Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19.
Di tengah hiruk pikuk pendaftaran, di sudut yang didominasi oleh para seniman bela diri independen—mereka yang tidak berafiliasi dengan klan besar—terlihat sosok yang mencolok.
Sosok itu mengenakan pakaian serba gelap, longgar, dan praktis.
Wajahnya tertutup kain hitam tebal yang hanya menyisakan celah sempit untuk matanya. Dari siluetnya, ia terlihat ramping namun memancarkan aura fisik yang kokoh.
Penampilannya sengaja dibuat seperti seorang ninja atau pembunuh bayaran independen, menyembunyikan setiap detail identitasnya.
Dia adalah Yao Ming.
Berkat Pil Energi Pemulih yang ia dapatkan dari Yao Huang, ia kini telah pulih total dari luka eksternal dan internal, menjadikannya dalam kondisi fisik prima.
Penyamaran itu sempurna; tidak ada bekas luka di pipi atau kelemahan yang terlihat.
Yao Ming berjalan dengan tenang menuju meja pendaftaran independen.
Petugas pendaftaran, yang sudah terbiasa dengan peserta yang menggunakan topeng atau penyamaran, bahkan tidak mengangkat kepala.
"Nama?" tanya petugas itu singkat.
Yao Ming memiringkan kepalanya sedikit, memastikan suaranya terdengar serak dan rendah di balik kain penutup.
"Thunder Fist," jawabnya.
Petugas itu menulis nama samaran itu tanpa bertanya lebih lanjut, mencatatnya sebagai "Thunder Fist" – seorang seniman bela diri independen yang bertarung menggunakan tinju.
Di tribun penonton umum, tidak jauh dari area pendaftaran, Yao Lu sedang duduk bersama Gao Lin, mengamati semua peserta yang mendaftar.
Meskipun Yao Lu telah menyimpulkan bahwa Yao Ming tidak berbahaya, ia tetap melirik area independen, mencari bakat-bakat baru yang mungkin menarik untuk direkrut.
Yao Lu melihat sosok bertopeng hitam itu berjalan menjauh dari meja pendaftaran.
"Lihat orang itu, GAO LIN," gumam Yao Lu. "Tinju Guntur? Nama yang sombong. Pakaiannya menyerupai ninja. Dia berusaha menyembunyikan sesuatu."
Gao Lin memperhatikan. "Auranya terlihat kuat, Tuan Muda. Murni fisik. Dia tidak memancarkan energi internal yang signifikan."
Yao Lu mengangguk. "Itu intinya. Dia pasti memfokuskan semua latihannya pada kekuatan fisik dan kecepatan, yang paling menonjol dari semua pejuang independen.
Dia tidak akan menjadi ancaman bagi Saudara Sulung atau Saudara Kedua, tetapi dia bisa mengalahkan seniman bela diri tingkat rendah yang hanya mengandalkan energi."
Yao Lu melihat sekali lagi ke arah sosok yang menyandang nama 'Thunder Fist' itu. Ia tidak memiliki kecurigaan sedikit pun bahwa itu adalah Yao Ming.
Sosok di depan mereka terlihat terlalu terampil, terlalu berdeterminasi, dan terlalu tenang—sifat-sifat yang menurut Yao Lu tidak mungkin dimiliki oleh 'sampah keluarga' yang putus asa itu.
Yao Lu tersenyum santai. "Lupakan dia. Para pejuang tinju biasanya hanya baik di awal. Kekuatan sejati ada pada seni internal klan besar."
Sementara itu, di tribun kehormatan, Yao Fang melirik ke bawah dan mencibir melihat para seniman independen. "Pakaian konyol. Mereka hanya mencari perhatian Tuan Kota," katanya kepada Yao Huang, yang hanya mengangguk tanpa banyak bicara.
Yao Ming, alias 'Thunder Fist', kini telah resmi menjadi peserta. Ia berdiri di antara kerumunan, matanya yang tajam menatap lurus ke panggung—tempat di mana ia akan merebut hadiah yang sangat ia butuhkan untuk memulai kultivasinya yang sesungguhnya.
Turnamen akan segera dimulai.
Di tengah hiruk pikuk dan gemuruh peserta, seorang Tetua klan dari keluarga ternama yang bertindak sebagai juri utama turnamen, melangkah ke tengah panggung besar.
Ia mengenakan jubah sutra yang megah, dan auranya yang kuat—seorang praktisi tingkat tinggi—membuat seluruh keramaian seketika terdiam.
Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Hadirin sekalian, para pejuang Kota Awan!" Suaranya memantul dan bergema di seluruh alun-alun, tanpa perlu pengeras suara. "Atas nama Tuan Kota Awan, Huang Rong, saya mengucapkan selamat datang di Turnamen Seni Bela Diri tahun ini!"
Riuh tepuk tangan dan sorakan meledak sesaat, sebelum kembali hening atas isyarat dari juri.