NovelToon NovelToon
Godaan Cinta Ibu Susu

Godaan Cinta Ibu Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu susu / CEO
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dini ratna

Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.

Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.

Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.

Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Clara

Maudy hendak kembali ke dalam, tetapi langkahnya dihentikan oleh suara klakson dari sebuah mobil merah yang baru saja memasuki pekarangan rumahnya. Maudy, berbalik menghadap mobil Clara yang berhenti di depannya.

"Pagi Tante," sapa Clara saat keluar dari mobil. Maudy tersenyum, lantas menjawab sapaan itu.

"Pagi juga, Clara ... Tante pikir gak pagi-pagi datangnya." Ujar Maudy sambil memeluk Clara.

"Memangnya kenapa Tante?" tanya Clara, setelah melepaskan pelukan Maudy.

"Darren, baru saja pergi."

"Oh iya, tadi mobil kami juga berpapasan tetapi Darren tidak melihatku." Clara, tidak melihat Sera, di dalam mobil itu karena memang kaca mobil Darren sangat gelap jika dilihat dari luar.

Maudy, mengajak Clara masuk. Mereka duduk bersama di ruang tamu, Maudy meneriaki Inah supaya membuatkan minuman.

"Inah, buatkan minum untuk dokter Clara!"

"Iya Nyonya," jawab Inah dari belakang sana. Tanpa disebutkan apa minumannya Inah sudah tahu teh camomile kesukaan Clara.

"Lio, tidur Tante?"

"Nggak, barusan Lio pergi dengan Darren."

"Berdua? Memangnya Darren bisa jaga bayi?"

"Nggak cuman Darren, tapi sama ibu susunya juga. Namanya Sera, kemarin waktu imunisasi dia ikut ke rumah sakit tapi menunggu di luar jadinya kamu nggak ketemu, ya."

"Iya, Tante. Clara gak tahu."

Di sela perbincangan Inah datang membawa dua gelas teh untuk Clara juga Nyonyanya.

"Ini teh camomile kesukaan dokter cantik, mangga ... dinikmati tehnya selagi hangat," ujar Inah dengan gaya ramahnya. Clara, membalas dengan senyuman.

"Terima kasih Bi."

"Sama-sama, Bi Inah permisi ke belakang lagi." Clara, mengangguk dengan senyuman.

"Jadinya Tante menyewa ibu susu untuk Lio?"

"Hmm ... karena Lio alergi protein susu sapi, Tante jadi bingung. Makanya saat ketemu sama Sera, Tante langsung bawa dia kesini."

"Ketemu di mana Tante?"

"Di rumah sakit, saat itu Lio dirawat lagi karena pembengkakkan wajah yang disebabkan susunya, saat itu Tante sudah sangat putus asa tiba-tiba Sera, datang yang kebetulan dia menyumbangkan ASI-Nya di sana. Saat Lio, diberi ASI pertama, Tante senang sekali karena Lio menerimanya, bahkan Lio tidak mau menggunakan botol, maunya ngendot langsung."

Clara, tersenyum getir mendengar cerita Maudy yang tampaknya membuat Maudy bahagia, tapi tidak dengan Clara.

Clara mulai memeriksakan kesehatan Maudy, dimulai dengan tensi darah, karena Maudy mengeluh selalu pusing.

"130/80," kata Clara yang membuka alat tensi. "Sepertinya Tante kecapean, jangan banyak pikiran Tante, nanti Tensinya makin naik."

"Akhir-akhir ini Tante memang agak stres, apalagi saat Darren memecat ibu susu Lio, aduh ... pusing banget Tante, udah Lio nangis terus, Darren keras kepala. Kamu tahu sendiri, Kan seperti apa Darren."

"Jadi Sera itu ibu susu yang baru?"

"Nggak, tetap Sera dari awal hanya saja kemarin ada kesalahpahaman."

"Ouh," gumam Clara lalu duduk di samping Maudy. "Tante, nanti Clara resepin obat, ya."

"Ah iya, kamu langsung kirim saja ke nomor Tante, soalnya Tante mau langsung kirim ke Darren, biar sekalian dia beli obat buat Tante."

"Iya Tante, Clara sudah kirim resepnya."

"Ya, sudah Tante mau ke kamar dulu ambil handphone, kamu tunggu di sini, ya."

"Iya Tante."

Maudy melangkah pergi ke kamarnya. Clara celingukan, memindai sekeliling ruangan, hingga netranya tertuju ke lantai atas tepat ke kamar Darren. Clara pun bangkit dari ruang tamu berjalan menaiki tangga menuju kamar Darren.

Setibanya di depan kamar Darren, ia menghela nafas lelah, lalu menarik handle pintu --- seketika pintu pun terbuka lebar.

Dengan jalan gontai Clara memasuki kamar itu, netranya memindai sekeliling kamar yang tampak rapih, Darren memang pria yang mementingkan kerapihan dan kebersihan.

Langkah Clara, tiba-tiba terhenti ia menatap foto prewedding Darren dan Tamara, setelah lama menatap dalam diam Clara pun berjalan mendekati foto itu.

Tatapan aneh yang Clara berikan kepada Tamara, ekspresi yang tidak bisa diartikan. Jari tangannya tiba-tiba meraba potret wanita itu, dengan tangan gemetar yang penuh penyesalan.

"Maafkan aku, maafkan aku Tamara," ucapnya demikian.

"Clara?"

Tiba-tiba Maudy datang, membuat Clara terkejut. Ia langsung menoleh dengan perasaan yang gugup.

"Tante," ucapnya.

"Ternyata kamu ada di sini." Maudy melangkah masuk.

"Iya, Tante. Aku tiba-tiba teringat Tamara, ketika melihat foto ini."

Clara menatap foto itu lagi, Maudy mengikutinya. "Kamu pasti sangat sedih seperti Darren, yang sangat kehilangan. Entahlah, apa Darren sudah melupakannya atau tidak. Tapi ...," ucap Maudy lalu menatap Clara.

"Tidak usah buru-buru Tante, kepergiaan Tamara baru dua bulan, biarkan Darren fokus dulu sama Lio. Aku nggak akan mengganggu kebahagiaannya, Lio masih butuh perhatian papanya."

Maudy tersenyum getir, lantas mengangguk. Sedetik senyumnya memudar lalu ia menatap Clara penuh keraguan.

"Clara ... apa benar surat itu ...."

"Tante gak percaya? Clara, bisa mengerti. Itulah kenapa Clara, tidak ingin memberitahukan Darren saat ini, karena Clara takut jika cintanya pada Tamara, membuat Darren benci pada Clara, hanya karena surat itu."

"Clara juga tidak mau Tante, sebenarnya tapi ... itu amanat dari Tamara."

Maudy, mengangguk mengerti lalu tersenyum kepada Clara, sambil mengusap lembut punggung dokter itu.

"Terima kasih kamu sudah mengerti, ya Clara. Semoga saja Darren, bisa menerima ini."

"O ya, sekarang kita ke bawah, Inah sudah masak kita makan siang dulu, ya," ajak Maudy yang menggandeng Clara ke bawah.

Sementara di tempat lain, Darren dan Sera, mereka masih berada di mall. Selain untuk membeli pakaian Lio, Darren juga membeli stroller bayi, jadi Sera tidak harus mengendong Lio dengan aisan, sehingga tidak membuatnya pegal.

"Sera, kamu masuk saja dulu. Aku mau cari apotek dulu, Mama titip obat."

"Baik Tuan, tapi nanti ke sini lagi, kan?" tanya Sera yang menatap curiga.

"Memangnya aku mau kabur kemana?"

"Ya, bukannya gitu. Takutnya, nanti aku pilih-pilih barang Tuan gak kembali, lalu siapa yang bayar."

Darren membuang nafas kasar, lalu memutar bola matanya malas.

"Tunggu saja, cuma lima menit," ucapnya lalu pergi.

Sera , mendorong stroller Lio, memasuki toko. Ia hanya melihat-lihat tidak berani mengambil karena takut dibilang so tahu sama Darren. Selagi menunggu Darren, ia menuju etalase baju perempuan karena teringat bayinya Marsha.

Disentuhnya baju-baju itu yang terlihat lucu dan menggemaskan. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

"Sera?"

Sera berhenti, lalu berbalik pada sosok wanita yang baru saja memanggilnya. Matanya membulat ketika tahu jika wanita itu adalah mantan mertuanya.

"Akhirnya, kita bertemu di sini, ya! Mana, uang mahar mu. Kamu harus mengembalikan uang mahar anakku yang sudah kamu bunuh!"

"Tante!" sentak Sera. "Tante, jangan sembarangan, ya bilang aku pembunuh. Di sini banyak orang lo Tante."

"Nggak peduli! Justru biar mereka tahu, kamu itu pembunuh."

"Diam!" sentak Sera, seketika mertuanya itu terdiam. "Sudah cukup, ya Tante bilang aku pembunuh. Aku juga korban kecelakaan ini, dan bayiku meninggal tapi Tante malah menyalahkan aku. Anak Tante saja, yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Aku sudah baik hati tidak mengumbar aib anak Tante yang tukang selingkuh."

"Pantas saja anak saya selingkuh karena punya istri kaya kamu yang tidak perhatian sama suami."

Amarah Sera, mulai mendidih. Tangannya mengepal dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Hati mana yang tidak sakit ketika direndahkan oleh mertuanya, bahkan sejak dulu keluarga suaminya tidak pernah menganggapnya.

Sera, selalu dibandingkan dengan putrinya, karena mereka berasal dari keluarga berada. Dan Sera, hanya dijadikan benalu dalam keluarga suaminya.

"Cukup Tante, aku di matamu selalu salah, selalu buruk. Walau aku ... mencuci kedua kakimu sekalipun. Bahkan, Tante bilang tidak terima ketika aku bilang Vero selingkuh, karena Tante ... sudah tahu, kan dan merahasiakan skandal anak Tante sendiri karena wanita pelakor itu ... wanita kaya, yang bisa memberikan Tante segalanya."

Wanita itu terpaku, bibirnya yang lemes tiba-tiba membeku. Niat ingin merampas Sera, malah dirinya yang terpojok. Sera ternyata sudah tahu jika mertuanya mengetahui perselingkuhan suaminya dulu.

Nafas Sera, mendadak sesak. Semua orang memandangnya bagaikan penjahat, Sera ingin sekali lari jika tidak memikirkan Lio. Sungguh sangat malu dirinya, dituduh sebagai pembunuh.

'Banyak orang ... bagaimana jika ada yang merekam. Lalu melaporkannya kepada polisi, dan aku dijuluki wanita pembunuh.'

"Sayang ...."

Tiba-tiba suara itu mengalihkan pandangan mereka. Sera, berbalik yang menoleh ke arah kerumunan. Darren, membelah kerumunan yang kini berjalan ke arahnya.

"Sayang, kamu baik-baik saja?"

Sera, tercengang ia hanya bengong menatap Darren bingung. Darren, memiringkan wajahnya kepada Sera, lalu berkedip seolah mengajak Sera untuk bersandiwara.

Sera, pun berdehem. "Ini ... ibu ini menuduhku pembunuh putranya."

Darren, melirik wanita paruh baya di depannya. Ia melangkah dengan ekspresi yang tegas. "Aku merekam semuanya. Anda bisa dipidana karena memfitnah dan menuduh istri saya sebagai pembunuh. Apa Anda mencoba menipu kami? Bagaimana bisa dia membunuh suaminya sedang saya ... suaminya masih hidup. Dan ini anak kami."

Sera terbelalak, ia melirik Darren seolah meminta penjelasan. Tetapi Darren, hanya berbisik jika mereka harus bersandiwara.

"Ka ... kamu ...."

"Sudah, Bu. Mungkin itu masa lalu istri saya. Jika putra mu meninggal kenapa menyalahkan istri saya, lagi pula istri saya yang paling tersakiti karena anak Anda yang mempermainkannya."

"Anda sampai meminta uang mahar kembali padahal, mahar itu bukan pinjaman."

Keadaan mulai riuh, semua pengunjung mulai percaya perkataan Darren yang menganggap ibu ini penipu demi merampas uang Sera. Demi sandiwara yang berjalan mulus Sera,

menangis sambil memeluk Darren.

Darren tersenyum paksa, sambil mengelus lembut kepala Sera. Dalam hati ia ingin sekali menendang ibu susu bayinya itu karena berani memeluknya.

"Kamu jangan ngambil kesempatan, ya," gumam Darren.

"Sebentar saja Tuan, ini demi melancarkan sandiwara kita," bisik Sera.

"Tapi tidak harus berpelukan."

"Jika tidak berpelukan mereka akan curiga."

Darren tersenyum lagi, elusan tangannya begitu pelan dan lembut tetapi yang dirasakan Sera berbeda, helaian rambutnya bagaikan dijambak. Karena, sakit Sera pun membalasnya dengan cubitan halus pada pinggang Darren, yang membuat mata Darren membola.

1
ovi eliani
semoga sera senang dgn CD fdr darren wkwkwwk🤣🤣🤣
Ariany Sudjana
Darren jangan percaya sama Clara, dia itu hanya ingin harta kamu dan tidak peduli sama sekali sama anakmu
Danny Muliawati
ternyata dr Clara jahat bunuh istri nya darren tunggu yah dokter pembunah balasan nya Thor ga tidur🫢
ovi eliani
lagi lagiseru nih , rupanya clara jahat. up lg thor
ovi eliani
terima kadih dibble up thor, makin adik baca ceritanya, satu lg ya thor
ovi eliani
jcubit aja sera farren sampai kesakitan siapa yg mau bersandiwara 🤣🤣🤣🤣🤣
ovi eliani
thor buat darren mengejar cinta komet
ovi eliani
lagi thor jangan nanggung ceritanya , puas aku rasain kamu darren ini baru permulaan ya, nanti jatuh cinta sama sera bucin lg wkwkwkwk
ovi eliani
lanjut thor ceritanya oke bingit
ovi eliani
terima kasih thor, kadih pelajaran dulu darren thor biar tau rasa sembah 2 deh lho derren biar tau rada minta haji besar sera to buat darren susah dulu.
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
ovi eliani
gampang sebelumnya kan darren lihat CCTV pasti tau lah klo nia yg mencurinya untuk menjebak sera , tinggalin aja sera paling2 nanti baby tio nangis di buat pusing darren balas dendam sera biar tau rasa darren.
Ani Basiati
nia yg mencuri kan thor
ovi eliani
bagus sera belum. tau darren klo sera sdh bereaksi gaas ken sera duda sombon iitu
ovi eliani
jangan di marah in srra darren nanti susah cari ibu pengasuh buat susu in anak mu, udah jadi in istri aja biar sekalian enak wkwkwwk
ovi eliani
kenapa belum up thor
Dini_Ra: mungkin masih review, ditunggu aja ya 👌
total 1 replies
ovi eliani
ceritanya oke, mau ya thor up tiap hari doble up lah thor
yusnah
selalu ditunggu upnya kak
Bundanya Pandu Pharamadina
nyimak kisah Sera
Alyanceyoumee: Assalamualaikum.
Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "Parting Smile" ya, siapa tau Kaka suka.
insyaallah seru ko... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Soraya
dh mampir thor lanjut
Dini_Ra: Terima kasih 🙏 jangan lupa dukungannya, ya 🙏
total 1 replies
kaylla salsabella
mampir Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!