NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Ellena duduk di lantai balkon, memandang gedung-gedung tinggi di depan. Hari-hari yang pahit berhasil dilalui dengan cemas dan penuh ketakutan.

"Kenapa? Aku baik-baik saja di sini. Aku diberi makan, dan tidak dipukul. Tapi, kenapa rasanya aku lebih cemas berada di sini di banding tempat Maxim. Tapi, mengingat Maxim saja, sudah membuatku gemetar," batin Ellena.

Wanita itu mengigit bibirnya sendiri, berharap bisa menenangkan diri. Bayang-bayang orang yang tewas dalam perang waktu itu tak bisa dilupakan, membuatnya terus merasakan takut.

Matanya yang terpejam erat, membuatnya tidak menyadari di seberang gedung, tepat di depannya, Maxim memperhatikannya dengan senyum seringaian.

Pria itu mengeluarkan pistol dari saku jaket yang dikenakan. Ia mengangkatnya mengarahkan ke arah Ellena. Tanpa ragu ia menarik pelatuk pistolnya.

Dor ....

Ellena seketika membulatkan mata, tubuhnya menegang merasakan hembusan kencang peluru yang berada di dekat kepalanya.

Saat itu juga ia melihat Maxim seberang gedung di depannya. Perlahan ia menoleh ke arah samping, melihat retakan kaca di sebelahnya.

Peluru itu tidak mengenainya, namun membuatnya merasa berhenti bernafas.

"Ada apa?" Felix datang dengan cepat. Ia melihat Ellena yang syok, dan retakan kaca di sebelahnya.

Ia lalu mengangkat pandangannya mencari posisi pelaku. Dalam hitungan detik, ia melihat Maxim melambaikan tangan dengan senyum tenang dan angkuh.

"Masuk!" Perintah Felix segera menarik tangan Ellena untuk masuk.

Sementara Maxim tetap diam setelah sapaan ringan itu, memandang dengan penuh arti.

"Apa itu tadi meleset?" tanya Liam yang berdiri tak jauh dari Maxim.

Maxim menaikkan sebelah alisnya. "Meleset, sejak kapan aku meleset, apalagi pada benda yang tidak bergerak," sahutnya yang mengartikan ia memang sengaja tidak mengenai Ellena.

Ia hanya ingin memberikan sapaan sebagai tanda kedatangannya.

Ia memperhatikan Felix yang juga memberinya tatapan peringatan, tanpa membalas perbuatannya tadi.

"Felix Willson, kau bajingan kejam tak berperasaan, dan aku tidak akan membiarkanmu bahagia," gumam Maxim tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari pria itu.

Tak beda jauh dengan Felix yang memberikannya sorot mata tajam tanpa niat mencari membalas serangan kecil tadi. "Maxim, kau buru-buru juga ingin mengambilnya kembali. CK, tapi tidak akan ku biarkan. Setidaknya aku harus memperlihatkan wajahnya dulu di depan umum, dengan begitu Lovie juga bisa lebih tenang keluar rumah," batinnya membayangkan bagaimana bahagianya sang istri jika sudah bisa bebas keluar dari rumah.

Membayangkan itu, membuatnya berpikir keras, bagaimana agar Ellena tidak sampai diambil darinya.

Dengan penjagaan puluhan orang saja, nyaris membuat Ellena kembali berpindah tangan.

"Beberapa hari lagi peresmian aku sebagai Presdir baru, juga perkenalan Ellena sebagai istriku. Apa itu akan berjalan lancar?" batinnya merencanakan bagaimana ketatnya penjagaan yang harus ia lakukan.

Sementara itu di dalam sana. Ellena masih dalam keadaan syok dan wajahnya pucat pasi. Melihat Maxim bagaikan melihat malaikat maut bagi Ellena.

"Dia ada di sini. Dia akan menangkapku lagi," batin Ellena menatap ke arah luar, dan hanya bisa melihat punggung Felix dan orang-orangnya.

Dalam keadaan was-was itu. Lovie datang dengan sinis menyahut. "Gara-gara kamu yang ada di luar. Maxim jadi tau kamar kita bodoh!" Umpatnya menyalahkan Ellena apa yang terjadi.

Ellena menatapnya dengan perasaan kesal dan benci. "Kau yang memulai ini Lovie! Kau yang membuatku dikejar seperti ini!" ucap Ellena penuh penekanan.

Lovie tersenyum sinis. "Itu sudah takdirmu. Nikmati saja!"

Setelah mengatakan itu, Lovie dengan santai kembali masuk kamar. Ia percaya dengan kemampuan suaminya, membuatnya tidak merasakan takut sama sekali, dengan adanya musuh besar di luar yang bisa saja menyerang tanpa aba-aba.

Ellena menghela nafas kasar, ia kembali menatap keluar. Bersamaan dengan itu, Felix berjalan masuk dan langsung menghampirinya.

"Jika kau tidak ingin ditangkap lagi, kau jangan pernah duduk di luar lagi. Jangan membuatku kerepotan! Aku ingin menikmati bulan maduku!" Sentak Felix melampiaskan kekesalannya atas datangnya Maxim.

Tangan Ellena mengepal. Sangat jelas ia yang paling tidak menginginkan Maxim. Tapi, di sini, dialah yang disalahkan.

Perasaan kesal yang menumpuk menjadi amarah, sehingga ia dengan berani melawan. "Persetan dengan bulan madumu! Hanya orang bermasalah sepertimu yang membawa banyak orang di bulan madumu!"

Bola mata Felix membulat menatap tajam, terkejut dengan perlawanannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengulurkan tangannya menyepit leher Ellena dan sedikit mengangkat membuat kaki Ellena berjinjing.

"Sepertinya aku terlalu baik denganmu. Kau mulai berani melawanku ya!" ucapnya dengan penuh penekanan.

Ellena tidak bisa menjawab, dadanya terasa sesak, Wajahnya mulai membiru keunguan yang menandakan tubuhnya mulai kekurangan oksigen.

Namun, Felix belum kunjung melepaskan. Pria itu dengan dingin berucap. "Aku mungkin akan melindungi kamu dari apapun. Tapi, tidak akan ada yang melindungi kamu dariku!"

Setelah mengatakan itu, barulah Felix melepaskan, membuat Ellena langsung terjatuh ke lantai. Wanita itu segera mengambil nafas dengan cepat untuk mengisi kembali tubuhnya dengan oksigen, membuat warna tubuhnya perlahan kembali normal.

Felix duduk berjongkok, kali ini ia menjepit kedua pipi Ellena dan kembali memperingatinya. "Aku bukan orang sabar, aku mudah marah, jadi jangan mengundang amarahku sedikitpun! Diam dan patuhlah! Paham?"

Mau tak mau Ellena segera mengangguk berharap Felix segera melepaskannya.

"Bagus," ucap Felix melepaskan jepitan tangannya. Tanpa menurunkan tatapan tegas penuh peringatan.

"Ingat jangan pernah keluar tanpa aku, tanpa pengawasan, sekalipun hanya di balkon! Kita tidak tau kapan Maxim akan mengambilmu kembali!"

Lagi-lagi Ellena hanya bisa mengangguk lemas. Menyadari hidupnya benar-benar telah kehilangan sebuah ketenangan.

Hidupnya bukan lagi miliknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!