Tunjukkan kemampuanmu.”

Nada suaranya menantang. Beberapa pemuda lain berhenti berlatih, memperhatikan mereka dengan sorot penuh harap.

Jian Yu berdiri perlahan, menatap Zhao Feng tanpa gentar. “Kalau ingin melihat, aku tidak keberatan.”

Zhao Feng tersenyum miring. “Bagus. Anggap saja sparring. Jangan salahkan aku kalau kau jatuh telentang.”

Mereka berdua berdiri di tengah lapangan. Warga desa mulai berkumpul, beberapa bersorak kecil, seolah pertarungan seperti ini sudah biasa.

Zhao Feng melangkah maju, tangannya meluncur cepat dengan pukulan lurus. Udara berdesing, kekuatan Qi tingkat 2 terasa jelas. Jian Yu menekuk lutut, memiringkan tubuh, lalu membalas dengan pukulan balik.

Tinju mereka bertemu. Suara keras terdengar, debu beterbangan. Zhao Feng mundur setengah langkah, wajahnya sedikit berubah. Ia tidak menyangka Jian Yu bisa menahan serangannya.

“Menarik,” gumam Zhao Feng, lalu melancarkan serangan berikutnya, lebih cepat, lebih berat.

Jian Yu menangkis dengan pedang kayu yang ia ambil di sisi lapangan. Gerakannya sederhana, tapi setiap ayunan terarah tepat. Penonton bersorak, beberapa bahkan berteriak mendukung Zhao Feng.

Pertarungan berlangsung beberapa jurus. Pada akhirnya, Jian Yu berhasil menempelkan ujung pedang kayu ke dada Zhao Feng.

“Cukup,” katanya datar.

Zhao Feng terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Ternyata kau tidak lemah. Baiklah, aku akui kau punya kemampuan.”

Sorakan terdengar di sekitar lapangan. Jian Yu hanya menghela napas, menurunkan pedang kayu. Baginya, ini hanyalah awal. Dunia di luar sana jauh lebih keras daripada sparring di desa kecil ini.

Malamnya, saat kembali ke gudang kecil, panel sistem kembali muncul.

[Selamat! Pertarungan melawan Zhao Feng meningkatkan pemahaman tempur.]

[Hadiah tambahan: +1 fragmen Teknik Pedang “Angin Mengalir“ perlu 3 biar lengkap.bisa digunakan juga untuk teknik pedang untuk sementara ]

Jian Yu menatap panel itu lama. Perlahan, senyum tipis muncul di wajahnya.

“Dengan sistem ini, setiap langkahku punya arti. Desa ini hanyalah awal. Aku akan menapaki jalan yang lebih tinggi.”

Ia duduk bersila, mulai mempelajari fragmen teknik yang baru ia dapatkan. Di luar, suara jangkrik memenuhi malam.Di dalam gudang kecil yang remang, Jian Yu duduk bersila dengan mata terpejam. Fragmen teknik langkah angin mengalir yang baru ia dapatkan perlahan-lahan menyatu dalam pikirannya, membentuk gambaran gerakan. Ia melihat sosok bayangan samar yang bergerak dengan langkah ringan, dengn langkah yg mengikuti arus angin, cepat namun fleksibel.

“Angin Mengalir…” gumam Jian Yu. “Pedang yang tidak hanya memotong, tapi juga mengikuti ritme alam.”

Ia berdiri, menggenggam pedang Qing Feng yang disandarkan di dinding. Udara malam masih dingin, embun mulai turun, tapi Jian Yu bergerak. Ujung pedangnya melintas membelah udara, menghasilkan suara mendesis.

Langkah kakinya ringan, hampir tanpa jejak. Pedang di tangannya tidak terlalu kaku, seakan mengikuti arah angin yang mengalir dari celah dinding gudang. Semakin lama, gerakannya makin halus, tubuhnya terasa ringan, bahkan napasnya mengikuti ritme pedang.

Setiap kali ia berhasil menyesuaikan gerakan dengan aliran Qi di dalam tubuh, dantian bergetar lembut, memperkuat fondasinya. Sesekali, tubuhnya terasa kaku ketika gerakan salah, dan keringat dingin bercucuran. Namun Jian Yu tidak berhenti, ia menyesuaikan lagi dan lagi.

Beberapa jam berlatih, ia menurunkan pedang dan duduk bersila. Di dunia batinnya, ia bisa merasakan aliran Qi lebih lancar, seolah sungai kecil yang menemukan jalurnya. “Teknik ini bukan sekadar tebasan, tapi juga pemahaman tentang ritme energi. Jika aku bisa menguasainya, pedangku akan lebih hidup.”

Keesokan harinya, Desa Lian lebih ramai dari biasanya. Warga berkumpul di lapangan tanah, beberapa lelaki dewasa membawa gulungan pengumuman. Jian Yu berjalan ke sana bersama Liu Shan, yang membawa keranjang dagangannya.

“Kelihatannya ada sesuatu yang penting,” kata Jian Yu.

Seorang lelaki tua membacakan pengumuman dengan suara lantang. “Dengarlah, pemuda Desa Lian! Dalam tiga minggu, Akademi Qinghe akan mengadakan seleksi bagi para calon murid. Mereka yang berusia antara sepuluh hingga delapan belas tahun diundang untuk ikut serta. Mereka yang terpilih akan mendapat pendidikan resmi dalam seni kultivasi dan peluang untuk naik ke ranah lebih tinggi.”

Sorak-sorai pemuda desa terdengar. Beberapa langsung saling menantang, yang lain terlihat bersemangat dan penuh harapan.

“Ini kesempatan besar,” bisik Liu Shan pada Jian Yu. “Jika kau masuk Akademi Qinghe, jalanmu akan terbuka lebar. Banyak pemuda desa bermimpi bisa masuk ke sana.”

Jian Yu hanya mengangguk pelan. Ia melihat pemuda-pemuda berlatih lebih keras dari biasanya, beberapa bahkan meminta bimbingan dari sesepuh desa. Semangat membara terasa jelas.

Namun, dalam hati Jian Yu tenang. Ia menatap hutan di kejauhan, lalu mengalihkan pandangan pada pedang di pinggangnya. “Akademi bisa memberi pelajaran, tapi pelajaran sesungguhnya ada di medan nyata. Jalan yang kutempuh bukan sekadar mengikuti arus. Aku ingin mengasah kekuatan dengan pengalaman, bukan hanya di dalam tembok.”

Sore itu, Jian Yu kembali ke lapangan kosong. Zhao Feng menghampirinya, keringat masih menetes dari kening setelah berlatih.

“Kau dengar tentang seleksi Akademi Qinghe?” tanya Zhao Feng, senyum penuh semangat terpancar dari wajahnya. “Aku akan ikut. Aku akan membuktikan kalau keturunan Zhao dari desa ini tidak kalah dari mereka yang lahir di kota.”

“Bagus,” jawab Jian Yu sambil mengangguk.

“Kau juga harus ikut,” desak Zhao Feng. “Kau cukup kuat. Kalau bergabung, kita bisa belajar bersama, mungkin bahkan masuk tim yang sama.”

Jian Yu menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Aku punya jalanku sendiri.”

Zhao Feng tertegun, lalu tertawa keras. “Kau aneh, Jian Yu. Semua pemuda di desa ini bermimpi masuk Akademi. Tapi kalau itu keputusanmu, aku tidak akan memaksa. Hanya saja, jangan menyesal kalau kau tertinggal.”

Jian Yu tidak menjawab. Dalam hatinya, ia yakin bahwa jalan petualangan dan pertempuran nyata akan menempanya lebih keras dibanding pelajaran di ruang kelas.

Malam itu, ia berlatih lagi. Angin malam mengalir lembut melewati lapangan kosong. Pedang Qing Feng menari di tangannya, gerakan semakin halus, semakin cepat. Sesekali ia merasakan Qi dalam tubuhnya menyatu dengan aliran gerakan, menimbulkan hembusan angin kecil di sekitar bilah pedang.

Panel sistem tiba-tiba muncul.

[Latihan teknik “Angin Mengalir” meningkat.]

[Hadiah: 5 poin pengalaman.]

Jian Yu menurunkan pedangnya, napasnya teratur meski peluh membasahi tubuh. Ia menatap langit malam yang bertabur bintang. “Aku tidak tahu jalan mana yang lebih cepat, Akademi atau jalan petualangan. Tapi aku tahu, jalan yang kupilih akan membawaku ke puncak.”

Hatinya mantap. Dunia baru ini penuh sekte, klan, dan kekuatan besar, tapi Jian Yu tahu ia tidak akan berjalan seperti orang lain. Ia akan menempuh jalannya sendiri, dengan pedang yang mengikuti arus angin dan tekad yang tidak tergoyahkan.

1
Pakde
lanjut thor
FAUZAL aut: siap tingal di review aja nih Giman cerita nya udah menarik belum
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!