NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab19

Aku membuka kedai kopi seperti biasa. Sudah beberapa minggu aku di sini, tapi aku masih belum melihat keberadaan Rey. Pesan–pesanku tak pernah dibalasnya.

Lita pun tiba-tiba mengundurkan diri dari pekerjaan. Kini hanya aku dan Luna yang mengelola kedai ini.

“Luna,” panggilku.

“Iya, Kak?” jawabnya sambil menghentikan pekerjaannya.

“Kamu tahu di mana Rey sekarang?”

Ada keraguan yang jelas terlihat di wajahnya. Entah kenapa, aku merasa ia menyembunyikan sesuatu.

“Kakak nggak dapat kabar apa pun dari Rey?” tanyanya balik.

Aku menggeleng pelan.

“Dan… aku dengar dari orang sekitar, beberapa waktu lalu terjadi pemerkosaan di daerah sini. Kamu tahu soal itu?”

Luna langsung menunduk. “Tidak, Kak.”

Aku menghela napas berat. “Saat aku ingin memeriksa CCTV kedai, ternyata rekamannya sudah hilang.”

Semakin lama, semakin banyak kejanggalan yang kutemukan sejak Rey menghilang.

Setiap kali aku bertanya pada orang sekitar, tak ada satu pun jawaban yang pasti. Semua seolah bungkam, seperti menutup-nutupi sesuatu.

Aku dibuat semakin bingung… dan semakin takut memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Rey.

Keesokan paginya, aku kembali ke kedai lebih awal dari biasanya. Begitu pintu kubuka, Luna sudah berada di dalam, merapikan meja dengan wajah yang tampak pucat. Seolah ia tidak tidur semalaman.

Ketika ia melihatku, tubuhnya menegang—jelas, ada sesuatu yang ia takutkan dariku.

“Luna,” panggilku pelan.

“I–iya, Kak?” jawabnya gugup.

Aku menatapnya lekat-lekat. “Aku sudah tanya ke beberapa orang. Ada banyak hal yang tidak masuk akal, dan semuanya terjadi setelah Rey menghilang.”

Luna menggigit bibirnya. Tangan kecilnya gemetar saat ia memegang lap, mencoba terlihat sibuk padahal jelas panik.

Aku mendekat selangkah. “Luna… kalau kamu tahu sesuatu, tolong. Aku tidak ingin menyalahkan siapa pun. Aku cuma ingin Rey selamat.”

Matanya mulai berkaca-kaca.

“Aku… aku janji Kak, aku cuma ingin melindungi Rey…” suaranya retak.

Dadaku langsung terasa sesak. “Rey… butuh bantuan? Dia terluka?”

Luna tak menjawab. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis kecil, seolah menahan sesuatu yang terlalu berat untuk dipendam sendiri.

“Luna,” kataku pelan, menggenggam bahunya. “Tolong bilang di mana Rey.”

Ia menatapku dengan mata merah dan bengkak. “Kak… jangan marah ya… jangan benci aku…”

“Aku tidak akan marah,” jawabku yakin. “Tidak peduli apa pun.”

Luna menarik napas panjang, seakan butuh keberanian besar untuk mengatakannya.

“Rey… ada di rumahku.”

Jantungku langsung berhenti berdetak sejenak.

“Apa?” bisikku, hampir tak bersuara.

Luna mengangguk perlahan. “Sejak malam itu… sejak kejadian itu… dia datang ke rumahku penuh darah dan ketakutan. Dia tidak mau pulang, Kak. Dia bilang… dia takut kamu melihat keadaannya.”

Aku merasa seluruh tubuhku melemah. Tanganku bergetar tanpa bisa dikendalikan.

“Kenapa kamu tidak bilang dari dulu?” tanyaku, bukan marah, tapi patah.

“Rey… bilang jangan. Dia hancur, Kak. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Dia bilang… dia nggak pantas lagi buat kamu.”

Mataku panas mendengarnya.

“Dan…” Luna menelan ludah, suaranya turun menjadi bisikan,

“…Rey sedang hamil.”

Dunia seakan berhenti. Udara tertahan di paru-paruku, dan semuanya terasa seperti runtuh sekaligus menghantamku.

“A-apa…?” suaraku pecah.

“Hamil… karena kejadian itu,” lanjut Luna sambil menangis. “Dia benar-benar sendirian, Kak. Dia sakit… dia takut… dan dia merasa kamu akan membencinya kalau tahu.”

Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Ada rasa marah, hancur, dan hina yang bercampur jadi satu—bukan kepada Rey, tapi kepada diriku sendiri, kepada semua orang yang membiarkan ini terjadi.

“Bawa aku ke dia,” kataku akhirnya, dengan suara yang bergetar tetapi tegas. “Sekarang.”

Luna mengangguk, meski terlihat ragu. “Tapi Kak… Rey belum siap…”

“Aku akan menunggu dia siap. Tapi aku harus melihatnya. Aku harus ada di sisinya.”

Luna terisak, tapi akhirnya mengangguk dan mengambil kunci rumahnya.

Saat kami keluar dari kedai, satu hal berputar terus di kepalaku—

Rey menghadapinya sendirian.

Dan aku… tidak ada di sana saat dia paling membutuhkanku.

Aku menyusuri jalan setapak,sebuah rumah yang nampak asri.

"assalamualaikum bu"

"walaikumsalam, kenapa sudah pulang nak"

"Rey,ada di mana Bu"

"dia ada di kamar"

Aku menyalami punggung tangan ibu Luna,Luna mengajakku ke sebuah ruangan yang tampak tertutup,

Saat pintu terbuka aku melihat Rey yang tampak lebih kurus,dengan lingkar mata hitamnya.

Saat mataku dan mata Rey saling beradu pandang, dadaku seakan berhenti sejenak.

Rey menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya, air mata tampak menetes di sela jarinya yang menggenggam kain tebal itu. Suara pelan tangisannya memenuhi kamar yang hening, seolah setiap tetes air mata membawa beban yang tak sanggup ia ucapkan.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, tapi dada terasa sesak. Pikiran tentang semua yang terjadi hari ini berputar cepat—kecewa, takut, dan rasa kehilangan bercampur menjadi satu.

Setelah beberapa saat, ia perlahan membuka sedikit selimutnya, menatap dinding kosong di depannya. “Kenapa harus begini…?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Hati Rey terasa rapuh, namun di balik kesedihan itu, ada sedikit tekad yang mulai muncul—tekad untuk tetap bertahan, meski dunia di sekitarnya terasa runtuh.

"Rey"ujarku dengan suara lembut

"kenapa ke sini Rio"

"aku ingin bertemu denganmu Rey"

"aku tidak pantas untuk mu Rio"

Aku menarik selimutnya dengan lembut,Rey tampak menangis,air matanya sudah tak terbendung.

aku menatap lembut wajahnya,aku mencoba memeluknya erat dan menenangkannya.

"Rio,aku sudah kotor Rio"

"Rey,akupun punya masalalu yang kelam,ini bukan kesalahan yang sengaja kamu lakukan"

"tapi Rio"ujarnya sambil menghapus air matanya.

Aku menangkup wajah Rey,ku kecup keningnya.

"ayo,kita pulang,aku akan menjagamu dan bayi yang ada di kandunganmu"

Aku menggenggam tangan Rey dengan erat, membimbingnya keluar dari kamar. Hujan rintik-rintik di luar jendela menambah sunyi malam itu, seolah dunia ikut merasakan kesedihan dan ketegangan yang baru saja kami lalui.

"Rey, jangan takut," bisikku, menatap matanya yang masih sembab. "Kita akan menghadapi semuanya bersama."

Dia menggigit bibirnya, menahan isak yang tersisa, lalu menggandeng tanganku dengan ragu tapi perlahan percaya. Setiap langkah kami terasa berat, bukan karena jarak, tapi karena luka-luka yang belum sembuh di hati kami masing-masing.

Di perjalanan pulang, aku sesekali menyeka air matanya, membisikkan kata-kata lembut agar ia merasa aman. Bayi yang ada di dalam kandungannya menjadi alasan kuat bagiku untuk tak pernah meninggalkannya sendirian.

Sesampainya di apartemen, aku menyalakan lampu lembut, menciptakan suasana hangat. Rey duduk di sofa, masih memeluk diri sendiri. Aku duduk di sampingnya, meletakkan tanganku di bahunya.

"Kamu tidak sendiri, Rey. Aku akan selalu ada untukmu," ujarku lagi.

Dia menunduk, napasnya masih tersengal. Perlahan, ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku memeluknya erat, merasakan getaran kecil dari tubuhnya yang gemetar. Malam itu, meski dunia terasa berat, setidaknya kami menemukan satu hal yang pasti: kami masih memiliki satu sama lain.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!