Rani yang masih berusia 18 tahun, dengan rela dinikahi Malik yang berusia 50 tahun, pria yang baik dan pernah menyelamatkan hidupnya. dimana Malik, pria tua itu selama lima tahun menderita disfungsi yang tak bisa disembuhkan. Dan Rani lah orang yang dapat menyembuhkan penyakit itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Piknik
Malam itu setelah Malik pulang dari villa tempat ia bertemu dengan ayah tiri Rani, sang gadis menyambut Malik dengan penuh cinta.
"Kenapa kakek tidak menjebloskan Tikno ke penjara?" Geram Rani, setelah Malik cukup lama bercerita tentang pertemuannya dengan Tikno.
"Masih belum bisa sayang, saya belum mengumpulkan bukti. Tapi tenanglah dia akan kena akibatnya jika berani mengancam saya lagi." Pungkas Malik.
Malik pun menjelaskan selain tidak memiliki bukti, posisinya akan menjadi mengarah padanya yang terjadi tersangka. Karena ia akan kena pasal sudah sering bermain dengan Rani yang masih remaja.
Rani paham kesalahan yang dilakukan keduanya, bahkan ia yang seolah merasa nyaman menyatu dengan Malik.
"Tidurlah, besok kita akan pergi piknik."
"Piknik....? Kemana?" Tanya Rani yang begitu senang akan diajak piknik.
Sudah lama ia tidak keluar untuk sekedar jalan-jalan, walaupun itu hanya untuk makan dan pergi ke mini market. Selama Malik pulang ke kampung ingin menemui Rani, keduanya selalu bergulat diperaduan.
Waktu mereka dihabiskan untuk kegiatan yang tak pernah ada bosannya.
"Nanti kamu juga akan tahu, sekarang tidurlah." Perintah Malik lembut.
Udara pagi terasa begitu dingin, namun sorot cahaya matahari yang datang lebih awal membuat Rani terbangun lebih dulu dari Malik, ia mengamati wajah tua yang beberapa bagian wajah telah terlihat kontur harus halusnya.
Rani mengusap lembut wajah yang kian menua itu, hingga Malik terbangun seketika.
"Maaf kalau Rani membangunkan kakek."
"Tidak apa, lagi pula kita juga akan pergi. Lebih baik kita pergi piknik pagi hari saja, udaranya juga masih segar." Jawab Malik.
"Sekarang ya kek?" Antusias Rani dengan wajah yang ceria.
"Iya bersiaplah, saya akan mempersiapkan diri dulu." Titah Malik.
Rani mengangguk lalu ia langsung berlari menuju kamar mandi, ia secepat mungkin ingin cepat-cepat pergi bersama Malik untuk jalan-jalan.
Setelah Rani masuk kedalam kamar mandi, Malik mengambil ponselnya ia terlihat sibuk menghubungi seseorang.
"Bagaimana persiapannya...? Bagus, sebentar lagi saya akan ke tempat itu. Saya ingin seperfect mungkin."
Malik menutup teleponnya, ternyata ia menghubungi supirnya yaitu Rachmat untuk menanyakan persiapan untuk acara pikniknya pada Rachmat
Dan pria itu cukup senang melihat semuanya telah disiapkan, terutama makanannya. Rani keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih setengah basah dan mengenakan handuk kecil.
Rani pun mengerikan rambutnya hingga kering dan mengikatnya keatas, hingga terlihat leher jenjangnya yang putih mulus.
Rani bersiap mengenakan dress selutut dengan warna pink pastel, dan berdandan dengan menggenakan riasan yang simpel saja. Hanya mengaplikasikan bedak, lipstick pink kecoklatan dan mascara untuk menunjang kecantikannya.
Dan ketika Rani telah tampil cantik, barulah Malik keluar dari kamar mandi, ternyata disana ia telah bersiap. Pria itu memakai jas dan celana kainnya.
Walaupun Malik terlihat menua, rambutnya sebagian memutih dan telah muncul garis halus pada wajahnya namun bagi Rani pria itu tampan.
"Kamu sudah siap cantik?" Tanya Malik menebarkan pujiannya pada Rani.
Rani tersenyum malu ketika dipuji oleh Malik, ia mengangguk. Malik pun mengandeng tangan Rani dan mengajaknya pergi ke suatu tempat.
Seperti biasa Rachmat yang akan selalu mengantarkan majikannya itu kemana pun, hingga mobil berhenti pada sebuah pekarangan yang besar.
Rani belum pernah kesana, namun ia hanya mengikuti langkah Malik hingga mereka berdua memasuki kebun besar berisi banyak buah disana.
Rachmat hanya mengikuti majikannya, Rani tertegun begitu banyak buah-buahan disana, terlebih lagi netranya membuat melihat meja yang berisi banyak makanan di atasnya.
Disamping meja ada 2 buah bangku untuk keduanya duduk nantinya, disamping meja terdapat vas berisi bunga-bunga cantik berwarna warni.
Sungguh pemandangan indah yang belum pernah Rani lihat, dan rasakan.
"Ini tempat punya siapa kek?" Tanya Rani penuh kagum.
"Kebun dan pekarangan ini punya saya Rani." Jawab Malik.
"Tuan Malik disini sangat kaya nona, jadi sebagian sawah dan ladang telah berpindah tangan atas nama tuan Malik." Seloroh Rachmat.
Rani yang tahu memang kakek Malik kaya itu tak menduga jika pria yang kerap menghabiskan waktunya diperaduan dengannya itu sangat kaya raya, ia sampai terbelalak hebat mengetahui kenyataan dari Rachmat.
"Rani gak mengira kakek sekaya ini, maaf jika Rani rada kampungan." Lirih Rani yang begitu lama terdiam dengan mulut menganga karena keterangan sang supir Malik.
"Santai saja sayang, ayo kita sarapan dulu." Ajak Malik.
"Ayo makan dulu." Ajak Malik lagi.
"Iya kek." Jawab Rani.
**
"Mas bangun, ini sudah siang." Seru Susi mengguncang badan suaminya yang masih tidur dengan selimut yang menutupi badannya.
Semalam ia tidak pulang, ia malah pergi ke tempat hiburan yang biasa ia datangi untuk bersenang senang menghamburkan uang untuk wanita cantik di club malam.
"Udah biarin aja, aku masih ngantuk." Gumam Tikno mengenyahkan tangan istrinya yang berada di bahunya.
"Kamu ini dirumah saja, sedangkan aku harus bekerja tiap hari. Cari kerja sana." Bentak Susi yang sudah begitu kesal menghadapi suaminya.
"Berisik, ngapain susah susah kerja kalo gaji minim." Jawab Tikno yang terpaksa meladeni Omelan istrinya.
Pria itu terlihat kini telah menyenderkan badannya di bahu kasurnya, ia yang merasa haus mengambil air putih disampingnya dan ia tenggak teko kecil yang berbahan dasar tanah liat itu.
"Tapi kalo kamu gak kerja juga kita kekurangan terus, apalagi kamu selalu boros." Omel Susi lagi
"Ckkk bawel banget sih perempuan."
Tikno dengan terpaksa berdiri dari kasur dan berjalan mengambil sesuatu dalam lemari pakaiannya. Susi hanya memperhatikan suaminya saja, ia mengira suaminya akan bersiap diri untuk berangkat mencari pekerjaan.
Hingga akhirnya Tikno mengambil amplop coklat tebal dan diberikan pada istrinya.
"Ini uang buat kamu."
Susi mengambilnya dari lantai, lalu ia segera membuka amplop itu dengan wajah berbinar.
"Ini uang untuk aku mas?" Tanya Susi tak percaya.
"Iya siapa lagi, jadi aku gak harus kerja."
"Tapi kamu dapat uang ini dari mana? Jangan bilang kamu jadi perampok?" Terka Susi yang merasa janggal dengan suaminya.
"Buang pikiran kotor kamu, selama ini aku sering pergi keluar itu karena ada bisnis dengan temanku." Dalih Tikno yang berbohong pada Susi.
Dia tak ingin Susi tahu bahwa ia dapat uang itu dari Malik, dengan cara memeras pria tua itu. Jika tahu pasti Susi akan meminta bagian yang banyak.
"Benar begitu mas?"
"Iya...."
"Wah terima kasih ya mas." Seru Susi senang.
"Sekarang kamu cepat masak yang enak, bosan saya tiap hari kamu kasih sambel terasi dan ikan asin." Titah sang suami.
"Baiklah mas saya akan masak yang enak-enak dengan, sebentar saya akan ke pasar dulu." Riang Susi yang meng kipas-kipas lembaran uang merah yang banyak itu.