NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jawaban palsu

Berita tentang Zelena sampai ke Ahmad dan Kenzo, anak buah Ahamd juga membawa sebuah foto, dimana ada Leon bersama Zelena, rasa tidak nyaman Kenzo membuat nya emosi, dan segera pergi menjemput Zelena, bahkan tidak perintah dari Ahamd, tetapi ia harus membawa adik nya bersama nya,

Leon duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu, tepat di luar tempat mereka menginap. Ia membaca pesan dari Alex, pamannya, yang kembali mengingatkan bahwa ia tidak boleh jatuh cinta pada Zelena.

Saat Leon hendak menyalakan rokoknya, ia melihat sebuah mobil yang terasa tak asing baginya.

“Mobil siapa itu?” gumamnya, menatap mobil yang perlahan mendekatinya.

Leon berdiri, seolah menunggu siapa yang akan keluar dari dalam mobil itu.

Ternyata yang keluar adalah Kenzo. Kenzo mendekati Leon dan menatapnya tajam.

“Di mana adikku?” tanyanya tegas.

Leon merasa penasaran, bagaimana Kenzo bisa mengetahui keberadaan mereka? Dan yang lebih membingungkan, dari siapa dia tahu? Satu-satunya orang yang tahu tentang keberadaan mereka hanya Alex. Tidak mungkin Alex yang memberitahunya.

“Zelena ada di dalam, lantai dua,” jawab Leon singkat dan padat.

Kenzo langsung masuk ke dalam dan menuju kamar yang disebutkan Leon. Ia membuka pintu kamar itu dan melihat Zelena ada di dalam.

“Zelena, berdiri,” ucap Kenzo kepada adiknya yang hendak tidur.

Zelena merasa senang karena kakaknya datang. Ia yakin, kakaknya akan membawanya dan Leon kembali ke rumah.

“Kakak…” ucap Zelena lalu memeluk Kenzo.

Kenzo memeluk adiknya dan mengusap kepalanya. Dalam hati, ia merasa semua kejadian buruk terus menimpa Zelena karena kedekatannya dengan Leon. Mungkin mereka adalah musuh Leon, namun karena Zelena sering terlihat bersamanya, ia menjadi sasaran empuk.

“Sekarang ayo kita pulang. Ayah sudah menunggu di rumah,” ucap Kenzo sambil menarik tangan Zelena.

Zelena hanya diam, mengikuti ke mana Kenzo membawanya. Di depan pintu penginapan, Kenzo terus menggandengnya sampai hampir tiba di mobil. Namun, Zelena tiba-tiba berhenti dan enggan masuk.

“Kenapa hanya aku? Apakah Leon tidak ikut bersama kita?” tanyanya, menatap Leon.

Kenzo merasa jika Leon ikut bersama mereka, semua kejadian buruk bisa saja datang lagi.

“Leon akan pulang. Dia tahu jalan pulang,” jawab Kenzo.

Zelena menatap Leon dan melepaskan tangan yang dipegang Kenzo.

“Kakak pulang saja. Aku akan pulang bersama Leon,” ucap Zelena.

“Bahaya, Zelena. Lebih baik ikut kakak dulu. Nanti Leon juga akan ikut,” bujuk Kenzo sekali lagi.

Namun Zelena tetap diam, tak menjawab. Ia benar-benar tidak mau ikut.

“Zelena?” ucap Kenzo, mencoba bersabar.

“Aku akan pulang bersama Leon, Kak,” ulang Zelena.

Sebelum ada dia, kau selalu bersamaku, Zelena. Kenapa sekarang kau jadi lebih dekat dengannya? Kau melupakanku? — itulah isi hati Kenzo, yang nyaris terucap.

Kenzo menatap Leon. “Baiklah, kau bisa mengucapkan perpisahan dulu. Setelah itu kita baru pergi.”

Akhirnya, Zelena menyetujui. Walau Leon tidak ikut, tapi ia ingin mengucapkan selamat tinggal.

Zelena berlari ke arah Leon. “Kak, Zelena nunggu kakak di rumah ya. Harus pulang dan pulang dengan selamat,” ucapnya sambil menatap Leon.

Leon merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ada rasa bahagia karena akhirnya ada sosok perempuan yang memberikan perhatian padanya.

Leon memeluk Zelena, dan tentu saja Kenzo melihatnya—karena tak sedetik pun ia berpaling dari mereka.

“Aku akan pulang dengan aman. Sampai di rumah, tolong obati lukamu dan istirahatlah,” ucap Leon, mengusap kepala Zelena.

Zelena tersenyum bahagia.

Leon hendak melepaskan pelukannya, tapi Zelena menahan.

“Kak, kau sangat wangi… dan aku suka aromamu. Lain kali kita akan berpelukan lebih lama, kan?” bisiknya di telinga Leon.

Leon hanya tersenyum dan akhirnya melepaskan pelukannya.

Zelena berlari ke arah Kenzo. “Dadah, Kak! Jangan lupa ya sama yang aku bilang tadi!” teriaknya sampai masuk ke dalam mobil.

Setelah mobil pergi, Leon masuk ke dalam kamar yang sudah ia pesan. Ia membuka handphone-nya dan mulai melacak keberadaan Arman, tentu saja dengan bantuan pamannya, Alex. Saat ini, Leon akan fokus mengumpulkan bukti untuk ditunjukkan kepada Ahmad.

*

*

*

Keesokan harinya

Zelena bersiap pergi ke sekolah bersama Arman, karena Leon belum juga kembali dan ponselnya tak bisa dihubungi.

“Aku gak bisa pergi ke sekolah, Kak. Gimana kalau Leon kenapa-kenapa?” ucap Zelena pada Kenzo, yang mulai kesal.

Kenzo mengusap wajahnya, tampak lelah.

“Zelena, dia akan datang. Mungkin dia sedang ada urusan.”

Zelena menunjukkan wajah sedih dan tak mau berangkat ke sekolah.

“Hari ini kau ada dua ujian karena kemarin tidak hadir, dan ada festival setelah ujian. Kau yakin tidak mau ke sekolah?” bujuk Kenzo.

Zelena teringat ucapan ayahnya—bahwa setelah ia lulus sekolah, ia akan menikah dengan Leon. Maka, hari ini penting. Ia harus ikut ujian karena setelah itu akan ada pengumuman kelulusan.

Zelena menatap tajam ke arah Kenzo. “Awas saja kalau aku pulang nanti tapi Leon gak ada,” ucapnya sambil masuk ke dalam mobil.

Kenzo hanya terdiam dan meminta Arman untuk mengantar Zelena sampai ke sekolah dengan selamat.

Di sekolah

Begitu turun dari mobil, Zelena merasa ada yang aneh. Semua murid seolah menatapnya.

“Kenapa mereka?” gumamnya.

Ternyata di belakangnya, Tama mengikuti sambil membawa buket bunga yang sangat besar. Ya, Tama masih menunggu jawaban dari Zelena.

Amira yang melihat itu merasa muak dan benci. Ia kecewa karena Zelena malah membiarkan Tama menunggu, bukannya langsung menolak.

Zelena berhenti dan berbalik. “Tama?” ucapnya saat melihat Tama membawa bunga dan Amira berdiri di sampingnya.

Selama ini Amira tak pernah mengatakan bahwa ia menyukai Tama. Zelena mengira semua perhatian Amira hanya sebatas teman.

Tama berjalan mendekati Zelena dan menyerahkan bunganya.

“Zelena, gimana jawaban kamu?” Semua orang di halaman sekolah melihat mereka,

Zelena terdiam, namun menerima bunganya.

“Nanti malam ada acara dansa. Aku mau kamu jadi pasangan dansaku, Zel,” lanjut Tama.

Zelena masih diam.

“Kamu mau jadi pacarku?” tanya Tama dengan penuh harapan.

Amira berharap Zelena menolak, karena tahu perasaan sahabatnya itu pada Arman. Mereka pernah berbagi cerita soal ini.

Namun…

Zelena menjawab, “Ya, aku mau.”

Padahal, dalam hati Zelena hanya ingin menjaga Tama agar tidak dipermalukan di depan umum. Setelah drama bunga dan pengakuan ini selesai, ia berencana mengatakan yang sebenarnya.

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!