NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Romansa Fantasi
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: Azurius07

Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernyerangan Orc

“Fase Satu dimulai!”

Meriam dan Eagle cannon ditembakkan, salvo pertama berhasil menghancurkan formasi terdepan musuh, puluhan Orc menjadi korban keganasan senjata Northridge.

“Maria, apa kau melihat bos musuh?” tanya Verxina ke Maria yang menunggu perintah dengan meriam sihir baru Northridge.

“Tidak Yang Mulia, saya tidak melihat mereka!” balas Maria dengan teropongnya.

“Cari lokasi mereka, seluruh pengintai cari mereka sampai dapat!” pasukan pengintai mengamati seluruh area pertempuran mencari lokasi musuh mereka yang masih tersembunyi.

Perasaan Verxina semakin kacau meskipun serangan mereka berhasil memangkas musuh secara perlahan, tetapi musuh mereka tidak berhenti.

“Pasukan musuh tidak berhenti Yang Mulia!” ucap Lukasz yang ikut menembaki musuh dengan Ballista.

“Tembakkan seluruh peluru yang kalian miliki! Jangan menahan tembakan kalian!” Perintah Verxina yang sedang melihat gelombang pertama musuh hampir sampai di gerbang benteng.

“Fase kedua! Jatuhkan mereka!” Perintah Verxina, seluruh tim menjatuhkan bongkahan besi dan batu bekas konstruksi benteng. Bongkahan yang jatuh menimpa para Orc yang mencapai gerbang, membunuh dan melukai seluruhnya disana.

“Pemanah! Sekarang!” puluhan anak panah diluncurkan mengenai target mereka masing-masing hingga Orc terakhir jatuh bersama tumpukan pasukannya.

Mereka berhasil mengalahkan gelombang pertama, namun mereka paham jika gelombang kedua akan lebih brutal dari sebelumnya.

“Yang Mulia! Musuh terlihat!” ucap Maria. “Arah Selatan! Jarak satu kilometer dari posisi kita, melesat dengan cepat kemari!” lanjut Maria saat melihat sebuah Orc menggunakan perisai raksasa menerobos rentetan tembakan dan berlari menuju tembok.

“Alessandro! Michelle! Serang dia, jangan biarkan dia mencapai tembok!” belum selesai Verxina memerintah, terdengar suara terompet. Seluruh Orc yang tersisa mengeluarkan raungan bersamaan. Dari tubuh mereka terlihat adanya aura kemerahan.

Verxina mengerti apa yang telah terjadi. Mereka semua berada di tahapan Berserk Orc.

“Bagaimana ini terjadi?! Itu tidak seharusnya terjadi disini!”

“Jangan berhenti menembak! Lakukan apapun dan pastikan mereka tidak mencapai tembok!” Perintah Verxina makin panik melihat musuhnya meningkatkan kekuatan mereka di babak pertengahan penyerangan.

Berserk Orc adalah fase terakhir pemulihan kekuatan dan peningkatan keganasan serangan para Orc. Hanya Orc biasa yang bisa memiliki kekuatan seperti ini. Mereka menggunakannya untuk perang penghabisan yang biasanya akan dimenangkan para Orc yang mulai melemah.

“Maria! Lupakan boss mereka, bidik dan serang para pembawa perisai itu!” Perintah Verxina.

Meriam sihir perlahan mengeluarkan sinar kehijauan dan menembakkan pelurunya ke pembawa perisai yang mencoba menabrakkan diri mereka ke gerbang depan. Dari pertempuran yang terjadi tersisa sepertiga dari musuh dan tiga boss mereka.

“Yang Mulia! Saya melihat boss mereka!” ucap Alessandro yang tengah membidik musuhnya. Maria dan Michelle ikut membidik dan melesatkan serangan pamungkas bersama ke musuh tersebut. Serangan gabungan melelehkan satu boss mereka.

“Dua lagi!” baru Verxina menyampaikan beritanya, sebuah kapak besar terlihat menembus tembok dan menghancurkan sebuah Eagle cannon. Efeknya cukup kuat hingga kapak tersebut menancap dengan kuat.

Tangga-tangga juga mulai berdatangan. Pasukan Verxina mencoba mendorong tangga, namun tidak bisa. Mereka terpaksa menumpahkan material kembali, berharap musuh mereka terjatuh dan mati.

Sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh Verxina adalah meningkatnya kepintaran para Orc dan kekuatan mereka sehingga mampu melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, seperti menghancurkan senjata berat sebelum menyerang dan melemparkan senjata mereka sebagai senjata jarak jauh.

Orc yang tersisa kurang dari 100 berhasil menaiki benteng pertahanan. Mereka berhadapan dengan lebih dari 400 tentara Northridge yang telah bersiap dengan kedatangan mereka. Mereka saling tatap menatap selama beberapa saat sebelum Lukasz memulai serangan balik mereka.

Verxina, Lukasz dan Elano memimpin penyerangan. Meskipun para Orc memiliki peningkatan kekuatan, mereka masih tidak berkutik dengan serangan ketiga penyerang jarak dekat. Alessandro, Michelle dan Maria dari belakang ikut menyerang para Orc yang berhasil ditahan serangannya.

Saat Lukasz akan menyerang kembali, ia merasa seperti ditabrak oleh sebuah gunung dan terbang menjauh dari area pertempuran. Ia bangkit dan mengibaskan tangannya yang kebas karena menahan serangan tersebut. Salah satu Orc Champion yang menjadi boss muncul dihadapan Lukasz dengan senjatanya.

“Antara ku dan kau!” ucap Lukasz sebelum melesat dengan pedangnya. Mereka beradu beberapa ayunan pedang. Saat ayunan pedang kelima, Orc tersebut menahan pedang Lukasz dan kembali menendangnya. Ia terpelanting ke sisi kanan tembok dan sebelum dia jatuh, Verxina menggapai tangannya.

“Tidak kali ini!” ucap Verxina yang menarik tangan Lukasz.

“Yang Mulia!” teriak Lukasz saat melihat musuh mereka berada dibelakang Verxina dengan pedang yang siap mengayunkan secara vertikal. Sebelum pedang itu menyentuh Verxina, sebuah perisai menghentikannya.

“Lewati aku dulu!” ucap Elano yang mendorong perisainya dengan sebuah hentakan kuat, mendorong musuhnya menjauh.

“Elano!” ucap Verxina dan Lukasz secara bersamaan.

“Syukurlah aku masih sempat!” ucapnya menghela nafas lega.

“Kenapa kau berat sekali Lukasz!” ucap Verxina setelah berhasil menarik Lukasz keatas. Orc Champion tidak memberikan waktu istirahat dan kembali menyerang mereka bertiga.

Serangan bertubi-tubi dilancarkan ke perisai Elano. Elano dengan sigap menangkis seluruh serangannya dan beberapa kali mencoba memberikan serangan balasan. Lukasz melompat dan mengayunkan pedangnya dari atas.

Orc Champion hanya menghindari serangannya kesamping dan akan menendang Lukasz kembali sebelum Verxina datang dengan pedangnya yang akan memotong kaki tersebut. Orc Champion merasakan adanya sesuatu yang buruk dan menarik kakinya dengan cepat. Meskipun begitu, pedang Verxina mampu memotong bagian zirah kaki Orc Champion dengan mudah.

“Sial, hampir saja!” ucap Verxina yang kembali melesat mengincar tubuh dan leher Orc Champion tersebut. Lukasz tidak mau kalah dan juga ikut menyerang bersama. Sementara Elano dengan tombaknya juga maju, ia meletakkan perisainya di punggungnya.

“Berhentilah menghindariku!” teriak Verxina yang frustasi saat musuhnya tidak berhenti menghindari serangannya dan menghindar tanpa menyerang.

“Dia paham betapa berbahayanya pedang anda Yang Mulia!” ucap Elano yang berusaha menghindar dan menyerang Orc Champion.

Orc Champion melesat menyerang balik ketiganya. Serangan pertama mendarat di punggung Elano yang berperisai, serangan kedua melontarkan Verxina dan serangan ketiga ditahan oleh Lukasz.

“Yang Mulia!” Lukasz berteriak melihat Verxina nampak tak sadarkan diri setelah terbentur pagar pembatas benteng.

Lukasz kembali menyerang Orc tersebut bertubi-tubi sendirian. Serangan demi serangan ia lakukan, tetapi bukannya mendapatkan keunggulan, ia malah makin terdesak hingga membuatnya tersudut. Saat semuanya terasa sudah tamat, ia merasakan sebuah hawa yang menakutkan.

Sebuah hawa menakutkan muncul secara tiba-tiba. Hawa menakutkan yang membuat seluruh Orc yang tersisa memilih mundur melompati benteng secara tiba-tiba, hanya menyisakan dua Orc Champion yang tersisa disana.

Seluruh tentara merasakan hawa menakutkan yang datang dari tempat pertarung Verxina, tidak ada yang berani bergerak bahkan Maria juga terlihat ketakutan seperti tahu sesuatu terjadi.

“Nona Maria, hawa apa ini?” tanya Alessandro yang memiliki pikiran negatif tentang yang terjadi.

Michelle terlihat telah pingsan dari hawa ini sendiri, ketakutan lah yang membuatnya pingsan.

“Evakuasi! Semuanya! Pergi dari sini, menjauh dari boss musuh sekarang juga! Tinggalkan lokasi ini sekarang juga!”

“Apa yang telah terjadi nona Maria?” tanya Alessandro kembali sembari membawa Michelle yang pingsan.

“Aku juga tidak tahu, tapi firasatku mengatakan ini tentang Yang Mulia,” ucap Maria yang lari mengikuti Orc Champion lain yang melesat menuju rekannya.

“Sejauh ini, ini yang paling jauh,” ucap Alessandro yang juga mengikuti Maria, dengan Michelle masih di gendongannya.

Lukasz terdiam saat melihat Verxina bangkit dengan sebuah sayap kemerahan muncul dari zirah barunya. Bukan hanya Lukasz, tapi Orc Champion yang sebelumnya melawannya juga terdiam melihat hal yang mengerikan datang dari Verxina.

“Yang Mulia?” tanya Lukasz saat melihat Verxina.

“Iya Lukasz, biar aku yang menyelesaikannya,” ucap Verxina dengan lembut, tetapi wajahnya bertolak belakang dengan apa yang dia katakan.

Rambutnya memerah seperti sedang terbakar. Matanya berubah menjadi kekuningan dengan pupil yang berubah motif menjadi tanda X. Sepasang sayap kemerahan juga muncul dari zirah Verxina. Namun, yang paling menonjol adalah sebuah mahkota tiara yang terbentuk berwarna merah menyala di kepalanya.

“Hei mahluk hijau, kau mau kemana?” ucap Verxina yang secara tiba-tiba muncul di depan Orc Champion tersebut. Sebelum mereka dapat bereaksi, Verxina telah mendorong Lukasz menjauh dan mencengkeram leher Orc Champion tersebut.

Lukasz dapat melihat Orc tersebut berusaha melepaskan diri dari Verxina yang melayang. Sebuah ironis saat melihat sesuatu yang lebih besar ditahan oleh sesuatu yang jauh lebih kecil darinya. Raungan Orc terdengar dengan keras, pedangnya juga berusaha memotong Verxina ditempat, namun pedang itu langsung hancur saat berkontak dengan zirah Verxina.

“Apa yang terjadi?” ucap Elano yang baru sadar. Punggungnya terluka tetapi tidak dalam, sedangkan perisainya terbelah menjadi dua bagian.

“Tuan Lukasz, apa yang ter...jadi?” pertanyaannya berhenti saat ia melihat Verxina yang mematahkan leher Orc tersebut seperti sebuah tusuk gigi. Verxina mengibaskan tangannya sebelum kembali melesat dan memenggal kepala Orc Champion lainnya.

“Yang Mulia?” tanya Maria saat melihat Verxina yang bersimbah dengan darah. Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan bahkan untuk Maria.

“Nona Maria! Dimana Yang Mu...lia?” tanya Alessandro yang kebingungan melihat Maria yang terdiam. Dia juga ikut terdiam saat melihat Verxina bersimbah darah.

“Apa yang sudah terjadi? Heh!” ucap Michelle sebelum kembali pingsan melihat Verxina.

“Oh hei Maria, lama tidak berjumpa,” ucap Verxina ke Maria, namun pandangannya tertuju pada Alessandro dan Michelle disana.

Sebelum Verxina melangkah lebih jauh mendekati mereka, Lukasz dan Elano muncul secara tiba-tiba. Elano memegang kedua tangan Verxina, sementara Lukasz memegang tubuh dan kepala Verxina.

“Maria! Tolong kami menahan Yang Mulia!” Teriak Lukasz yang menerima sundulan dari Verxina. Darah segar mengalir dari hidungnya. Alessandro menurunkan Michelle dan ikut bersama Maria memegangi Verxina yang memberontak.

“Lepaskan! Lepaskan aku!”

“Kalian mau kugantung semua!”

Teriak Verxina dengan penuh kemarahan. Dia memberontak dengan sangat kuat, membuat kerusakan tambahan di area tersebut. Secara perlahan, dia makin terbang meninggi sebelum Lukasz melihat sesuatu di zirahnya.

“Lukasz lepaskan tanganmu!”

“Maria! Berhenti memeluk kakiku!”

“Dan kalian berdua enyahlah dari sini!”

Ucapan dan berontakan Verxina sirna saat Maria dan Lukasz berhasil melepaskan zirah tersebut. Api yang menyala-nyala di Verxina padam dan dia pingsan kembali. Mereka terjatuh dari ketinggian, tetapi masih memegangi Verxina. Setelah semuanya merasa sudah berakhir, mereka melepaskan Verxina dan terdiam lemas melihat reaksi Verxina sebelumnya.

“Aku tidak tahu, tapi zirah itu mempengaruhi Yang Mulia!” ucap Lukasz.

“Apa yang terjadi tadi tuan Lukasz?” tanya Maria.

“Itu benar! Ini bukanlah Yang Mulia sama sekali!” ucap Alessandro sembari mengusap darah di keningnya.

“Apa yang terjadi saat aku pingsan?” tanya Elano.

“Akupun tidak tahu oke, tapi zirah itu mengeluarkan sisi terburuk Yang Mulia. Sisi yang tidak ingin dia nampakkan, The Andalusian Nightmare,” ucap Lukasz yang langsung bangkit.

“Jangan pernah biarkan Yang Mulia mengenakan zirah tersebut. Aku akan mengecek keadaan setelah pertempuran ini,” ucap Lukasz yang memegang sebuah kain untuk menghentikan mimisannya.

Mereka bertiga saling melihat dan membenamkan wajah mereka disana. Mereka telah memenangkan pertempuran kali ini dan mendapati sebuah fakta mengejutkan dari Lukasz tentang Putri Verxina yang bahkan Maria sendiri tidak tahu akan hal itu.

1
ameliaha
luar biasa
Shinichi Kudo
Duh, hati rasanya meleleh.
Washi
🙏Tolonggg thor, update secepatnya!🙏
Azurius07: jam 12 siang kak updatenya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!