Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terperangah
Setelah Kamila diperbolehkan pulang, Defandra membawa Kamila ikut ke rumahnya untuk sementara waktu. Sebenarnya Defandra menyuruh Kamila tinggal dirumahnya selama yang Kamila inginkan, tapi Kamila menolak karena khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Terutama Kamila belum siap untuk mengatakan tentang kehamilannya pada Defandra.
"Kita sudah sampai," ucap Defandra begitu sampai depan rumahnya.
Kamila melihat dari kaca mobil sisi kanan Defandra, melihat rumah Defandra yang terlihat begitu besar didominasi warna putih. Bahkan rumahnya jauh lebih besar dari yang Kamila bayangkan.
"Kita turun,"
Ajakan Defandra mengagetkan Kamila yang masih termangu menatap keluar pintu mobil.
"Rumahnya begitu besar, Defandra benar-benar orang yang kaya." batin Kamila yang semakin merasa minder
"Kenapa masih diam, gak mau turun?" tanya Defandra membungkukkan badan melihat Kamila yang belum juga turun.
"E-aku..."
"Mau dibukain?" tanpa menunggu persetujuan dari Kamila, Defandra menutup pintu, lalu berpindah ke sisi lain membukakan pintu untuk Kamila.
"Silahkan," ucap Defandra mempersilahkan Kamila dengan gerakkan tangan yang seperti menyambut tamu agung.
Hal itu semakin membuat Kamila merasa tidak enak hati karena dia bukanlah siapa-siapa.
"Ayo silahkan..."ucap Defandra mengulangi.
"Defandra jangan berlebihan seperti itu."
"Berlebihan apanya, bahkan aku belum melakukan apapun."
Mendengar itu Kamila hanya diam, kemudian turun dari mobil.
"Baiklah mari kita masuk," ucap Defandra, melangkah mendahului Kamila.
"Tunggu."
Defandra berbalik badan ketika Kamila menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Defandra penuh tanda tanya.
"Selain kamu, ada siapa saja di dalam?"
Mendengar itu, Defandra terhenyak sesaat sebelum kemudian menjawab pertanyaan Kamila.
"Oh, ada dua Satpam, satu tukang kebun, dan lima orang pembantu. Jadi kamu tidak perlu takut." setelah mengatakan itu dengan nada serius, Defandra masuk tanpa menunnggu maupun menoleh kearah Kamila lagi.
"Apa pertanyaan ku sudah menyinggungnya?" batin Kamila merasa bersalah.
Tidak memiliki pilihan lain, dengan langkah kaki perlahan, Kamila melangkah masuk.
Begitu kakinya sampai pintu, Kamila melihat ruang tamu yang terlihat begitu luas dengan sofa sudut jumbo berwarna hitam. Tidak banyaknya barang dan pajangan, membuat ruangan terlihat semakin luas.
"Selamat datang Non Kamila," sambutan dari salah satu asisten rumah tangga membuat Kamila yang masih melihat kesana-kemari menjadi terkejut.
"E-ya, terimakasih. E-jangan panggil aku Non, Kamila saja sudah cukup." saut Kamila canggung.
"Maafkan saya, tapi saya harus memanggil Non,"
Mendengar itu, Kamila tidak bisa lagi memprotes.
"Baiklah, perkenalkan saya Rima, Selama Non Kamila disini, saya akan membantu kapanpun Non Kamila membutuhkan."
"Kenapa repot-repot?" tanya Kamila yang merasa tak sepantasnya dirinya diperlakukan sama seperti Majikan.
"Ini sudah pekerjaan saya Non, jadi apapun yang Tuan Defandra perintah, saya harus melakukannya."
"Mari saya antarkan ke kamar." lanjut Irma meminta Kamila mengikutinya.
"Tuan Defandra nya kemana Mbak?"
"Panggil Bibi saja, usia saya sudah hampir lima puluh." protes Irma.
"E-maaf Mbak, E-bi."
Mendengar jawaban Kamila, Rima tersenyum, lalu menjawab pertanyaan Kamila.
"Tuan Defandra tadi bilang mau mandi. Jadi suruh saya yang anter Non Kamila ke kamar." sepanjang langkah mereka menuju kamar, mereka terus berbincang dan berhenti ketika sampai didepan kamar yang akan Kamila tempati.
"Silahkan," ucap Rima mempersilahkan Kamila masuk.
Kamila begitu terperangah melihat sekeliling kamar yang luasnya tiga kali lipat dari kamar di kampungnya, dengan ranjang tinggi nan super empuk serta lemari pakaian setinggi atap rumah yang berukir indah. Kamila sampai tak bisa berkata-kata jika saat ini dirinya bisa berada dirumah sebesar itu, bahkan saat menjalin cinta dengan Bayu, Kamila hanya bisa melihat rumah besar sang kekasih dari luar gerbang. Tapi hari ini, Kamila berdiri di dalam rumah bahkan di kamar yang begitu besar seperti rumah artis yang biasanya hanya di lihatnya di media sosial.
Keterkejutan Kamila masih belum berakhir ketika Irma menunjukkan isi lemari yang berisi pakaian, sepatu dan berbagai macam model tas.
"Ini semua Tuan Defandra siapkan untuk Non Kamila, Non Kamila bebas memakai manapun yang Non Kamila mau."
Dengan rasa bahagia tak terkira, Kamila mendekati lemari itu, melihat satu persatu model baju yang tergantung, serta tas dan sepatu yang berjejer indah.
"Ini beneran aku gak mimpi?" batin Kamila menepuk pipi kanan dan kirinya sendiri.
Kamila mengaduh sakit saat pipinya tiba-tiba dicubit dari belakang.
"A ouhh." rings Kamila yang kemudian menoleh ke belakang.
Seketika wajah Kamila memerah saat melihat Defandra lah yang mencubit pipinya.
"Def-e... Tuan Defandra." lirih Kamila yang semakin tersipu malu saat Defandra melempar senyum padanya.
Bersambung...
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊