Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.
Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.
Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Zema memilih menyenangkan diri di salon kecantikan. Hal yang tak permah dia lakukan sebab selama ini dia selalu menekan keinginannya agar bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
Namun semua pengorbanan itu terasa sia-sia sekarang. Anak dan suaminya lebih memilih wanita lain daripada dirinya.
Leora, entah apa yang akan dia lakukan pada putrinya itu. Kenapa mereka jahat sekali ingin memisahkan dirinya dan putrinya.
Zema menarik napas panjang, jika saat ini dirinya langsung menggugat cerai, ia yakin Leora pasti akan meminta tinggal bersama dengan Atta.
Dia tak rela. Biarlah sang suami kembali pada cinta pertamanya, tapi tidak dengan putrinya. Dia harus berjuang agar Leora mau dekat dengannya.
kemudian, Zema mengambil sebuah keputusan besar yaitu memilih memotong rambutnya hingga pendek.
Kini dia menyadari jika Atta berusaha membuatnya tampil seperti Kenzie dan dia bodoh saat itu karena merasa Atta begitu perhatian pada penampilannya.
Dirinya yang sedikit tomboy dan selalu memiliki potongan rambut pendek, rela mengubah penampilannya hanya demi Atta yang justru melihatnya seperti orang lain.
Dia akan kembali pada dirinya yang dulu, terserah suaminya suka atau tidak.
Setelah berhasil mengubah gaya rambutnya. Kini Zema menuju pusat perbelanjaan untuk mencari pakaian yang sesuai dengan dirinya.
Dia tak ingin lahi mengenakan gaun seperti yang selalu Kenzie gunakan. Sebaliknya dia akan kembali seperti dulu mengenakan pakaian casual seperti celana jeans dan lainnya.
Setelah puas melihat penampilan barunya. Zema kemudian berkemas. Dia membuang semua pakaian yang mirip sekali dengan apa yang kenzie gunakan.
Setelah dibohongi bertahun-tahun, dirinya terpaksa melihat media sosial milik Kenzie dan betapa terkejutnya dia ternyata apa yang dia gunakan semuanya sama dengan apa yang Kenzie pakai.
Dari model gaun, corak dan warnanya semuanya sama. Dirinya benar-benar merasa kesal dengan Atta yang membuatnya seperti tiruan Kenzie
Zema memejamkan matanya, dia sampai berpikir apa saat mereka behubungan, jangan-jangan Atta memikirkan kenzie juga, jika benar, itu sungguh-sungguh keterlaluan.
Dia tengah menata hati saat taksi yang dia tumpangi telah berhenti tepat didepan rumahnya.
Rumah yang dulu sangat dirindukannya kini justru terasa menyakitkan.
Apa Atta membawa Kenzie ke rumah mereka?
Apa mereka telah melakukan sesuatu di sana?
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya, membuat hatinya kembali gundah.
"Apa benar ini rumahnya Nyonya?" tegur sang sopir taksi yang melihat Zema diam mematung sejak tadi.
"Maaf pak, terima kasih telah mengantar saya," Zema memilih menyerahkan ongkos taksinya dan keluar dari sana.
Dia menarik napas panjang dan bersiap mendapatkan kejutan dari anak dan suaminya.
Setelah menekan bel, seorang asisten rumah tangga yang selama ini bekerja dengannya datang tergopoh-gopoh.
Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia, tapi entah kenapa Zema kini menyadari ada perasaan sedih di balik senyuman itu.
"Apa kabar Nyonya?" sapa asisten rumah tangganya yang bernama Atma.
"Baik Bi Atma. Bagaimana keadaan rumah Bi?"
Terlihat Atma begitu gugup. Semua tak lepas dari pandangan Zema pastinya, tapi ia memilih bungkam.
"Baik Nyonya. Nyonya terlihat berbeda—"
"Benarkah? Bagaimana penampilanku? Apa bibi suka?" cecar Zema tanpa sadar.
Atma mengangguk antusias, di matanya Zema justru terlihat lebih cantik dan segar.
Zema terkekeh. "Senangnya, tapi maaf Bi, kepulangan saya kali ini tak membawa oleh-oleh untuk semuanya."
Zema berdusta untuk hal itu. Sebenanrnya dia telah memberi beberapa buah tangan untuk keluarganya, tapi karena rasa kecewanya dia memilih menyimpan semuanya sampai dia benar-benar tahu siapa saja orang yang telah mengkhianatinya.
"Tidak apa Nyonya. Melihat Nyonya kembali saja saya merasa sangat senang. Apa Nyonya akan lama di sini?"
Pertanyaan Atma membuat langkah mereka yang sebentar lagi sampai dipintu utama langsung terhenti.
Dia menatap Atma dalam. Berusaha mengulik apa yang asisten rumah tangganya itu sembunyikan darinya.
"Ada apa memangnya? Apa bibi suka jika saya berada di luar kota? Saya tidak mau berpikir jika bibi bersikap semena-sema saat saya tak ada."
Sebenarnya pertanyaan Zema hanyalah sebuah pancingan. Ia tentu tahu Atma tak akan berani bersikap kurang ajar meski tak ada dirinya, sebab di rumah ini masih ada suaminya.
Melihat majikannya seakan salah paham, Atma buru-buru menjelaskan maksud ucapannya.
"Maaf Nyonya bukan begitu sungguh. Saya tak akan berani macam-macam. Hanya saja saya melihat Nyonya hanya membawa koper kecil saja."
"Ah, begitu. Aku belum tahu akan berapa lama. Pekerjaanku masih banyak juga."
Tatapan Atma berubah sendu. Membuat Zema tak mengerti ada apa dengan asisten rumah tangganya itu.
Zema segera membuka pintu, sebuah sambutan yang dulu dia harapkan saat kepulangannya justru kini terasa menyakitkan. Karena ia tahu semuanya penuh dengan kepalsuan.
"Selamat datang kembali sa ... yang," sapa Atta tercekat ketika melihat penampilan Zema yang berubah.
Zema memasang wajah datar dan hanya tersenyum tipis, dia tahu penampilannya pasti sangat mengganggu Atta.
"Mamah? Kenapa penampilan mamah kaya gini? Ara ngg suka!" celoteh anak umur lima tahun itu.
Zema tak tersinggung, dia justru melirik orang-orang di sana yang justru menatap sang suami yang mematung.
"Halo Ara, sini peluk mamah?" pinta Zema lembut.
Dia sangat mencintai anak semata wayangnya ini. Anak yang wajahnya sangat menurun dari wajah suaminya.
Leora menggeleng, seharusnya gadis kecil itu berlari memeluk sang ibu yang telah lima bulan ini meninggalkannya.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Anak itu begitu sinis padanya.
Zema hanya menghela napas dan tak ingin memaksa, sebab tujuannya adalah membuat putrinya kembali dekat dengannya.
"Penampilan kakak berubah. Ada apa ini?" tanya Jeni menginterupsi.
Zema tersenyum tenang. Dia tahu mereka semua pasti merasa aneh melihat perubahannya yang tiba-tiba.
"Sekarang kakak ditempatkan dilapangan. Memakai gaun agak kurang nyaman, jadi kebiasan sekarang," jelasnya.
Zema tak berbohong, dia memang sering ditugaskan meninjau proyek perusahaanya. Awalnya dia merasa kurang nyaman karena para pekerja lapangan selalu memperhatikannya karena pakaiannya.
Sekarang semua itu bisa menguatkan alibinya untuk berubah.
Benar saja, terlihat wajah lega dari keenam pasang mata di sana. Ada ibu mertua, adik ipar, sahabat serta kedua orang tuanya.
Itu agak aneh menurutnya
.
.
.
Lanjut
jgn lma* up nya y k
terimakasih Thor ...
makin seru dan bikin penasaran ceritanya.
semangat buat up lagi ya Thor ...💪