Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan Belas
Keduanya berlari menyusuri hari yang semakin meremang.sedangkan sang gadis mencoba melarikan diri sembari memegangi lengannya yang terus mengucurkan darah.
Ia mendaki bukit yang tak begitu terjal dengan tubuhnya yang kesakitan dan rasa perih yang cukup membuatnya menderita.
Nafasnya tersengal dengan.rasa lelah yang terus saja menderanya. Kakinya sudah sangat lemah, ia seolah sudah tak lagi mampu untuk menopang tubuhnya, dan pandangannya tampak mulai mengabur.
Ditengah keputusasaannya, ia mendengar suara langkah cepat dan tepatnya orang yang sedang berlari.
Dengan sisa tenaganya, ia mencoba merogoh pemantik api disaku celana jeansnya yang mana malam tadi ia gunakan untuk merokok.
Ia mencoba terduduk, lalu mengumpulkan dedaunan kering, menciptakan api untuk memberikan tanda jika ia ada dibawah jurang.
"Tolooooong," pekiknya dengan lirih. Berharap suaranya mengema dan terdengar oleh siapa saja.
Tak jauh dari posisinya berada, terlihat seekor harimau sedang mengawasinya. Mengendus aroma anyir darah yang menyebar diudara, membuat penciuman sang kucing besar semakin bersiap untuk menghampirinya.
Saat sang kucing belang ingin keluar dari persembunyiannya, seekor ular bersisik kuning keemasan berdiri tegak menatapnya.
Melihat sorot tajam mata sang ular yang berdiri tegak setinggi satu meter setengah, sang harimau menggeram, lalu memilih mundur dari tempatnya, dan pergi meninggalkan buruannya.
Dita mengamati sekelilingnya. Lalu terlihat asap mengepul dari sisi sebelah kiri dan tepatnya berada dijurang.
"Pak, sepertinya ada petunjuk." tunjuknya kearah asap yang membumbung diudara.
"Ya, kita lihat kesana," jawab Angkasa dengab cepat.
Dita melirik sepotong gelondongan kayu pinus yang tergeletak. Ia menggesernya, dan naik diatasnya. "Kamu mau ngapain,"
"Turun ke bawah, Pak. Naik ini lebih cepat," jawabnya.
"Ja--," ucapannya terputus saat melihat Dita sudah terlebih dulu meluncur kebawah dan ia hanya tercengang melihat ulah sang gadis yang dengan begitu mudah sudah tiba dibawah dengan selamat.
Angkasa menghela nafasnya. Lalu memilih berlari dengan cara kemiringan bidang tebing, namun tetap saja kalah cepat dari Dita yang terlihat mendekati asap yang sudah mulai padam.
Dita melihat sang gadis berambut ungu terlihat tak sadarkan diri. Sedangkan darah masih mengucur dari bagian lengannya yang terluka parah.
Ia melihat sekitarnya. Lalu menemukan daun senduduk/senggani yang memiliki bunga berwarna ungu serta buahnya berwarna ungu pekat saat sudah matang.
Ia mengambil beberapa lembar daunnya, dan juga buahnya yang sudah merekah, lalu membawanya ke pada gadis yang tengah kritis tersebut.
Menit berikutnya, Angkasa tiba ditempatnya. Dita menekan buah ungu pekat itu hingga mengeluarkan cairan, dan mengoleskannya pada luka menganga yang cukup parah.
Kemudian ia mengunyah daun senduduk hingga halus, lalu membalurkannya pada luka tersebut. Tak lupa ia merobek pakaian si gadis berambut ungu, dan mengikatnya dengan kuat agar menghentikan pendarahannya.
Angkasa memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Dita, terlihat terbiasa dengan hal survival. "Darimana kamu tahu cara menggunakan tumbuhan itu untuk antiseptic alami dan mencegah pendarahan?"
"Ibuku yang mengajarkannya," jawab Dita cepat. Ia menyelesaikan tugasnya. Lalu mengangkat gadis tersebut. "Bantu saya untuk menggendongnya dibelakang, Pak," pinta Dita pada sang Dekan.
"Sudah biar saya saja, tubuh kamu kecil, mana sanggup membawanya," ucap Angkasa yang bergerak ingin menggendong tubuh mahasiswi tersebut.
Dita menahan tubuh Angkasa dengan telapak tangannya. "Dia perempuan, Pak. Kalau bapak gendong dibelakang, melonnya nanti mengganjal punggung bapak, jadi biar saya saja yang gendong." jawabnya dengan santai.
Seketika Angkasa mengerutkan keningnya. "Dasar bocil! Otakmu sepertinya harus dicuci, ini darurat!" omel Angkasa dengan gemas.
Namun Dita tak menggubrisnya. Ia memaksa untuk membawa tubuh gadis itu dipunggungnya. Tak ingin berdebat, akhirnya Angkasa memilih mengalah. "Heeem, terserah kamu saja, nanti kalau ditengah jalan tumbang jangan salahkan saya," gumamnya dengan lirih.
Dita sudah menggendong si gadis berambut ungu dengan mengikat kedua tangan itu ke lehernya. Dengan sigap ia mendaki bukit dengan begitu santainya, membuat Angkasa tercengang melihatnya.
Sementara itu, semua peserta camp terlihat sudah mengemasi barang-barang mereka. Mereka menyempatkan untuk memasak dan sarapan sembari menanti kepulangan Angkasa dan Dita.
Shasa tampak cemas menantikan kedatangan sahabatnya. Bagaimana ini, apakah kita tetap menunggu atau turun terlebih dahulu?" tanya Pak Seto dengan wajah ketakutan.
Sedangkan Kavita, Clara dan juga Jennifer terlihat pucat dengan wajah ketakutan.
"Sebaiknya sebagian dari kita turun terlebih dahulu, dan Pak Seto yang memimpinnya, dan sebagian lagi akan turun bersama saya," pria itu terus menatap kearah utara, tempat dimana Angkasa dan juga Dita diharapkan datang membawa kabar.
"Baiklah, saya akan memimpin mereka turun ke bawah, semoga kita semua diberikan keselamatan," ucap Pak Seto dengan wajah cemas.
Bagaimana tidak, dua mahasiswi mereka dikabarkan menghilang malam tadi dan belum diketemukan.
Pak Seto mulai memimpin para peserta yang berjumlah dua puluh orang dan didominasi perempuan.
"Aku ikut turun!" Jennifer menolak untuk bertahan diatas, ia tak ingin mendapatkan bencana jika menuruti keinginan Kavita yang memilih untuk tinggal sembari menunggu Angkasa tiba.
Clara juga ingin ikut dalam rombongan, namun dengan sigap, Kavita mencengkram pergelangan tangannya dane menatapnya dengan tajam.
"Kamu tetap tinggal, kita harus menemukan Novi!" ucapnya dengan suara yang hampir berbisik, namun penuh penekanan.
Gadis tak berkutik, sedangkan Jennifer memilih untuk ikut dalam rombongan pertama yang turun ke kaki bukit.
Suasana tampak kembali hening setelah sebagian dari mereka meninggalkan lokasi camp. Tampak Galuh, Shasa, Kavita, Clara, dan dua mahasiswa lainnya yang kini didampingi oleh Pak Putro sama menatap ke arah Utara dengan perasaan cemas.
Tak berselang lama, terlihat dua orang yang sedang berjalan menuju kearah mereka dan Putero serta Galuh berlari mengejar keduanya. Tak lupa Kavita juga iku berlari untuk melihat siapa yang mereka selamatkan dan berada dipunggung Dita.
"Kamu kuat gendong Si Feby yang lebih berat dari kamu?" tanya Pak Putro dengan nada tak percaya.
Angkasa menggedekkan kedua pundaknya dan mereka terus berjalan menuju camp.
"Si rambut pirang bagaimana, Pak?" tanya Galuh dengan wajah pucatnya.
Sedangkan Kavita masih tampak syok, sebab yang dibawa pulang bukan Novita, melainkan Feby si rambut ungu.
Ia terlihat gemetar dan wajahnya memucat sembari mengikuti arah langkah Dita menuju camp yang masih berdiri dua tenda.
"Kami tidak menemukannya. Kita akan coba menyadarkan si-siapa tadi namanya?" tanya Angkasa random.
"Feby," sahut Kavita lirih.
"Ya, kita akan bertanya padanya, mungkin ia memiliki informasi yang penting dan nanti akan saya lanjutkan pencairannya kembali," sahut Angkasa.
"Aku ikut," ucap Kavita dengan cepat.
Semua menatapnya. Ada sesuatu yang terlihat disembunyikannya.
"Kamu turun bersama Pak Putro, biar saya, Galuh dan Dita yang mencari," jawab Angkasa dengan menegaskan.
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔