Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Arka melirik arloji dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Itu tandanya nika meeting sebentar lagi akan dimulai.
Sebagai seorang sekretaris, seharusnya Riri sudah mempersiapkan segalanya. Namun sebenarnya, Arka sudah memiliki semua dokumen yang ia simpan di filenya dan hanya tinggal mem-presentasekan-nya saja nanti saat sang Direktur pusat meminta data program yang akan direncanakannya untuk kemajuan perusahaan cabang yang saat ini sedang dijabat oleh Arka.
Ia keluar dari kamarnya, dan mengunci pintu dengan rapat. Ia melirik pintu kamar hotel yang ditempati oleh Riri, dan sepertinya tidak ada tanda-tanda wanita itu akan keluar. Ia memutuskan untuk pergi sendiri ke ruangan yang telah disediakan, mungkin di lobi hotel, menunggu sembari ngopi dan sarapan puff pastry yang renyah dengan isian abon daging yang gurih.
Ia melangkah menuju anak tangga. Sepertinya ia lagi tidak bersemangat untuk naik lift, sebab kamarnya terletak dilantai dua, sedangkan ruang meeting dilantai dasar,.dan anggap saja ia sedang berolahraga pagi untuk menyehatkan tubuhnya.
Wuuuuussh
Hembusan angin menerpa tengkuknya. Ia.merasakan punggungnya seolah menebal. Saat bersamaan, bulu kuduknya meremang, dan perasaannya mulai tak nyaman dan gelisah.
Aroma melati tercium menyengat dihidungnya, ia semakin bergidik ngeri, namun tetap melangkah menapaki anak tangga.
Setibanya dilantai dasar. Ia menuju ruang lobi. Lalu pelayan datang dengan memberikan daftar menu untuk sarapan yang sudah ditanggung oleh perusahaan.
"Kopi hitam hitam dan puff pastry saja," Arka menyebutkan pesanannya.
Saat bersamaan, Riri melintas dengan setelan rok span pass body serta blus berwarna putih dengan rimpel dibagian leher hingga dada.
Entah mengapa pagi ini wanita itu terlihat semakin cantik dan seolah kecantikannya naik level dari sebelumnya.
Wanita itu mengikat rambutnya dengan sanggul yang simpel, namun terkesan sangat menanwan.
Bibirnya dipoles oleh lipstik dengan nuansa merah muda semakin membuatnya semakin penuh pesona.
Bokongnya yang sekal san bulat berisi tampak menggoda siapa saja yang melihatnya, ditambah dengan pinggangnya yang ramping dan menjadi daya tarik tersendiri.
Seketika jantung Arka berdegub kencang, dan gemuruh didadanya semakin terasa memburu. Ia mencoba menahan semuanya, dan tidak ingin terpengaruh oleh godaan yang datang.
Riri datang menghampirinya dengan sikap yang dingin, dan memberikan sebuah berkas yang mana nantinya akan dijadikan bahan untuk meeting.
Pria itu meraihnya. Ia berusaha menahan gejolak didadanya yang memburu, dan jangan sampai Riri melihat tangannya yang gemetar karena menahan gejolak yang terjadi.
"Terimakasih," ucapnya dengan datar, dan tak ingin menatap wajah sang wanita.
Riri hanya mengangguk, dan duduk disofa lobi hotel yang sudah disiapkan sebelumnya, dan tepat dihadapan Arka.
Ia kembali melipat kakinya, dan memperlihatkan pahanya yang terekspos oleh Arka, seolah sedang memberikan sinyal jika ia siap untuk memberikan pelayanan yamg lebih pada sang atasan. Bukankah pada dasarnya seperti itu?
Pesanan Arka datang, lalu ia.menyeruput kopi dan menggigit puff pastrynya dengan memalingkan wajahnya dari Riri sang sekretaris.
Namun sialnya, semakin ia berusaha untuk menghindari sang wanita, semakin dadanya bergemuruh.
Arka mempercepat sarapannya, dan meninggalkan satu puff pastri karena ada sesakan yang tak biasa.
Mungkin sebagai atasan Riri, ia bisa saja meminta wanita itu datang kekamarnya dan memberikan pelayanan plus.
Akan tetapi, ia masih mengingat Gita sang istri, dan tidak ingin menjadi seorang pengkhianat.
Dengan menggunakan lift Arka kembali kekamarnya dan kemanapun ia pergi, seolah aroma melati itu tak pernah hilang dari penciumannya.
Setelah tiba dikamarnya, ia menuju kamar mandi, lalu melakukan pelepasannya dengan bermain solo. Ia lebih memilih membuang hal kotor difikirannya daripada harus menyentuh sang wanita yang bukan halal baginya.
Setelah mendapatkan puncaknya. Ia bersandar dinding kamar mandi. Wajahnya terlihat memerah, dan bayangan tentang Riri kembali terlintas dibenaknya. Ia mencoba memaksa membuang perasaannya terhadap sang wanita, namun selalu saja gagal.
Ia kembali membersihkan dirinya, dan harus segera tiba diruang meeting yang sebentar lagi akan dimulai.
*****
Arka memasuki ruangan meeting. Disana sudah ada beberapa peserta yang salah satunya adalah Riri yang tampak mempersiapkan semuanya.
Sementara itu, terlihat dua orang pria yang berasal dari bagian management pemasaran dan sepertinya hanya tinggal menunggu direktur pusat yang akan memimpin meeting pagi ini.
Arka tak ingin memandang sang sekretaris, ia sangat takut jika hasratnya bergejolak saat mata mereka beradu pandang.
Terlihat Direktur Utama melangkah memasuki ruangan dan itu tandanya jika meeting akan segera dimulai.
*****
Arka keluar dari ruangan meeting dengan tergesa-gesa.
Ia sudah mengirimkan pesan pada Riri jika dirinya tidak dapat pulang bersama, sebab ada urusan lain, dan ia sudah memesankan taksi online yang siap mengantarkannya sampai ketempat tujuan, dan tak lupa untuk mengirimkan uang tranportasi pada wanit tersebut.
Pria itu mempersiapkan barang-barangnya, ia.mengemasi dengan sangat cepat, dan memastikan jika tidak ada yang tertinggal.
Setelah merasa beres, ia bergegas meninggalkan hotel dan tak lupa untuk melakukan chek out terlebih dahulu.
Ia keluar dari parkiran dan tanpa mengucapkan apapun kepada sekretarisnya.
Riri menyingkap tirai jendela hotel, lalu mengintai mobil sang atasan yang ia anggap bersikap tidak profesional karena meninggalkannya seorang diri dikota ini.
Ia melihat transferan masuk ke dompet digitalnya dan menatapnya dengan sinis dan penuh misterius.
Ia menyibakkan rambutnya yang baru saja ia geraikan dengan leher jenjang yang sangat indah.
Sedangkan Arka merasakan jika hatinya sangat mengganjal dan ia ingin rasanya kembali menjemput Riri untuk pulang bersama. Namun entah mengapa ia terus saja memberontak, dan melanjutkan perjalanannya meskipun hatinya memaksa untuk kembali kepada wanita yang sudah membuatnya gelisah sepanjang hari.
Pria itu merasakan bulu kuduknya meremang. Dan tiba-tiba saja layar ponselnya menyala, terlihat satu panggilan dari sang istri *M*y Honey.
Ia mencoba mengabaikannya, namun panggilan itu terus saja tak berhenti, dan membuat hatinya sangat kesal.
Ia.mengangkatnya sembari menyetir. "Ada apa, sih? Mas lagi nyetir, nelponnya nanti saja!" Arka mematikan panggilannya sepihak, lalu menyimpan ponselnya ke dalam laci nakas mobil, dan kembali mengemudi.
Sontak saja hal ini membuat Gita merasa hatinya terluka. Ia tidak pernah mendengar sang suami berkata kasar namun kali ini, pria itu menghardiknya, dan sungguh sesuatu yang sangat tak biasa.
"Mungkin Mas Arka sedang lelah," gumamnya dengan lirih, mencoba menjaga hatinya, agar tidak terlalu berfikir negatif.
"Papa..," ucap Raihan dengan nada yang menggemaskan, dan hal itu bisanya sesuatu yang dirindukan oleh Arka.
Gita menoleh ke arah puteranya. "Abang rindu sama papa?" tanyanya dengan nada yang sangat lembut.
Bocah itu menganggukkan kepalanya.
"Bentar, ya. Sebentar lagi papa pulang," Gita mencoba menghibur puteranya.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔