NovelToon NovelToon
Istri Si Tuan Kursi Roda

Istri Si Tuan Kursi Roda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Mereka mengatakan dia terlahir sial, meski kaya. Dia secara tidak langsung menyebabkan kematian kakak perempuannya dan tunangannya. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang berani menikahinya. Mempersiapkan kematiannya yang semakin dekat, ia menjadi istrinya untuk biaya pengobatan salah satu anggota keluarga. Mula-mula dia pikir dia harus mengurusnya setelah menikah. Namun tanpa diduga, dia membanjirinya dengan cinta dan pemujaan yang luar biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Kain camisola putih gadis itu mengembang di air yang jernih, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.

Rambut hitam panjangnya mengambang di permukaan air.

Luca menyipitkan mata sebelum mengangkatnya keluar dari bak mandi dan melangkah pelan untuk membaringkannya di tempat tidur.

"Suruh Tuan Keane datang ke sini."

Setelah menutup sambungan telepon internal, dia duduk di sisi ranjang. Sambil memegang handuk lalu ia dengan hati-hati mengeringkan wajah Freya.

Wanita ini tidak mau mengakui apa yang sedang dihadapinya, meskipun sudah pingsan karena kelelahan.

Dia bilang ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama dirinya, tetapi kenyataannya, dia tidak pernah benar-benar menganggap Luca sebagai suaminya.

Bahkan tidak sebagai teman.

Dia hanya memandang Luca sebagai majikan hanya sebagai seorang "penolong."

Betapa konyolnya!

Luca sudah menyatakan bahwa Freya adalah istrinya, tapi Freya tak pernah memperlakukannya sebagai suami.

Ia teringat pada adegan di taman belakang rumah lama keluarga Moretti. Saat itu, Freya mengedipkan mata besarnya, menatap kearahnya.

"Kita ini keluarga sekarang. Aku akan selalu di sisimu."

Suara jernih gadis itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

Luca menyentuh bibir Freya yang berkilau lalu tersenyum tanpa daya. "Aku tak pernah menganggapmu beban. Tapi kamu? Apakah kamu menganggapku sebagai pengganggu?"

Freya yang masih tak sadarkan diri mengerutkan bibir. Perlahan, ia menyatukan kedua tangannya.

Butuh beberapa saat bagi Luca untuk menyadari bahwa gerakan itu seperti seseorang yang sedang mencuci pakaian.

Ia teringat laporan dari Levi yang ia terima sore tadi tentang kondisi di sanatorium. Tatapan aneh perlahan muncul di matanya yang dalam.

Setengah jam kemudian, Tuan Keane, yang datang terburu-buru dan dibawa masuk ke kamar oleh kepala pelayan.

Melihat pria itu duduk di samping Freya, dia tertawa. Kemudian duduk di samping Luca. "Ini istrimu yang sekarang?"

Luca mengangguk.

Dokter berjas putih itu mengangkat lengan Freya untuk memeriksa nadinya sambil tersenyum kecil. "Kelihatannya memang tidak berbahaya. Pantas saja Paman Benny-mu tidak ikut campur."

Luca menatap langit berbintang melalui jendela, menunjukkan ketidakpedulian. "Mereka tidak menyentuhnya dan itu tidak ada hubungannya dengan penampilannya."

"Aku tahu itu jelas tidak ada hubungannya."

Felix Keane memutar bola matanya. "Aku hanya ingin mengatakan betapa cantiknya istrimu. Aku sungguh tidak mengerti bagaimana kau bisa bertahan hidup sejauh ini, mengingat kecerdasan emosionalmu."

Luca menyipitkan bibir dan tersenyum. "Kurasa kecerdasan emosionalku cukup baik."

"Tentu saja. Aku ini satu-satunya temanmu sejak bertahun-tahun."

Charlie meletakkan tangan Freya kembali ke tempat tidur, lalu berbalik menghadap Luca dengan ekspresi serius. "Dia tidak mengalami masalah serius. Kemungkinan besar ia sangat kelelahan dan tidak beristirahat dengan baik."

Setelah mengatakan itu, dia tersenyum nakal pada temannya. "Kalian baru saja menikah. Bagaimana bisa kamu membuatnya sampai kelelahan begini?"

Urat di dahi Luca menegang. "Aku tidak menyentuhnya. Dia sedang diperas oleh seseorang, jadi diam-diam keluar untuk bekerja mencari uang. Itulah kenapa dia sangat kelelahan."

"Menarik juga."

Setelah memahami konteks kejadian itu, Charlie melirik Freya. Ada rasa kagum dalam tatapannya. "Dia punya hati yang tulus. Tidak hanya tak meminta uang darimu, tapi malah bekerja dan menyembunyikannya darimu. Perempuan seperti ini langka sekali."

Kemudian dia menoleh dan menatap Luca. "Kalau kamu tahu dia pingsan karena kelelahan, biarkan saja dia istirahat dengan layak. Jadi kenapa kamu memanggilku larut malam begini?"

"Pertama, aku ingin mengingatkanmu bahwa sudah waktunya mengumumkan kondisi tubuhku kepada publik. Kedua..."

Luca merapikan rambut Freya yang menutupi sisi wajahnya dengan lembut, "Apa ada cara untuk membuatnya berhenti bersikap seperti ini?"

Charlie tercengang. Baru kemudian ia menyadari. "Jadi, kamu tidak tahu bagaimana menghadapi istrimu. Makanya memanggilku?"

Luca mengernyit. "Kurang lebih begitu."

Sambil mengetuk sisi tempat tidur dengan jari, Charlie tersenyum tipis. "Serahkan padaku. Tapi ada kamar kosong di sini buat aku menginap malam ini? Dia sudah terlalu Lelah. Setidaknya biarkan dia tidur nyenyak malam ini, ya?"

Luca mengangguk.

Awalnya, ia tidak berniat membiarkan Freya beristirahat. Ia ingin memaksanya memohon belas kasihan. Setelah itu, Freya akan menceritakan semua yang sedang ia hadapi.

Ia pikir jika melakukan itu, Freya akan mengingat untuk langsung berbagi dengannya jika mengalami masalah lain ke depannya.

Namun, ia tidak menyangka bahwa sikap keras kepala dan pemberontakan Freya jauh di luar bayangannya.

Gadis itu lebih memilih pingsan karena kelelahan daripada mengeluh atau meminta belas kasihan.

Padahal dia adalah seorang gadis muda yang tampak lembut dan polos, tapi begitu keras kepala hingga membuatnya frustrasi.

"Ini pertama kalinya aku menginap di sini, ya? Jarang sekali."

Charlie tertawa dan meletakkan tangannya di bahu Luca. "Seperti yang kuduga, kau jadi lebih lembut dan lebih manusiawi setelah menikah."

Sesaat kemudian, ia merasa ucapannya tadi agak aneh.

"Kalau kau memang lebih manusiawi, kenapa bisa-bisanya membiarkan istrimu sampai pingsan di depanmu?"

Luca tidak repot-repot membalas. Ia menyingkirkan tangan Charlie dan berbalik keluar. "Terserah."

Menatap punggung Luca yang tinggi dan tegap, Charlie mengernyit pelan.

Tanpa sadar, ia menoleh dan menatap Freya yang masih tidur pulas. Kemudian menghela napas panjang. "Luca, apa kau benar-benar jatuh hati pada gadis ini?"

Langkah Luca terhenti di lorong. Bayangan tubuh jangkungnya memanjang oleh cahaya lampu gantung.

"Apa salahnya jika aku menyayangi istriku sendiri?"

Charlie mengernyit. "Luca, kau seharusnya sadar apa yang akan kau hadapi ke depan. Aku yakin kahu lebih tahu dari siapa pun bagaimana ketiga mantan tunanganmu meninggal. Meski istrimu yang sekarang selamat, tak bisa dipungkiri kalau dia bisa menjadi hambatan bagimu di masa depan."

Luca menyipitkan mata. "Kita lihat saja nanti."

Bahkan saat ini, ia sendiri belum benar-benar yakin dengan perasaannya pada Freya.

"Masih terlalu dini untuk membicarakan hal itu."

Sinar hangat matahari siang masuk melalui jendela, menyinari wajah gadis yang masih tertidur.

Freya terbangun karena cahaya mentari yang menyilaukan.

Begitu bangun, ia menguap dan meregangkan tubuh seperti biasa.

Namun, sinar matahari di ruangan itu terlalu menyilaukan. Begitu membuka mata, ia refleks menutupnya lagi karena silau.

"Kenapa pagi pagi mataharinya sudah seterang ini?"

Ia mengerutkan kening. Setelah berpikir sejenak, ia tiba-tiba merasa ada yang aneh.

Begitu mengambil ponsel dan mengecek waktu, ia kaget mendapati bahwa sekarang sudah lewat jam sepuluh pagi.

Ternyata dia benar-benar tidur sampai jam segini!

Freya memeriksa tanggal. Matanya langsung terlihat kosong.

Hari itu adalah hari Jumat. Pagi ini harusnya ada kelas Matematika Lanjut yang diajar oleh dosen perempuan yang galak dan dingin. Lalu ada kelas Fisika Universitas yang bahkan dia sendiri kurang paham isinya.

Sudah lewat jam sepuluh, yang berarti kelas pertama sudah selesai dan kelas kedua sedang berlangsung.

Ia mengeluh pelan sambil bangkit dari tempat tidur untuk bersiap.

Ingatan tentang malam sebelumnya perlahan kembali...

Kalau ia tidak salah ingat, Luca sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia memintanya untuk memandikannya berulang kali. Lalu dia menurut...

Setelah itu, ia tak ingat lagi apa-apa.

Berdiri di depan cermin, Freya menatap bayangannya yang terlihat lelah dan menghela napas pelan. Seperti yang diduga, setelah masuk universitas, dia jadi manja.

Saat masih tinggal di desa dulu, ia bisa melakukan pekerjaan yang jauh lebih berat, tapi dia tidak selelah ini.

Kemungkinan besar ia benar-benar terlalu lelah tadi malam, jadi ia tertidur saat sedang memandikan Luca.

Meskipun tidak tahu kejadian setelahnya, ia bisa menebaknya.

Luca pasti menyadari bahwa ia sangat lelah, jadi tidak membangunkannya. Lalu meminta pelayan membawanya ke tempat tidur, bukan?

Memikirkan itu, senyum kecil muncul di wajahnya.

Sejujurnya, suaminya cukup baik padanya.

1
Murni Dewita
jadilah wanita kuat
Murni Dewita
next
Murni Dewita
👣
who
up yang banyak min semangat 🥹🫶🫶🫶🫶
Enz99
bagus banget
Sukmahsuparman
di tunggu lanjutannya
Jenny
ya ampun Freya... jangan ada kebohongan di dalam suatu hubungan yang berujung kerugian untuk dirimu sendiri.
yumi chan
thor knpa freya jd wnita lmh mdh di tindas jd gk sru...
Jenny
wkwkwk.. ternyata atahnya Cassie bawahannya Luca. Mampus kau Cassie, semoga dibalas secara kontan olek kak thor
yumi chan
hhh cassi km akn mlu sndri...ayahmu mnjempur freya..karna ayahmu cm kuli
Alya Risky
wanita bodoh sok oeduli
Jenny
waahh..... Brandon cari mati nih
Wiwik Retno Eni
menarik
yumi chan
thor bt freya tu bisa bla diri...agar dia sllu bisa jga diri dia karna byk mshnya...jngn dia bt jd wanita lmh..jd gk menarik..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!