NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. awal dari cinta yang salah

Malam yang tak memancarkan cahayanya, bahkan rembulan dan bintang enggan menunjukkan asistensinya.

   Gelap, sunyi dan sepi, hanya suara angin yang samar-samar hinggap di indra pendengar.

   Nara seorang diri, menggenggam handphone ditangan kanannya, memandang kearah luar jendela, merasakan sunyinya rumah yang ia tinggali, memang rumahnya ada di paling ujung komplek, berdampingan dengan tembok tinggi sebagai pembatas wilayah perumahan itu.

   Pandangannya turun kearah rumah yang sama modelnya seperti miliknya, rumah itu baru ditempati oleh mantan kekasihnya, pikirannya berkecamuk, “aku sangat merindukan tawa yang kita lukis dulu Sa.”

   Pikirannya menerawang jauh, benar cinta pertama selalu paling sulit dilupakan, sampai saat ini momen itu masih jelas dibayangan.

   Nara kembali memalingkan wajahnya melihat kearah putranya yang tengah tertidur pulas selepas makan malam, apa mungkin efek obatnya ada kandungan obat tidur jadi malam ini begitu cepat terlelap.

   Nara melihat kearah handphonenya yang tak berbunyi sama sekali, tak ada satupun pesan atau panggilan yang masuk. 

   “Kemana Rama, akhir-akhir ini dia berubah, bicaranya semakin singkat, bahkan kadang pesan ku hanya dilihat tanpa dibalas, itupun dibalas jika menurutnya penting.” Ucap Nara lemah. 

   Nara mencoba melakukan panggilan, melihat pesannya belum juga dibaca, ia menekan egonya untuk selalu merendah mencari tau sedang apa Suaminya sekarang. 

   Terakhir Rama hanya mengirim pesan sejak sore tadi, bertuliskan “bagaimana Aiden?” dan sampai saat ini pesan yang Nara balaskan belum juga ada balasan. 

   Sudah lima kali percobaan tapi nada sambung panggilan belum juga terjawab, percobaan ke enam ditolak, perasaan Nara semakin gundah.

   “Apa mas Rama sibuk ya, apa lagi lembur? Tapi ini hari libur, nggak mungkin kalo kerja.” Ucap Nara ditengah keheningan.

   Nara mencoba sekali lagi panggilan, lama ia menunggu akhirnya nada sambung terangkat. Dengan binar bahagianya wajahnya melukis senyum yang sederhana. 

   Belum sempat Nara berbicara, tapi badannya bak tersambar petir kaku dan tubuhnya kian bergetar. Ia berulang kali melihat ke arah layar handphonenya, mungkinkah salah melakukan panggilan, tapi benar itu nomor telepon Suaminya. 

   Kabar yang ia nantikan, ternyata luka yang ia dapatkan. 

   Belum sempat Nara bicara, tapi telinganya mendengar hal yang tak seharusnya terjadi.

   Suara desahan yang menjijikan, nada manja dari perempuan dan yang paling menyakitkan jiwa Nara adalah suara perempuan yang menyebut nama suaminya. 

   Tangan Nara bergertar hebat, ia berusaha menekan perekam agar ini semua menjadi bukti yang kuat. Panggilan suara yang Nara lakukan kini berubah menjadi panggilan video, oleh perempuan yang kini tengah bersenang dengan suaminya. 

   Kamera yang menunjukkan bentuk tubuh wanita disana, wajahnya tidak begitu jelas karna tertutup rambut yang berantakan kedepan, ada Rama yang dibawah perempuan itu kini terengah-engah. 

   Mungkin dari keasikan dan kenikmatan yang Rama rasa, dirinya tak sadar saat ini handphonenya menampilkan wajah istrinya yang tengah manangis, menutup mulut agar tak bersuara. Ia membiarkan adegan disana cukup sebagai bukti.

   Wajah wanita itu sedikit terlihat karna mendongak kearah handphone saat mereka berubah posisi.

   Kamar itu sudah berantakan, entah sejak berapa jam mereka bergelut diatas kasur berseprei putih itu.

   Mereka kini berubah posisi menyamping, Rama belum juga sadar jika handphonenya berdiri dimeja kecil bersandar pada jam weker kecil miliknya.

   Perempuan itu mengangkang, Rama naik keatasnya dan menjilati semua milik perempuan itu dari atas sampai bawah, menjijikan sekali, Nara berusaha tak memuntahkan isi perutnya meski sekarang terasa sangat mual.

   Air mata sudah membanjiri wajah Nara, bahkan keringat dingin juga membasahi tubuhnya.

   Nara mematikan sambungan telepon itu, dirinya tak lagi kuasa menahan amarah yang membakar hatinya.

   Ia berlari ke luar rumah, menghampiri rumah di sebelahnya. Dua kali ketukan pintu langsung terbuka, Nara langsung memeluk erat tubuh Mahesa. Ini tidak lagi mudah baginya menerima penghianatan yang suaminya lakukan. Ia bingung harus kemana, juga tak kuasa menangis dengan keras dirumahnya karna ada anak yang terlelap disampingnya. 

   Mahesa langsung menarik Nara kedalam rumahnya, tanpa melepaskan pelukan mereka. Tangisan Nara meraung keras, tubuhnya bergetar, wajahnya sudah sembab karna air mata.

   “Tenangkan dirimu dulu.” Ucap Mahesa sambil membelai pelan rambut didalam dekapannya.

   Puas Nara menangis, ia menarik tubuhnya dari rengkuhan Mahesa. Matanya sudah bengkak, bahkan baju Mahesa juga basah karna air matanya.

   Mahesa memandang wajah yang begitu kalut didepannya, belum berani bertanya, masih menunggu Nara sedikit tenang dari sesenggukannya.

   “Di-dia.. Jahat Sa.” Ucap Nara terbata, air matanya kembali turun saat ingat akan menceritakan Suaminya. 

   Mahesa membelai pelan rambut Nara yang berantakan dan mengusap air matanya yang berjatuhan, “kenapa hemm?” Tanyanya tetap dengan tenang. 

   Nara mengangkat handphone yang ia genggam, hanya membuka galeri, ia menyerahkan kearah Mahesa. Mahesa mengambil dan mencari apa yang menyebabkannya seperti ini.

   Satu vidio teratas, dari awalan memang terlihat vidio porn* graf*, begitu membuka tangis Nara kembali deras, suara yang keluar dari handphonenya terdengar sangat jelas. Suara wanita yang mendesah, suara Rama yang terengah-engah dan suara perempuan yang menyeruakkan nama Rama dengan jelas.

   Mahesa tak sampai selesai melihat isi vidio tersebut, kembali ia menarik Nara dalam pelukannya.

   Rahangnya mengeras, hatinya begitu sakit melihat Nara sampai sehancur ini, tatapan matanya tajam, “kurang ajar, Nara ku kalian permainkan, kita lihat bagaimana Nara akan melupakan mu laki-laki bajingan.” Ucapnya dalam hati. 

   “Sudah tenangkan dirimu dulu, ada aku disini. Sekarang kita pulang ke rumah mu, kita disana kasihan Aiden sendiri.” Ajaknya. 

   Mahesa membenarkan rambut Nara yang berantakan, menghapus air matanya, menggenggam kedua pipi Nara pelan dan mencium kening Nara dalam. “Aku akan menjaga mu.” 

   

*

*

*

   Ruang tengah kembali menjadi tempat mereka saling mengadu, bagaimana dengan tenang dan sabar Mahesa memeluk tubuh Nara yang masih sesenggukan dan meneteskan air mata.

   Nara mendongakkan wajahnya memandang Mahesa, “Apa ada yang salah dengan ku?” tanyanya dengan suara pelan dan serak. 

   Mahesa tak kuasa melihat wajah yang kini sembab dan berlinang air mata didepannya, hingga tanpa sadar ia juga menjatuhkan setetas bulir bening dari matanya, “tidak ada yang salah sama kamu Nara, hanya suami mu yang tak cukup mampu menganggap mu.” ujarnya meyakinkan. 

   Kembali Mahesa menggenggam kedua pipi Nara, “masih ada aku yang akan menyayangi mu, selalu ada dan yang akan membahagiakan mu.” Tatapan tulus penuh kejujuran ia selalu berikan.

   Nara kembali menangis dan memeluk erat tubuh Mahesa, seperti ada kehangat disaat badai begitu deras membasahinya.

   Spontan ia mencium pipi kanan Mahesa dan kembali bergelayut ditubuh kekar milik mantan kekasihnya itu.

   Pikiran Mahesa melayang, entah ini takdirnya yang kembali mempertemukannya dengan cinta yang selama ini dia cari, dan dengan takdir yang tengah mempermainkan hati Nara, dia dapat kembali menghidupkan rona cinta yang pernah padam dulu.

   Bukan memaksa, tapi seperti dipertemukan kembali. Mahesa merasa ada keuntungan dibalik apa yang terjadi saat ini pada Nara.

   “Ya sudah sekarang istirahat dulu ya, aku antar ke kamar.” 

   Mahesa beranjak, menuntun tubuh lemah milik Nara.

*

*

*

   Begitu mereka sampai diranjang tidur milik Nara, “jangan tinggalkan aku ya Sa.” Ucap Nara penuh harap.

   Mahesa mengangguk, ia membelai pelan rambut panjang Nara, “tidak akan, besok kita cari suasana yang baru, kita cari kebahagiaan bersama.” Balas Mahesa dengan senyum hangat diwajahnya.

   Mahesa terus membelai pelan rambut Nara, memperhatikannya sampai dia benar-benar terlelap dalam tidurnya, nafas yang semula terdengar sesenggukan kini berangsur mulai tenang.

   Dia melihat Aiden yang tetap tertidur, untungnya dia tidak pernah rewel meski sakit sekalipun.

   Diam dia memperhatikan wajah yang begitu dalam ia rindukan, baru dua hari terakhir mereka bertemu kembali, sedikit kata rindu terucap dan kini kesempatannya untuk kembali merasakan cinta yang sempat menghilang.

   Nara tidur terlenteng, Mahesa memperhatikan semua postur tubuh Nara, sedikit tambah berisi dari dulu. Mahesa menelan ludah susah payah, ada gelenyar aneh saat melihat tubuh Nara yang tengah tidur pulas didepannya.

   Pelan ia meraba bibir kecil yang sedikit tebal itu, Mahesa memajukan wajahnya dan melumat sedikit bibir milik Nara.

   Diam meresapi, matanya terpejam, pelan Mahesa melepasnya dan menghapus bekas ludahnya, “ini tidak akan aku sia-siakan, kamu harus kembali menjadi milik ku.”

*

*

*

   

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!