NovelToon NovelToon
Tantrum Girl

Tantrum Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Teen School/College / Basket
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Daisyazkzz

⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.

Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.

_Let's read it all here✨✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran dan hujan

"dasar bodoh! Zyle, jangan mau dekat dengan dia. Dia si bodoh aneh."

Entah apa kerjaan kedua mahasiswa, ditambah satu dosen muda itu. Mereka sekarang berubah menjadi mata-mata di balik pot pohon dari semen. Kecuali Devano tentunya, yang menolak mentah-mentah ikut menyelinap, dia punya rencana sendiri. Yaitu ngopi langsung di meja sebelah.

Damara menyebutnya konyol. Tak heran bukan? Siapa juga yang mau memata-matai tapi malah duduk di sebelah objeknya langsung. Contohnya kakaknya sekarang.

Zyle yang malang. gadis bertubuh mungil itu harus terjempet badan montok Damara, mana baru siuman. sengsara memang, tapi tidak apa-apalah demi melihat momen mengejutkan ini.

Damara berkata kalau Ren merencanakan melamar Gwen sudah sejak sepekan lalu, curhat pula ke Devano. Alhasil kabar itu sampai di telinga adiknya dan mengusulkan untuk tidak memberitahu Zyle lebih dulu.

Katanya biar surprise, Zyle kaget, Ren juga seharusnya kaget dengan kemunculan mereka. Tapi gara-gara Devano duduk santai di meja sebelah Gwen dan Ren, sepertinya gagal.

Zyle juga kelihatannya tidak terlalu ingin bersembunyi. Damara jadi tidak enak dan mengajaknya langsung menghampiri sang kakak.

"kakak..." panggil Zyle pelan, mendekat.

Gwen langsung tersenyum padanya, kelihatan malu.

"Kak...katanya mau beritahu Zizi.." ucap Zyle.

Ren menatap adiknya dan memegang lengan gadis itu, "kan tadi kakak mau memberitahumu kemarin. Yang kakak bilang ada kejutan. Tapi kamu gak mau ikut."

Zyle manyun, matanya berkaca-kaca. "tetap saja...."

"jadi kamu gak seneng kakak mau nikah?"

Zyle terdiam. Bukannya tak senang, cuma tak menyangka dan sulit menerima kakaknya sudah akan menjadi milik perempuan lain. Padahal baru bertemu.

melihat itu Gwen jadi merasa bersalah. "Aduh.. harusnya kita bilang.."

Ren segera menahannya duduk, "jangan. Zyle itu memang terkadang egois. tapi dia pasti lama-lama akan terima."

Damara juga jadi bingung harus berbuat apa. Setengah bersalah, tapi senang juga melihat Zyle ngambek. Menurutnya mimik wajah Zyle kocak dan lucu. "yaudah nanti anter aku pulang sekalian ya." kata Damara santai, duduk di sebelah Gwen.

Bagaimanapun Gwen masih tinggal di asrama, beberapa hari lagi waktunya dia wisuda strata satu.

Ren mengangguk kaku. Dasar adek Devano.

Sementara Ren sudah duluan memberi isyarat pada Devano agak membujuk Zyle, seperti biasa. Sejak SMA itu memang seolah menjadi tugasnya. Padahal kakaknya siapa.

Devano berlari kecil mengejar Zyle yang berjalan tanpa arah dengan jaket kebesarannya di pinggir jalan. "Zi!"

"Zyle!"

yang dipanggil berhenti, namun tidak menoleh.

Saat Devano mendekatinya dan melihat wajah kecilnya menunduk, ternyata dia sedang menggigit bibir, menahan tangis.

"nangis Mulu." ledek Devano.

Zyle langsung membuang muka.

"bercanda Zi. Kenapa lagi kali ini?"

"k-kenapa cepet banget? Kenapa kakak mau nikah?" itulah pertanyaan yang keluar pertama kali dari mulut Zyle.

Devano mengajaknya duduk dulu di bangku dekat sana.

Menatap Zyle. "karena itu keinginan semua orang zi. kita memang nggak bisa memiliki segalanya walaupun itu kakakmu sendiri. Suatu saat, kamu akan menikah, aku juga." tukas Devano panjang lebar.

Zyle malah beneran menangis pelan. "Jangan, Devano nggak boleh nikah."

Devano tersenyum, "kenapa?"

"Pokoknya jangan. Nanti aja. kalau Zizi lupa ingatan."

"masa begitu?" seringai Devano, "aku juga udah punya orang yang disuka."

reaksi Zyle hanya terdiam lemah. "aku pikir...Damara itu suka sama Depan.."

"hah? Damara itu adikku."

"iya, tahu." angguk Zyle. "kapan Damara Ruka ketemu Depan lagi?"

"oh itu...." Devano melihat langit yang mulai mendung. "aku kira dia hilang. Ternyata hidup menumpang dengan orang lain. Dan mulai bekerja sebagai influencer. Lama-lama dia populer lalu bisa membiayai kuliah sendiri. Seperti yang kamu lihat, lalu dia tinggal di asrama sekarang. Aku bertemu saat pindah." jelasnya.

Zyle mulai berhenti menangis alih-alih mendengarkan Devano. "ternyata Damara influencer? Pantesan populer banget di kampus..." gadis itu tertawa, "tapi Zizi sering denger Depan dipanggil pakai istilah, pak dosen ganteng.."

"yaaa...aku gak denger kabar begituan." balas Devano. "tapi pernah beberapa mahasiswi berani mengirim pesan di luar mata pelajaran."

Zyle menatap tidak suka. "dia mau ngapain?"

melihat ekspresi wajah itu, Devano tidak jadi melanjutkan. takut Zyle emosi sendiri dan tantrum sepanjang perjalanan pulang. "pokoknya aku sibuk. Gak sempat meladeni orang-orang begitu."

Zyle tersenyum, "tapi sempet tuh nyamperin Zizi."

"iyalah, orang ngambek terus. Ren capek bujukin." timpal Devano tertawa.

Zyle memandanginya. Kalau dilihat-lihat, suaranya memang masih sama seperti dulu, berat namun enak di dengar.

"Hujan!" seru Zyle, berhamburan ketika langit tiba-tiba menurunkan tetesan air begitu deras mendadak. "kayak laut dituang!!"

Devano menarik tangannya, "sini." dia menggeser Zyle ke dalam naungan blazer hitam yang direntangkan ke samping. "masuk."

kemudian Devano merangkul Zyle, memastikan gadis itu tetap di balik blazer sampai mereka bisa berteduh di bawah halte bus.

"kayaknya kita gak bisa langsung pulang." Devano melirik jam tangannya. "untung hari ini gak ada urusan lagi."

"sori ya depan. jadi ngerepotin lagi. Setiap ketemu Zizi selalu ngerepotin ya?"

"nggak juga."

"bohong."

"nggak zi."

"bohong ah. Kak Ren aja selalu bilang Zyle bawel lah, tukang jajan lah, ngeribetin pokoknya!"

Devano tertawa mendengar curhatan itu. Sebenarnya itu kan isi hati semua orang. Tapi tenang saja, Devano punya pemikiran berbeda. "kamu nggak percaya? Kalo emang Zyle ngerepotin pasti aku gak bakal Dateng kesini buat ngebujuk dong. Aku kan juga punya kehidupan sendiri." jawabnya tegas.

Zyle berdecih. "dasar, pinter banget ceramah." "emang Depan sibuk apa coba?"

"Jadi dosen...ya cuma sampingan aja."

Zyle mendelik, "pekerjaan sampingan? berarti depan punya kerjaan lain gitu?"

"iyalah."

"dih sombong." cibir Zyle. "apa kerjaan lainnya?"

"Direktur jenderal. Di perusahaan mama."

Jawaban itu membuat Zyle tercengang. Agak kaget, tapi wajahnya sengaja pura-pura datar. "oh." gadis itu diam-diam mengerutkan alis. Waduh, berarti banyak duit? Bisa minta traktir yang mahal dong.

Zyle tak terlalu heran. Karena di masa sekolah dulu ia mendengar mamanya Devano memang merintis usaha dari muda dengan modal sendiri, saat itu sudah sukses. Apalagi sekarang... pasti Bu CEO besar.

Keluarga mereka hebat ya. Semuanya suka berusaha sendiri, depan aja begitu juga.

"Zi, ujannya makin kenceng! Ayo pindah dulu!" kata Devano setengah berteriak. hujan memang semakin besar, mungkin akan ada badai kecil sebentar lagi.

Mereka masuk ke salah satu restoran jejepangan dekat sana, Zyle diam-diam senang. Sudah dipayungi, dirangkul, mau ditraktir pula.

Devano membuang nafas lega sambil duduk di kursi, sekaligus melipat blazer nya yang agak sedikit basah.

"Duduk, zi. Makan. pesan aja."

Yes!!!

melihat wajah Zyle yang kentara banget kesenangan diajak makan, Devano tersenyum tipis. "pesen yang kamu mau." katanya mantap.

Mereka pun menikmati makanan yang sudah matang selang beberapa menit, sampai kenyang, apalagi Zyle yang sok kuat memesan tiga jenis makanan sekaligus ditambah minuman dan Snack. Devano cuma bisa geleng-geleng kepala. Kebiasaan makannya sampai sekarang nggak berubah.

Zyle juga sangat menikmati momen tersebut. Rasanya nostalgia masa sekolah. Dulu, saat makan nasi pun ia harus diawasi Devano sampai selesai. Lucu.

"kenyang? Mau jajan lagi?" Devano menawarkan.

Zyle menggeleng malu.

Devano malah memesan Taiyaki lagi untuk dirinya sendiri. ketika melirik ke arah Zyle, ternyata gadis itu menatapnya dengan mata penuh harap. Devano tersenyum. Katanya gak mau.

Ia membaginya pada Zyle. "pesenin lagi ya. Buat bawa ke asrama, bagi sama Rujing." tukas Devano, berdiri menuju meja tempat memesan menu.

Zyle tersenyum lebar dengan mulut penuh. Depan baik banget. Pengen jadi is- eh, apaan sih.

menatap punggung lebar Devano dari belakang. Uh, dari belakang aja ganteng, tinggi.

Zyle ikutan berdiri, melihat keluar lewat jendela. Lantas mendatangi Devano,"Depan! Masih hujan tuh." lapornya.

"tunggu disini saja sampai reda. Nanti biar aku pesankan mobil untukmu." datar Devano.

"depan gak ikut?"

"tidak. Rumahku dekat sini, tinggal jalan beberapa langkah."

Zyle terheran. Beberapa langkah??? Jangan-jangan..... matanya menuju pada sebuah komplek apartemen super elite di seberang jalan. "yang itu ya?!"

"iya."

Zyle menepuk jidat. Berarti dari tadi pun Devano sudah bisa pulang. Malah dia mau direpotkan menunggu Zyle disini.

"kenapa kita gak ke rumah Depan aja? Ayo...Zyle mau lihat!" ujar Zyle polos.

Devano ragu menjawab, "itu agak..."

"kenapa? Masa gitu sama teman? Ayo dong~" desak Zyle.

"masalahnya...di rumahku gak ada orang."

"emang kenapa? kenapa sih?"

Devano menunduk, memijat dahinya yang tidak pening. "Zyle, dengar, serumah dengan perempuan atau sebaliknya hanya boleh dilakukan setelah menikah. Itu prinsipku."

"kalo gitu ayo nikah!"

Devano agak kaget, tapi Zyle kan memang bercandanya sableng. "pokoknya..." seketika isi pikiran itu kacau.

"Depan suka Zizi kan?" tanya Zyle setengah maksa, tapi memohon juga.

Melihat matanya, Devano benar-benar bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. "hm..." alih-alih menjawab, Devano malah menunjuk kaca, "hujannya berhenti. Ayo." ia menggandeng lengan jaket Zyle yang kepanjangan, menyeretnya keluar restoran sampai di sebelah halte bus tadi.

Zyle terdiam, terus melamun tanpa mengajak Devano bicara sedikitpun.

Devano sekilas memperhatikan nya. Namun ia sibuk memesan mobil di aplikasi. apa dia marah? Lantas...apa yang harus aku katakan?..yang benar saja...menikah? Itu cuma candaan sembarangannya kan??...

***

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Ngangenin
Daisyazkzz: baca terus ya!
total 1 replies
Aono Morimiya
karya ini bikin gue ketagihan baca terus!
Daisyazkzz: makasih💌
jangan lupa baca karya author yang lain juga ya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!