Bagi mata yang memandang hidup Runa begitu sempurna tapi bagi yang menjalani tak seindah yamg terlihat.
Runa memilih kerja serabutan dan mempertahankan prinsipnya dari pada harus pulang dan menuruti permintaan orang tua.
"Nggak apa-apa kerja kayak gini, yang penting halal meskipun dikit. Siapa tau nanti tiba-tiba ada CEO yang nganterin ibunya berobat terus nikahin aku." Aruna Elvaretta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kode mertua
Kedua kalinya datang ke Imperium Living kali ini Runa tak perlu mendatangi front office dan meminta izin untuk bertemu Qian, ia cukup mengikuti mama Retno, seketika semua karyawan yang mereka lewati menyapa dengan hormat, beberapa ada yang menyapa lewat senyuman.
"Berasa lagi jadi CEO dracin yang biasa dinonton Hera." batin Runa. Ia juga ikut membalas hormat sapaan dari beberapa karyawan yang mereka lewati.
Keduanya menaiki lift, mama Retno lebih dulu menekan angka tiga kemudian angka empat, "tante mau ke Om Teguh di lantai empat. Runa nanti turun di lantai tiga yah, anterin ini buat Qian." ucapnya seraya menyerahkan tas bekal berwarna hitam.
"Siap tante, tapi ruangannya aku belum tau."
"Nanti tanya aja ke orang di lantai tiga, bilang mau ke Gita. Kalo udah ketemu Gita bilang aja disuruh tante buat ketemu Qian." jelas mama Retno.
Runa mengangguk paham, "siap tante."
Keluar dari lift Runa langsung bertemu lorong yang kanan kirinya berdindingkan kaca, dari sana ia bisa melihat banyak laki-laki dan perempuan yang tengah berkerja di balik kubikel menghadap ke layar komputer masing-masing. Beberapa dari mereka nampak ada yang tengah berdiskusi sambil menunjukan berkas di dalam map. Runa berjalan lurus dan menanyakan ruangan Gita. Karyawan disana cukup ramah, ia langsung diantar ke meja Gita.
"Siang bu, saya Aruna. Kesini atas permintaan bu Retno untuk menemui Pak Izqian." ucap Runa, "Mengantar ini." lanjutnya dengan menunjukan tas bekal.
"Sebentar yah, saya hubungi pak Qian dulu." balas Gita yang langsung menggambil gagang telepon di mejanya.
"Mari saya antar." ucapnya setelah menutup telepon. Gita berjalan di depan Runa lantas mengetuk pintu ruangan Qian.
"Masuk aja pak Qian di dalem." ucapnya kemudian berlalu pergi dengan sopan.
"Iya, makasih bu." jawab Runa.
Qian beranjak dari meja kerjanya dan beralih ke sofa tamu begitu melihat Runa masuk, "duduk, Run."
"Disuruh mama kesini?"
"Iya, mas." jawab Runa, "tante Retno nyuruh aku nganterin ini. Kebetulan tadi tante masak buat dibawa ke arisan." lanjutnya seraya membuka tas bekal yang ia bawa.
"Wah kebetulan aku belum makan siang. Makasih yah."
"Kalo gitu langsung dimakan aja mas." ucap Runa. Ia sudah mengeluarkan semua makanan dari tas bekal dan meletakannya di depan Qian.
"sendoknya mas." Qian langsung menerima sendok dari Runa dan mencicipi masakan mamanya. Seperti biasa, enak.
"Kamu makan juga Run. Enak loh masakan mama aku." Qian mendorong satu kotak bekal lagi ke arah Runa.
"Nggak usah mas, aku udah makan tadi. Emang enak banget masakan tante Retno." tolak Runa.
"Kan udah dari tadi makannya, sekarang makan lagi."
"Beneran mas aku masih kenyang ini. Tadi temen tante Retno juga pada bawa makanan, kenyang banget aku segala dimakan disana."
Qian menggeser kotak bekalnya, "ya udah kalo nggak mau makan, berarti bayaran hari ini nggak cair." ledek Qian.
"Eh jangan gitu dong mas!" buru-buru Runa mengambil kembali kotak bekalnya dan makan.
Qian tersenyum, "kamu tuh disuruh makan aja harus dibayar."
"Orang masih kenyang juga." gerutu Runa namun tetap makan sedikit demi gajinya hari ini yang terancam tak cair.
"Cuma bercanda, nggak enak kalo aku makan sendiri. Masa kamu cuma nonton." ucap Qian, "kalo emang masih kenyang nggak usah maksain, aku tetep transfer nanti." lanjutnya.
"Gimana selama nemenin mama tadi? ada kendala nggak?"
"Aman aja mas. Cuma emang harus selalu didampingi kayaknya tante Retno masih belum hafal semua makanan yang tidak boleh dimakan. Tapi aja hampir banget tante Retno makan sayur lodeh, padahal itu kan nggak boleh, ada santannya, tinggi kalium dari kelapa." jelas Runa.
"Nah itu juga yang bikin aku khawatir kalo mama pergi kemana-mana sendiri." jawab Qian.
"Makasih yah udah jagain mama. Nanti bonusnya aku tambah lagi."
"Nggak usah makasih mas, kan aku emang kerja." jawab Runa.
"Tapi nggak semua yang kerja sedetail kamu, Run. Kadang orang yang udah dekat aja belum tentu mau ngurus loh." Qian tersenyum getir, ia jadi ingat Sandra yang menelantarkan mamanya dengan Mayra di rumah sakit hanya demi jalan dengan laki-laki lain.
"Iya, mas." jawab Runa lirih. Tak dipungkiri zaman sekarang memang banyak orang yang kurang merawat saudara bahkan orang tua yang tengah sakit dengan berbagai alasan. Meski hal itu yang menjadi latar belakang usaha Runa tapi kadang miris juga melihat orang-orang sakit yang kurang mendapat perhatian dari keluarga padahal keluarga seharunya jadi penyemangat paling depan untuk pasien.
"Lagi ngapain kalian diem-dieman gitu kayak banyak pikiran?" tanya mama Retno yang baru saja masuk ke ruangan Qian bersama dengan suaminya.
"Eh tante." Runa menoleh, "siang om." ia juga menyapa om Teguh.
"Ini loh tan lagi cerita soal arisan tante tadi yang hampir makan sayur lodeh." jelas Runa.
"Kenapa malah cerita sayur lodeh, tante kira kamu lagi cerita soal ajakan jadi calon mantu dari tante Intan." ucap mama Retno, "Runa jadi rebutan loh tadi pah. Temen-temen mama pada order jasa Runa mau dikenalin ke anak-anaknya. Masa anak orang mau diorder jadi mantu."
Runa hanya tersenyum, sementara Qian sekilas berhenti mengunyah. Pikirnya teman-teman arisan mama Retno yang sudah tua ternyata otaknya sebelas dua belas dengan Mayra. Konyol.
"Tapi untung mama siaga pah. Langsung aja Runa nya mama bawa kabur. Dari pada dioder jadi mantu orang mending juga jadi mantu kita kan?"
Uhuk! Qian tersedak mendengarnya.
"Minum mas." Runa dengan cepat memberikan botol air mineral yang sudah ia buka.
Qian langsung menyambar botol dari tangan Runa dan meneguknya setengah. Sambil menutup botol Qian melihat ke arah mamanya yang tersenyum meledek ke arahnya. Qian kira hanya Mayra yang oleng ke Runa tenyata mamanya pun sama saja.
heeeemmm gimana tanggapan mama retno yaaaa pasti ndukung bgt klo sandra bilang qian pacaran ma runa....
yaaa salamm....serba salah ngadepin modelan sandra.
ya udh sih... nikmati aja . suruh nikah ya nikah aja.... gitu aja kok repot . emang kamu gak mau Qian nikah sama Aruna . pasti mau dong....masak gak mau...harus mau lah.... 🤭🤣🤣🤣 maksa ya .
oh ... Sandra....aduin aja ke mama Retno , sudah bisa dipastikan mama Retno bakal iya in aja . secara dia udah amat sangat cocok dengan Aruna .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍