NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 - Pesan Misterius

Alvan tersedak kaget.

“Hah?!” Teriak Reflek.

Belum sempat ia menjelaskan, ibunya cepat-cepat mengambil jagung dari nampan di meja dan memasukkannya ke mulut ayahnya.

“DIAM! Jangan mengada-ngada. Tanya dulu ke Alvan, baru ngomong,” ucapnya tegas, tapi matanya menahan tawa melihat suami nya penyabar tiba-tiba naik pitam sambil mendebrak meja, sampai Gelas di atasnya ikut bergetar.

Setelah suaminya tenang, ia mengalihkan pandangannya ke Alvan, anaknya.

“Alvan, jelaskan! Anak ini datang dari mana?!” ucap ibunya, suaranya tegas tapi tidak marah, ia tahu, anaknya bukan tipe yang akan melakukan hal buruk semacam itu.

Alvan menghela napas panjang bersiap menjawab, lalu menatap ibunya dengan ekspresi serius.

“Bu… sebenernya aku nggak bawa anak kecil ini sembarangan. Dia tersesat di sawah malah nyungsep di sawah, aku cuma bantuin pulang ke rumah dulu karna hari udah mau menjelang malam.”

Ibunya menatapnya tajam, tapi nada suaranya kini lebih tenang.

“Hah… Nyungsep di sawah? Karna Tersesat?

Alvan mengangguk, sambil menunjuk bocah itu yang masih berdiri malu di sampingnya.

“Iya, Bu. Aku baru aja nemu dia di sawah. Lagi main sendirian, terus nyungsep… yaudah aku bawa pulang supaya nggak kenapa-kenapa apalagi bajunya kotor begini.”

Ibunya menepuk pipi Alvan pelan, setengah menahan tawa.

“Ya ampun, Nak… baru pulang sekolah udah jadi pahlawan kecil. Tapi lain kali kasih tahu dulu, jangan tiba-tiba bawa anak orang ke rumah.”

Ia lalu berjongkok, menatap bocah kecil itu sambil mencubit pipinya pelan.

“Kamu juga ya, bocah kecil, jangan sembarangan ikut orang. Nanti bisa diculik, loh kasian ibu dan ayahmu.” Ucap Ibu Alvan perhatian.

Bocah itu tersenyum canggung, matanya berbinar polos.

“Hehe… Kakak ganteng gini, nggak mungkin penjahat, kan oma?” Ucap nya.

Alvan cuma bisa geleng-geleng kepala sambil menahan tawa.

Ayahnya yang sedari tadi memperhatikan, langsung meledak tertawa.

“Haha! Muka Gini doang di bilang ganteng, masih ganteng lah, Opa ini!” serunya sambil menepuk-nepuk meja.

Ibunya ikut terkekeh, menatap Alvan dan ayahnya bergantian, antara geli dan hangat melihat pemandangan di depan mata nya saat ini.

Melihat suaminya sesenang itu, ia hanya bisa menggeleng kecil sambil tersenyum.

Suasana rumah yang tadinya tegang mendadak berubah jadi ramai penuh tawa.

“Udah, udah… jangan ngeledekin terus. Nanti si kecil bingung,” katanya, masih dengan nada lembut.

Ayahnya malah makin ngakak.

“Hahaha! Lah justru lucu, Bu. Nih anak kecil pinter juga, bisa muji orang ganteng segala!”

Alvan menatap mereka berdua, pasrah tapi tersenyum juga.

Bocah kecil itu menatap bingung ke arah mereka polos, seolah belum paham kenapa semua orang tertawa.

Ibunya berdiri dan berjalan perlahan menuju dapur untuk masak.

Drap..Drap..

“Oh iya nak, sambil menunggu Ayah dan Ibu masak, ajak si kecil ganti baju dulu ya, pakai baju lama si adik, ” kata ibunya sambil tersenyum hangat.

“Siap oma,” jawab bocah kecil itu manis.

Ibunya tersenyum sendiri di dapur melihat dirinya sudah di anggap nenek padahal belum punya cucu.

Alvan mengangguk, lalu berjalan menuju kamar adik perempuannya.

Tok... Tok… ia mengetuk pintu pelan.

“Iya, ada apa, Kak?” sahut adiknya, gadis kecil yang baru duduk di kelas satu SMP.

Begitu melihat bocah kecil di sebelah Alvan, adiknya langsung bertanya refleks.

“Lho, ini anak siapa, Kak?”

Alvan tersenyum canggung.

“Ribet kalau dijelasin sekarang… nanti aja ya.”

Bocah kecil itu mengikuti Alvan masuk, menatap sekeliling kamar dengan kagum dan bingung sekaligus.

Kamar itu memang kecil, tapi rapi. Ia tak berani berkomentar, ingat pesan ibu tadi untuk selalu sopan di mana pun berada.

Alvan menatap adek nya itu sejenak, lalu bertanya lembut,

“Oh iya, Dek… baju kamu kecil di mana yang cocok untuk nya?”

Bocah itu berpikir sebentar, lalu menjawab polos,

“Hmm, di bagian bawah lemari kayak nya Kak. Gak banyak, tapi masih ada dikit sekitar 4 baju. Untung aja belum dibuang karna baju beli di kota dulu, mahal.”

Alvan mengangguk mengerti, lalu mengeluarkan baju dari lemari.

“Nah, ini kayaknya cocok nih. Walau agak panjang dikit, nggak apa-apa ya. Coba pakai ini.”

Bocah itu tersenyum senang.

“Iya, bagus banget, Kak!”

Sebelum Alvan sempat membantu, adiknya segera menghampiri sambil tersenyum jahil.

“Kak, udah keluar aja. Biar aku yang mandiin dan pakaikan baju anak kecil ini,” ujarnya sambil mengusap kepala si bocah kecil dengan lembut.

“Serius nih?” tanya Alvan ragu.

“Iyaa, Kak. Keluar Sana gih,” jawab adiknya mantap, matanya berbinar semangat.

Sebelum Alvan keluar kamar, ia sempat melirik adiknya yang sedang menyiapkan handuk dan pakaian untuk bocah kecil itu.

Dari raut wajahnya saja sudah kelihatan, semangat, senyum lebar, dan gerak-geriknya penuh antusias.

Alvan tahu betul, adiknya memang dari dulu ingin sekali punya adik kecil.

Mungkin karena ia anak bungsu, jadi selalu iri kalau lihat teman-temannya main bareng adik di rumah.

Melihat adiknya sekarang begitu ceria, Alvan cuma bisa tersenyum kecil dan menggeleng pelan.

“Ya udah, hati-hati aja ya. Jangan terlalu ribut, nanti Ibu pikir lagi main air,” ujarnya sebelum menutup pintu pelan.

Setelah beberapa menit, terdengar dari balik pintu kamar mandi tawa kecil bocah itu bercampur suara adiknya yang lembut ikut tertawa.

Bajunya agak kebesaran, lengan panjangnya hampir menutupi telapak tangan, dan celananya sedikit ngatung.

Tapi wajahnya bersih, rambutnya basah rapi, dan senyumnya merekah lebar.

“Hehe… gimana, Kak? Bagus nggak?” katanya polos sambil memegangi ujung baju yang kebesaran itu.

Alvan yang baru saja duduk di ruang tamu langsung tertawa kecil melihat bocah itu keluar dengan baju kebesaran.

“Wah, cocok banget tuh. Lucu!” ucap Alvan sambil mengacungkan jempol, senyum lebar di wajahnya.

Bocah kecil itu langsung tersipu, menunduk sedikit sambil memegangi ujung bajunya.

“Hehe… makasih, Kak.”

Ibunya yang mendengar dari dapur menoleh sekilas, tersenyum hangat melihat interaksi mereka.

“Udah kayak kakak sama adik beneran aja,” gumamnya lembut.

Setelah beberapa saat, ayah dan ibunya membawa piring berisi lauk ke meja makan.

“Udah, udah, ayo, semuanya ke meja. Makan malam dulu sebelum dingin.” Ucap Ibunya

“Siap, Bu!” jawab Alvan spontan.

“Iya, Oma~,” timpal bocah kecil itu dengan nada lembut.

“Iya, Oma~,” sambung adik Alvan, menirukan gaya si bocah sambil tertawa kecil.

Suasana meja makan jadi hangat dan ramai. Ayahnya bercanda, ibunya tersenyum, dan bocah kecil itu makan dengan lahap.

Alvan hanya tersenyum puas melihat semuanya begitu akrab.

Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“Eh… HP-ku masih di kamar,” gumamnya pelan.

Ia bangkit dan berjalan ke kamar.

Ponselnya tergeletak di atas kasur, layar menyala dengan notifikasi baru.

Awalnya ia tak peduli, tapi saat membaca tulisan di layar, matanya langsung membesar.

"HAH?!"

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!