Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 - Ke Rumah Keluarga Nugroho
Usai perdebatan panjang, Jefri beranjak ke kamar. Ia menyuruh Zayan mengantarkan Zoya pulang. Kini keduanya sudah berada di mobil.
Jujur saja, sejak tadi Zoya penasaran dengan sosok Zidan yang sempat dibahas Jefri dan Zayan.
"Sebelum kita menikah, aku ingin bukti kehamilanmu terlebih dahulu," celetuk Zayan.
"Tentu saja. Aku akan bawa buktinya padamu besok!" sahut Zoya. "Ngomong-ngomong, siapa Zidan?"
"Nanti kau juga tahu. Yang jelas dia nggak penting," sahut Zayan.
Zoya memilih diam. Apalagi dia melihat Zayan masih tampak kesal dengan kejadian tadi. Dia akan mencari tahu sendiri mengenai Zidan.
...***...
Zidan sekarang berada di rumah. Dia kebetulan memang memilih pulang karena ingin berkemas. Termasuk mengurus kucing-kucingnya.
"Kok aku sedih ya ninggalin rumah ini," gumam Zidan. "Padahal nggak begitu banyak kenangan di sini. Kenangannya cuman momen aku bengong doang."
Zidan sebenarnya merasa gugup untuk datang ke rumah keluarga Nugroho. Namun dirinya tahu, siap tidak siap, dia harus siap.
Besok Jefri akan menjemput. Saat itu Zidan harus ikut dengan lelaki tersebut.
Zidan menatap tangan palsunya yang tampak tidak palsu sama sekali. Tangan itu benar-benar menyatu dengan tubuhnya. Meski Zidan belum sepenuhnya terbiasa, dia merasa sangat bersyukur.
Malam itu Zidan berusaha tidur dengan nyenyak. Ia harus memiliki keberanian untuk menghadapi hari esok.
Satu malam berlalu. Zidan bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan tas kecil untuk dibawa. Sementara kucing-kucingnya akan dia serahkan pada Roby. Kata Jefri, biar Roby nanti yang membawa kucing-kucing itu ke tempat khusus penampungan kucing terlantar.
Jefri akhirnya tiba. Ia menyuruh Zidan langsung masuk ke mobil.
"Apa kau gugup?" tanya Jefri.
"Tentu saja. Aku juga memikirkan semua ucapan Zayan terakhir kali padaku. Katanya kalau aku kembali, aku hanya akan dapat hinaan," ungkap Zidan.
"Maaf membuatmu kecewa. Tapi itu memang benar. Karena itulah aku ingin kau tinggal di apartemen yang sudah kubelikan. Kita hanya sekedar mampir sebentar ke rumah," balas Jefri.
"Kenapa begitu? Apa kau pikir aku tidak bisa menghadapi semuanya?"
"Bukan begitu. Aku hanya mencemaskanmu. Lagi pula, aku ingin mengajarkan banyak hal tentang bisnis padamu. Aku ingin kau fokus. Apalagi aku baru saja memberi kesempatan untuk Zayan. Tapi kau tenang saja, bagaimana pun jadinya, aku akan tetap memilihmu sebagai pewaris." Jefri merangkul Zidan. Dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Ucapan Jefri pada Zayan dan Leony hanyalah kedok saja. Karena nyatanya dia tidak akan pernah lagi bisa mempercayai Zayan.
"Ayah sepertinya sangat ingin menjadikanku pewaris. Aku saja tidak tahu apa tugasnya," imbuh Zidan.
"Makanya aku akan mengajarimu," ucap Jefri.
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah keluarga Nugroho. Jefri sudah menyuruh Leony dan Zayan menunggu. Meskipun begitu, dia tidak mengatakan pada mereka kalau dirinya membawa Zidan pulang. Jefri hanya menyuruh semua orang ikut makan siang bersama. Ia bahkan menyuruh Zayan mengundang Zoya juga.
Ketika keluar dari mobil, Zidan berdecak kagum saat melihat rumah mewah keluarga Nugroho. Namun itu tak berlangsung lama, karena Jefri mendesaknya masuk ke rumah.
Kini Zidan melangkah masuk ke rumah. Ia berjalan mengikuti Jefri. Sampai akhirnya mereka tiba di hadapan semua orang. Semuanya tampak sudah berkumpul di ruang makan.
"Papah!" seru Leony. Matanya dan Zayan membulat sempurna saat melihat sosok Zidan, dan yang membuat mereka tambah kaget, tangan Zidan tidak buntung lagi.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.