NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan Makan Siang

Siang itu Anna duduk termenung di depan komputernya, dia tidak tahu mengapa tapi pikirannya terasa kosong. Pagi tadi Jonathan sudah pergi menghadiri sebuah rapat dengan klien tanpa dirinya.

Siang itu, ponsel Anna bergetar.

Daniel:

Siang, Nona Anna. Jika tidak ada agenda mendesak, bagaimana jika makan siang di luar?

Anna melirik layar, lalu menimbang sebentar. Jonathan sedang menghadiri pertemuan dengan klien, dan sejauh ini tidak ada pekerjaan mendesak di mejanya.

Anna:

Boleh. Kita bertemu di lobi depan saja.

Beberapa menit kemudian, Anna merapikan mejanya, mengambil tas, dan berjalan menuju lift. Saat ia tiba di lobi, Daniel sudah berdiri sambil memegang kunci mobil, menunggu dengan senyum sopan.

“Hai. Tidak menunggu lama, kan?” tanya Anna.

“Tidak sama sekali,” jawab Daniel sambil berjalan, lalu membukakan pintu keluar untuk Anna.

Sebelum melangkah lebih jauh, Anna sempat mengirim pesan singkat ke Jonathan.

Anna :

Siang Mr. Jonathan, saya makan di luar sebentar.

Daniel dan Anna berjalan beriringan menuju mobil Daniel yang terparkir di tepi jalan. Tepat di saat yang sama, sebuah sedan hitam masuk ke halaman perusahan, tepatnya di lobi utama. Jonathan baru saja kembali dari pertemuan, dan dari balik kaca, ia melihat Anna masuk ke mobil Daniel. Tidak ada yang aneh pada ekspresinya, tapi tatapan matanya mengikuti mobil itu hingga menghilang di tikungan.

Di restoran, Anna dan Daniel duduk di sudut ruangan dengan suasana tenang. Obrolan mereka mengalir ringan, membicarakan hal-hal di luar pekerjaan.

Sementara itu, di kantor, Jonathan mencoba fokus pada berkas-berkas di meja kerjanya, tapi pikirannya terus kembali pada pemandangan tadi—Anna yang pergi bersama Daniel. Ia tidak tahu persis tujuan mereka apakah hanya makan siang biasa, atau ada hal lain yang tidak ia ketahui, itu cukup untuk membuatnya kehilangan konsentrasi.

Beberapa menit berlalu. Akhirnya, Jonathan meraih ponselnya, mengetikkan nomor Anna, dan menekan panggilan.

Nada dering membuat Anna menghentikan sendoknya.

“Ya, Mr. Jonathan?” sapanya sopan.

“Nona Anna, bisa kembali ke kantor sekarang? Ada berkas yang saya cari, tapi tidak kutemukan. Kemungkinan ada di meja Anda,” ucap Jonathan, nadanya tegas tapi terdengar terlalu cepat untuk sekadar urusan dokumen.

“Baik, saya akan segera kembali,” jawab Anna tanpa curiga.

Ia menutup telepon, lalu menatap Daniel dengan sedikit canggung. “Maaf, saya harus kembali. Sepertinya ada hal yang perlu saya selesaikan.”

Daniel tersenyum tipis. “Tidak masalah. Lain kali kita bisa lanjutkan.” Ucapnya sopan

Anna bergegas keluar, sementara di pikirannya, ia bertanya-tanya berkas apa yang sedang di cari oleh Jonathan.

...----------------...

Langkah Anna terdengar mantap ketika ia masuk ke lantai kantor Jonathan. Dari kejauhan, ia melihat pria itu berdiri di depan mejanya, kedua tangannya menyelipkan sebuah map tebal ke bawah tumpukan dokumen lain. Ekspresinya datar, sulit dibaca.

“Ini berkasnya, Mr. Jonathan,” kata Anna sambil menyerahkan map yang ia bawa dari mejanya sendiri.

Jonathan menoleh sekilas, menerima map itu tanpa banyak bicara.

"Terima kasih." Ucapnya.

Anna hanya mengangguk ringan, tak terpikir untuk mempertanyakan alasannya. Baginya, hal seperti ini biasa saja—pekerjaan yang berputar di antara tumpukan dokumen memang sering membuat orang melewatkan sesuatu.

“Ada lagi yang perlu saya lakukan?” tanyanya sopan.

“Tidak. Untuk saat ini, kau bisa lanjutkan pekerjaanmu yang lain.”

Anna kembali ke mejanya. Tangannya bergerak lincah memeriksa surel yang masuk, mengatur jadwal untuk pertemuan esok hari, dan menyiapkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani Jonathan sore ini. Semua berjalan seperti biasa, seolah panggilan mendadak tadi hanyalah rutinitas.

Sekitar satu jam kemudian, ponsel Anna yang tergeletak di samping laptopnya bergetar pelan. Layar menampilkan pesan singkat—tidak panjang, tapi cukup untuk membuatnya tersenyum kecil. Jemarinya cepat membalas pesan itu, lalu ia meletakkan ponselnya kembali.

Dari dalam ruangannya, Jonathan kebetulan lewat dan melihat sekilas ekspresi itu. Ada sedikit perubahan di raut wajahnya, namun ia tidak bertanya. Hanya berjalan terus menuju meja resepsionis, memberikan beberapa instruksi singkat, lalu kembali ke ruangannya.

Waktu beranjak sore. Langit Amsterdam mulai berubah warna, memantulkan cahaya jingga ke jendela kantor. Anna merapikan mejanya, menyusun dokumen agar siap diproses keesokan hari. Jonathan keluar dari ruangannya, melirik sekilas.

“Besok pagi kita berangkat lebih awal, ada rapat di cabang selatan,” katanya.

"Saya ikut...?" Tanya Anna. Karena beberapa kali Jonathan lebih memilih untuk pergi sendiri.

"Anna. Kau asistenku kan?." Jonathan kembali bertanya.

“Baik, Mr. Jonathan. Jam berapa saya harus siap?”

“Jam delapan tepat. Pastikan semua bahan rapat sudah lengkap malam ini.”

Anna mengangguk, lalu mengambil tasnya. “Kalau begitu saya pamit dulu. Selamat sore, Mr. Jonathan.”

“Selamat sore.”

Ia berjalan keluar, melewati koridor yang mulai sepi. Saat menunggu lift, pikirannya masih tertuju pada pekerjaan, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Tetapi tetap saja berbicara dengan Jonathan setiap hari menguras banyak tenaga Anna. Bagaimana ia di tuntut profesional antar pekerjaan dan masalah pribadinya dengan pria itu.

Di luar gedung, udara sore terasa sejuk. Anna melangkah ke tepi jalan, menyalakan ponselnya untuk memesan taksi daring. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berwarna abu-abu berhenti di depannya.

“Ke distrik timur, ya,” katanya pada sopir.

“Baik,” jawab sopir itu singkat.

Perjalanan pulang diwarnai cahaya lampu kota yang mulai menyala. Anna memandang keluar jendela, membiarkan pikirannya mengalir tanpa arah—sesekali kembali pada pekerjaan, sesekali pada pesan singkat yang ia terima siang tadi dari Daniel.

Setiba di rumah, Anna membuka pintu dengan kunci cadangan. Aroma masakan hangat menyambutnya dari dapur.

“Anna, baru pulang?” suara Mamanya terdengar dari meja makan.

“Iya. Tadi ada sedikit pekerjaan tambahan.”

Papanya yang sedang duduk membaca koran menurunkan kacamatanya. “Bagaimana di kantor?.”

Anna tersenyum kecil, meletakkan tasnya di kursi. “Sejauh ini baik-baik saja, Pa. Lingkungannya profesional, dan aku belajar banyak.”

Isabell ikut duduk, menatap Anna dengan rasa bangga. “Bagus. Mama senang kau bekerja di perusahaan yang jelas, apalagi punya atasan yang tegas. Itu melatih disiplin.”

Anna hanya tersenyum, menahan komentar. Ia tahu orang tuanya menaruh respek pada Jonathan, meski mereka belum pernah bertemu langsung. “Ya, Mr. Jonathan memang orangnya detail.”

Mereka makan malam bersama, membicarakan hal-hal ringan—tentang berita terbaru, rencana keluarga, dan tetangga yang baru pindah. Anna menjawab setiap pertanyaan dengan tenang, membiarkan suasana hangat memenuhi ruang makan.

Setelah makan, ia naik ke kamarnya di lantai atas. Lampu meja dinyalakan, cahaya hangat memantul di dinding krem. Anna melepas sepatu, mengganti pakaian dengan kaos longgar, lalu duduk di tepi ranjang.

Ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan masuk—kali ini lebih panjang. Ia membaca, tersenyum tipis, lalu mengetik balasan singkat sebelum meletakkannya di meja.

Daniel :

Hari yang melelahkan nona Anna. Semoga lain waktu bisa bertemu dengan mu lagi.

Anna:

Ya terima kasih untuk traktirnya Tuan Daniel.

Di luar jendela, langit malam mulai pekat. Anna merebahkan tubuh, membiarkan lelahnya hari itu perlahan menguap. Pikirannya sempat melayang ke rapat esok hari, lalu ke detail pekerjaan yang masih harus diselesaikan.

Dengan napas yang mulai teratur, ia memejamkan mata, membiarkan rumah yang tenang menjadi akhir dari hari yang panjang.

...****************...

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!