Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.
Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.
Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.
Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Kepala IGD
"Raya.."
Kepala Nayraya terangkat ketika sebuah suara memanggilnya. Dengan cepat dia menghapus airmata di wajahnya begitu melihat Irsyad berdiri tak jauh darinya. Dokter bedah trauma itu berjalan mendekat lalu duduk di samping Nayraya. Dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya lalu memberikannya pada Nayraya.
"Terima kasih, dok."
Nayraya mengusap airmata yang masih membasahi pipinya. Kesedihan masih nampak jelas di wajah wanita itu. Kepergian Ilham memberikan kesedihan mendalam padanya.
Sejak bergabung di rumah sakit ini delapan tahun lalu, Nayraya memang sudah dekat dengan Ilham. Dokter spesialis emergensi itu selalu bersikap hangat dengan semua stafnya.
Banyak hal yang diajarkan Ilham pada Nayraya. Wanita itu tumbuh menjadi perawat yang hebat dan tangguh. Hal tersebut tak lepas dari campur tangan Ilham. Tak heran kalau Nayraya begitu terpukul dengan kepergian pria itu.
"Kamu pasti sangat dekat dengan dokter Ilham," Irsyad membuka percakapan.
"Ya, dia sudah seperti guru sekaligus Ayah untuk ku. Aku juga dekat dengan almarhum istri dan anaknya. Sejak dokter Ilham kehilangan mereka, hidupnya seolah hampa. Dia hanya bekerja dan tidak mengurus diri dengan benar."
"Dia dokter yang hebat. Aku sempat mendengar namanya disebut oleh mentor ku. Dia salah satu panutan dokter spesialis emergensi. Sejak rumah sakit ini dibuka, dia sudah mendedikasikan hidupnya di sini."
"Ya, dokter benar. Dokter Ilham sangat mencintai rumah sakit ini. Saat rumah sakit berada dalam kondisi terpuruk, dia masih yakin kalau kami bisa keluar dari keterpurukan. Tapi sampai dia pergi, masih belum ada perubahan berarti pada rumah sakit ini. Bahkan secara tidak langsung, dedikasinya di sini yang membawa malapetaka padanya."
"Semua sudah takdir yang diguratkan untuknya. Aku yakin dokter Ilham tidak pernah menyalahkan siapa pun atas apa yang menimpanya."
Kepala Nayraya mengangguk pelan. Dokter Ilham terlalu baik untuk menyalahkan pihak lain atas tragedi yang menimpanya.
"Terima kasih, dokter."
"Untuk apa?"
"Karena dokter bersikeras menyelamatkan dokter Ilham. Akhirnya kami bisa mengucapkan perpisahan padanya."
"Aku hanya bekerja mengikuti naluri saja."
"Sebenarnya aku berharap dokter menyelamatkannya lagi tadi. Rasanya aku masih belum sanggup kehilangannya. Kami semua belum sanggup."
"Dia meminta ku secara langsung. Bagaimana mungkin aku mengabaikannya?"
"Saat dokter Ilham kecelakaan dan harus berbaring di ICU, walau sulit, kami terus bertahan di IGD. Setidaknya dokter Ilham masih bersama kami. Tapi sekarang, kami seperti layangan putus. Kami tidak punya sosok pemimpin lagi di IGD."
"Aku tahu kalau sosok dokter Ilham tidak bisa digantikan. Tapi aku dan dokter Emir akan berusaha semampu kami untuk tetap menjalankan IGD sebaik mungkin."
"Terima kasih, dokter. Terima kasih sudah datang di waktu yang tepat."
Hanya senyuman yang diberikan oleh Irsyad. Melihat Irsyad tersenyum, tak ayal membuat Nayraya ikut tersenyum. Setelah berbicara dengan dokter bedah trauma tersebut, perasaan Nayraya sedikit lega.
"Ayo, sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir. Kamu sudah makan?"
Kepala Nayraya menggeleng. Sedih kehilangan dokter Ilham membuat selera makannya hilang.
"Kamu harus makan. Kamu butuh energi untuk mengurus pasien dan menghadapi sisa hari ini. Aku sudah membeli makanan untuk staf IGD. Makanan ada di ruang istirahat. Ayo."
Nayraya bangun dari duduknya. Wanita itu mengikuti Irsyad keluar dari area yang masih kosong melompong. Keduanya menuju ruang istirahat yang letaknya tidak terlalu jauh dari IGD.
***
Pemakaman dokter Ilham berlangsung khidmat dan diiringi oleh Isak tangis. Hampir semua petugas medis di BMC datang untuk mengantarkan dokter spesialis emergensi itu ke pembaringan terakhirnya. Nayraya tak berhenti menangis ketika melihat jasad Ilham yang sudah dibungkus kain kafan diturunkan ke liang lahat.
Reynand dan Gusti membantu langsung menurunkan jasad Ilham. Keduanya memang begitu dekat dengan dokter Ilham, terutama Gusti. Handaru beserta dewan dan anggota komisaris juga datang ke sana. Mereka turut memberikan penghormatan terakhir pada dokter yang sudah mengabdi begitu lama pada BMC. Di antaranya terdapat Dadvar yang sekarang sudah menjadi anggota komisaris BMC.
Taburan bunga diiringi rangkaian doa mengakhiri pemakaman di sore hari ini. Keluarga dokter Ilham cukup terharu melihat betapa besar perhatian rekan kerja pria itu. Mereka mengucapkan banyak terima kasih karena sudah dibantu mengurus pemakaman Ilham.
Satu per satu semua yang ada di area pemakaman meninggalkan tempat tersebut. Dadvar menghampiri Irsyad dan Emir yang turut hadir di pemakaman. Mereka berbincang sebentar di dekat mobil.
"Setelah kepergian dokter Ilham, posisi kepemimpinan di IGD otomatis kosong. Aku akan langsung mengangkat Emir sebagai penggantinya. Kepemimpinan di sana tidak boleh terlalu lama kosong. Sangat riskan. Apalagi IGD selalu menjadi incaran dewan komisaris," ujar Dadvar.
"Aku setuju. Lakukan saja apa yang menurut mu benar."
"Mir, kamu siap kan?"
"In Syaa Allah."
"Bagaimana soal pasien BPJS? Kita tidak bisa terus menerus menolak pasien BPJS."
"Aku sudah berbicara dengan petinggi di sana. Rupanya mereka sudah mengangsur pembayaran sebesar 30 milyar. Tapi uang itu dikorupsi oleh Gery dan Iskak."
"Bukankah Gery sudah di penjara dan semua asetnya sudah disita?"
"Dia mengajukan banding, dan sampai sekarang proses bandingnya belum selesai. Kalau vonis banding sudah keluar, baru asetnya bisa diambil untuk membayar kerugian rumah sakit."
"Brengsek! Sudah salah, tapi masih berani mengajukan banding," kesal Emir.
"Itulah orang serakah. Oh ya, aku harus pergi sekarang. Handaru akan menggelar pertemuan dengan dewan direksi. Kabarnya dia mendapatkan investor baru."
"Oh ya? Siapa?"
"Aku juga tidak tahu. Aku pergi dulu."
Dadvar bergegas menaiki mobilnya. Kendaraan roda empat miliknya segera bergerak meninggalkan area pemakaman. Saat Irsyad akan masuk ke dalam mobil, dia melihat Nayraya dan Farah berjalan keluar dari pemakaman.
"Kalian langsung pulang?" tanya Irsyad.
"Ya."
"Naiklah. Biar aku mengantar kalian. Untuk yang mau kembali ke rumah sakit, bisa ikut dengan dokter Emir."
Hanya Farah dan Nayraya saja yang ikut di mobil Irysad, sisanya ikut dengan Emir atau pulang dengan kendaraan sendiri.
"Di mana rumah mu, suster Farah?"
"Ciwastra."
"Oke, beritahu saja arahnya."
Selama perjalanan diisi dengan percakapan seputar dokter Ilham. Lebih banyak Farah yang bercerita, sementara Nayraya yang duduk di depan hanya diam membisu. Wanita itu masih belum bisa melepaskan diri dari kesedihannya.
Selesai mengantar Farah, Irsyad lanjut mengantar Nayraya. Pria itu tidak perlu menanyakan arah lagi karena sudah pernah mengantar sebelumnya. Seturunnya Farah, suasana di dalam mobil kembali hening.
"Apa kamu tinggal sendiri, Raya?" Irsyad berusaha memecah keheningan di antara mereka.
"Ya," jawabnya singkat.
"Di mana motor mu?"
"Di rumah sakit."
"Besok kamu masuk apa?"
"Pagi."
"Apa perlu ku jemput?"
Pertanyaan Irsyad sukses membuat Nayraya menolehkan kepalanya. Wajah Irsyad terlihat santai, matanya terus menatap ke depan.
"Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri."
"Oke."
Perjalanan mereka berakhir setelah Irsyad menghentikan mobil di depan gang. Setelah mengucapkan terima kasih, Nayraya segera turun dari mobil. Wanita itu memasuki gang di mana rumahnya berada. Setelah wanita itu tak terlihat lagi, Irsyad melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
***
Sekembalinya dari pemakaman, Handaru langsung menggelar rapat bersama dewan komisaris. Pria itu mempresentasikan penawaran yang dilakukan Sentanu. Pihak AvaMed bersedia bekerjasama dengan BMC. Mereka menawarkan fresh money untuk operasional rumah sakit. Syaratnya, rumah sakit akan menggunakan obat-obatan dan peralatan medis buatan mereka secara eksklusif.
Selain itu, Sentanu juga menawarkan pembukaan departemen baru di BMC, yakni departemen bedah plastik. Dokter yang bertanggung jawab adalah seorang dokter bedah plastik asal Korea Selatan yang sudah memilki reputasi baik di negeri ginseng.
Tawaran menarik ini disambut baik oleh hampir semua dewan dan anggota komisaris. Hanya tiga orang saja yang menentang usulan tersebut, salah satunya adalah Dadvar. Namun karena suara mayoritas menyetujui tawaran Sentanu, akhirnya diputuskan kalau mereka akan bekerja sama dengan AvaMed. Setelah keputusan diambil, rapat pun dibubarkan.
"Kamu melakukan kesalahan," ujar Dadvar.
"Kamu tidak memberi ku pilihan. Kamu tahu kalau rumah sakit membutuhkan dana tunai untuk operasional. Sudah empat bulan ini gaji semua karyawan BMC tidak dibayar full, termasuk dokter dan perawat."
"Dan aku sudah bilang untuk menemukan tikus yang menggerogoti rumah sakit ini. Apa kamu yakin setelah mendapatkan investasi dari AvaMed, korupsi akan berhenti?"
"Aku masih menelusurinya."
"Kamu terlalu lambat! Aku beri waktu satu bulan. Kalau kamu masih belum bisa menemukan tikus itu, aku akan mendatangkan auditor eksternal. Lalu untuk pasien BPJS, kalian harus menerimanya lagi kalau kalian tidak mau menerima sanksi dari pemerintah."
"Pemerintah masih menunggak pembayaran!"
"Pemerintah sudah mengangsur tunggakan, tapi Gery dan Iskak sudah mengkorupsinya!"
Handaru sontak terdiam. Lagi-lagi Iskak melakukan hal yang tidak disangkanya. Bukan hanya menumbalkan dirinya, membuatnya terjebak di rumah sakit yang nyaris bangkrut. Pria itu juga kabur membawa uang hasil korupsinya.
"Dan satu lagi, segera angkat dokter Emir sebagai pengganti dokter Ilham."
"Dokter Emir masih muda! Dia belum siap memimpin departemen IGD!"
"Apa kamu punya kandidat lain yang lebih baik dari dokter Emir?"
Dadvar menepuk pelan pundak Handaru kemudian berlalu dari pria itu. Handaru mengusap wajahnya kasar. Dengan langkah tergesa, pria itu beranjak dari tempatnya.
***
Keesokan harinya, sebelum waktu kerja shift pagi dimulai, semua kru IGD dikumpulkan oleh Handaru. Pria itu akan mengumumkan siapa pengganti dokter Ilham sebagai dokter kepala IGD.
"Seperti yang kalian tahu, dokter Ilham sudah meninggalkan kita dan saat ini posisi dokter kepala IGD kosong. Karenanya saya akan mengangkat kepala IGD baru hari ini."
Semua terdiam menunggu keputusan Handaru. Gusti sendiri penasaran siapa yang akan diangkat sebagai dokter kepala IGD sebagai pengganti dokter Ilham. Setahunya hanya dokter Ilham yang memegang gelar spesialis emergensi. Tiga dokter lain sudah mengundurkan diri dan pindah ke rumah sakit lain.
"Untuk dokter kepala yang baru, saya akan mempercayakannya pada dokter Emir."
***
Besok aku libur🤗
Doakan ya, semoga karya ini lolos retensi NT dan bisa dikontrak, aamiin..
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂