Setelah tujuh tahun nikah, Aris itu tetap saja sedingin es. Kinanti cuma bisa senyum, berusaha sabar. Dia cinta banget, dan dia yakin suatu hari nanti, es di hati suaminya itu bakal luntur.
Tapi, bukannya luntur, Aris malah jatuh hati sama cewek lain, cuma gara-gara pandangan pertama.
Kinanti tetap bertahan, mati-matian jaga rumah tangganya. Puncaknya? Pas ulang tahun Putri, anak semata wayang mereka yang baru pulang dari luar negeri, Aris malah bawa Putri buat nemenin cewek barunya itu. Kinanti ditinggal sendirian di rumah kosong.
Saat itulah, harapan Kinanti benar-benar habis.
Melihat anak yang dia besarkan sendiri sebentar lagi bakal jadi anak cewek lain, Kinanti sudah nggak sedih lagi. Dia cuma menyiapkan surat cerai, menyerahkan hak asuh anak, dan pergi dengan kepala tegak. Dia nggak pernah lagi nanyain kabar Aris atau Putri, cuma nunggu proses cerai ini kelar.
Dia menyerah. Kinanti kembali ke dunia bisnis dan, nggak disangka-sangka, dirinya yang dulu diremehin semua orang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganti dan Pengabaian
Putri bukanlah anak yang pemalu.
Dia tidak pernah peduli dengan pendapat anak lain terhadapnya.
Entah kenapa, ada perasaan berbeda pada dirinya. Tiba tiba, dia merasa enggan melepaskan Kinanti pergi. Dia pun semakin erat memeluk Kinanti. "Mama..." ucapnya lirih.
"Ya." Kinanti membalas pelukannya sembari berkata, "Ada apa?"
"Aku mau..."
Sudah lama Putri tidak merasakan hangatnya masakan ibunya. Tiba tiba saja dia mulai merindukannya.
Hanya saja, saat kata kata itu akan keluar dari mulutnya, dia teringat acara nanti malam. Yaps, menonton Dinda dalam balap mobil.
Matanya pun berkedip ragu sebelum akhirnya dia melepaskan pelukannya.
"Nggak ada apa apa kok, Ma," ucap Putri kemudian.
Dalam hati dia berpikir, menikmati masakan ibunya bisa kapan saja. Akan tetapi, kesempatan menyaksikan balap mobil Dinda sangat jarang terjadi.
Tanpa banyak pertimbangan, dia pun memilih Dinda.
"Baiklah. Kalau gitu cepat masuk sana. Jangan buat gurumu tunggu terlalu lama."
"Oke, Mama."
Pada akhirnya, Putri rela membiarkan Kinanti pergi. Namun, sebelum masuk ke dalam kelas, dia menoleh ke belakang sembari berseru, "Mama, jangan lupa telepon aku siang nanti!"
"Ya," angguk Kinanti.
Barulah setelah itu, Putri merasa tenang dan masuk ke dalam kelas.
Kinanti mengamati putrinya yang berdiri percaya diri di depan kelas, memperkenalkan diri lalu duduk di tempat yang sudah disediakan. Setelah itu, barulah Kinanti melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan sekolah menuju Grup Anggasta.
Setibanya di perusahaan, bukan Aris yang dia lihat, melainkan Farel yang sedang membawa seseorang ke meja kerjanya.
"Ini Hilda Carolina. Dia yang akan menggantikan posisimu nanti," ucap Farel.
Hilda tampak menawan dengan pakaian bermerek yang membalut tubuhnya.
Sejenak, dia mengamati Kinanti. Dia merasa Kinanti adalah sosok wanita yang memiliki aura yang bersih dan cantik. Ketajaman pun mendadak muncul dalam sorot matanya, tapi tidak ditunjukkannya. Dengan senyum yang ramah, dia mengulurkan tangannya sembari memperkenalkan diri, "Salam kenal Bu Kinanti, kenalkan namaku Hilda. Mohon bimbingannya dalam beberapa hari ke depan."
Kinanti menjabat tangannya, lalu berkata, "Nggak perlu sungkan."
"Aku mahasiswa Universitas Nano, bulan Juni nanti studi S2 ku selesai. Kalau Bu Kinanti, lulusan dari universitas mana? Bu Kinanti..."
Baru lulus di pertengahan Juni nanti?
Itu artinya, besar kemungkinan Hilda belum memiliki pengalaman, tapi dia bisa langsung menggantikan posisinya?
Namun, itu hanya asumsi awal.
Mungkin saja Hilda memiliki keunggulan tersendiri yang lebih dari dirinya?
Seperti gelar akademik contohnya. Bagaimanapun, ada banyak lulusan magister di kantor ini, tapi hanya dirinya yang bisa mencapai posisi kepala.
Memikirkan hal itu, Kinanti lantas memotong pembicaraan dengan lembut, berkata, "Bu Hilda, bentar lagi kita ada rapat. Baiknya kita bicarakan tentang kerjaan."
Hilda pun berseru, "Aduh, hampir saja lupa. Baiklah, mari kita bahas kerjaan dulu."
Dalam perjalanan menuju ruang rapat, Hilda kembali berbisik pada Kinanti. "Bu Kinanti, dengar dengar, Pak Aris ganteng banget, ya? Apa itu benar, Bu?" tanyanya.
"Ya," jawab Kinanti singkat apa adanya.
Hilda pun semakin penasaran, lalu lanjut berkata, "Kalau gitu, aku makin nggak sabar ketemu Pak Aris. Sayangnya, kata Pak Farel, Pak Aris nggak datang hari ini..."
Aris tidak datang ke perusahaan hari ini?
Kinanti tentu tidak tahu akan hal itu.
Namun, wajar juga sih. Aris memiliki banyak perusahaan, jadi tentu saja tidak bisa selalu datang ke Grup Anggasta.
Siang harinya, Hilda mengajak Kinanti makan siang di kantin perusahaan. Sambil menikmati makanan, Kinanti mengambil ponsel hendak menelepon Putri.
"Telepon pacar, nih?" goda Hilda.
"Bukan, putriku."
"Putrimu? Bu Kinanti udah nikah?" tanya Hilda.
"Ya."
Di sisi lain, Putri sedang melakukan panggilan video dengan Dinda.
Bahkan, Aris juga ada di sana.
Putri tampak merengut saat melihat mereka berdua, berkata, "Kalian jahat! Diam diam makan bareng tanpa mengajakku lagi."
"Putri 'kan masih sekolah. Gini saja, pulang sekolah nanti biar Tante yang jemput, malam ini kita bertiga makan bareng," ucap Dinda mencoba menghibur Putri.
"Ya, itu lebih baik."
Sambil menjawab, Putri menatap ke arah Aris.
Aris tampak mengambil makanan dan menyodorkannya pada Dinda, lalu berkata, "Malam ini mau makan apa? Nanti Ayah suruh orang siapkan lebih awal."