Jerat Cinta Mr. Bachtiar

Sepasang mata coklat tak berhenti menatap ke arah Alia yang sedang disudutkan oleh Riska dan Pak Soleh itu. Sam Kawter sejak awal telah ada di sana. Ia diam dan mengamati Alia bersama adik tirinya itu.

"Dia selalu saja menunduk dan bersikap seolah baik-baik saja. Apa dia menerima diperlakukan seperti itu? Dasar wanita bodoh!" tutur Sam kesal.

Alia pun tertunduk. Ia terdiam sebentar untuk mencerna semuanya. Beginilah nasib orang yang tak memiliki kekuasaan. Tidak ada kekuatan untuk melawan bahkan hanya sekedar membela diri.

Entah mengapa Alia merasa sangat sedih. Dunia seakan tak ada yang menginginkannya. Pak Soleh memang terlihat bijak, tapi dia tidak tahu yang sebenarnya hingga menyuruh Alia untuk minta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya.

"Alia, kamu mahasiswi pintar dan baik, minta maaf lah Al, jangan mempermalukan bapak," tutur Pak Soleh lagi.

Lagi-lagi Alia harus menekan hatinya. Mendengar Pak Soleh berkata seperti itu membuat airmata nya seketika jatuh. Dengan tubuh yang bergetar ia pun hendak meminta maaf pada Riska.

"Aku...aku minta ma—" belum selesai Alia mengucapkan kalimatnya, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang dari arah belakang.

Seketika semua yang ada di sana terkejut melihat siapa yang menarik Alia.

'Sam Kawter? Bagaimana seorang Sam Kawter bisa datang kepada Alia?' batin Riska.

Pak Soleh pun tak kalah kagetnya, karena ia banyak membaca profil dari Sam Kawter Bachtiar sebagai pebisnis terbesar di kota itu.

"Sam.." ucap Devan tak percaya.

'Bukankah harusnya Sam bekerja? Apakah demi Alia dia datang ke sini?' batin Devan.

"Alia Valerie Putri. Akhirnya aku bisa melihatmu meluapkan rasa hatimu tanpa harus berpura-pura. Tapi aku tidak suka jika kau menunjukkan itu kepada orang rendahan seperti mereka," tutur Sam membuat Alia menoleh ke arahnya.

"Kau harusnya menangis karena aku Alia, bukan mereka. Jadi, berhenti meneteskan airmata atau aku akan mencongkel matamu," ucap Sam seraya menghapus airmata Alia lalu menggenggam tangannya.

"Tapi Tuan, dia telah menggoda kekasih saya," tutur Riska.

"Apa kamu bilang? Menggoda kekasihmu?"

"I—iya," sahut Riska tiba-tiba jadi ciut kala melihat tatapan tajam Sam.

"Asal kamu tahu ya, yang menggoda wanitaku adalah kekasihmu nona. Yang membawa wanitaku ke tempat ini juga kekasihmu, karena aku melihatnya sendiri," sahut Sam tersenyum miring.

'Wa—wanitaku?' batin Riska tak percaya.

Jangan bilang kalau sugar daddy yang dibicarakan Devan kemarin adalah Tuan Sam Kawter??

Sialan!! Sampai kapan keberuntungan selalu menghampiri gadis kampungan ini sih?

"Jika aku melihat lagi secara langsung kalian menghakimi wanitaku tanpa mencari tahu kebenarannya, akan aku hancurkan keluarga kalian, termasuk kau Devan Bachtiar!" ancam Sam.

Sam pun kembali melihat ke arah Alia.

"Ayo pergi, tinggalkan tempat tak berguna ini!" tutur Sam melirik Devan dan Riska sejenak, lalu membawa Alia pergi dari tempat itu.

Devan yang melihat itu pun mengepalkan kedua tangannya namun tak mampu berbuat apa-apa.

Riska membelalakkan matanya melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Seorang Sam Kawter menggenggam tangan gadis yang telah dibuang oleh Devan. Sungguh pemandangan yang tak biasa.

Sam Kawter, pria itu sangatlah menyeramkan apabila berurusan dengannya. Dan yang membuat Riska kesal adalah mengapa Alia bisa dekat dengannya dan membuat Sam Kawter membelanya?

...----------------...

Setibanya di Mansion, Sam melempar tubuh Alia ke atas ranjang. Ia langsung menerjang Alia dan menahan tangannya agar gadis itu tak bisa berontak.

"Dasar gadis bodoh! Mengapa kau pergi dari rumahku hah? Apa kau sudah bosan hidup??" teriak Sam tepat di hadapan Alia.

"Kau ingat apa yang aku katakan terakhir kalinya? Ingat???" sentak Sam.

"Maaf."

"Berhenti mengucapkan itu! Jangan selalu membuatku marah Alia!!"

"Ingat ya Al, kau kini adalah tawananku, berada di bawah kendaliku dan itu artinya kau adalah orang ku! Kau tidak boleh tunduk kepada siapapun kecuali aku, Tuan mu! Apa kau mengerti??"

"I—iya," sahut Alia terbata.

Jantungnya terasa mau copot mendengar bentakan demi bentakan dengan jarak dekat seperti ini, apalagi Sam Kawter kini berada di atas tubuhnya, meluapkan semua emosi kepadanya.

"Aku akan membiarkanmu kali ini, tapi jika nanti aku melihat lagi kau ditindas orang lain dan tak melakukan apapun, aku akan mematahkan kakimu!" ucap Sam lalu beranjak dari atas tubuh Alia.

Sebelum pria itu keluar dari kamarnya, Ia menatap tajam ke arah Alia.

"Dan jangan pernah sekalipun kamu pergi tanpa izin dariku Alia. Karena aku akan tahu kemanapun kamu pergi bahkan apa saja yang kamu lakukan!! Paham?"

Setelah mengatakan itu, Sam pun keluar dari kamar Alia dengan menutup pintunya kasar membuat Alia terkejut.

Alia hanya tersenyum kecut menyesali Kebodohan dirinya lagi. Ia tadi sempat kagum dengan Sam yang datang bagai pahlawan baginya. Membelanya diantara orang-orang yang sedang menyudutkan dirinya.

Tapi lagi-lagi semua hanya ilusi.

Jadi tadi dia membelaku hanya karena harga dirinya terusik, bahwa barang miliknya diganggu orang lain?

'Hahaha Alia, kau hanya sebuah barang baginya. Apa yang kau harapkan? Kau terlalu percaya diri Alia' gumam Alia menertawakan dirinya yang miris.