Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#9 Sebuah rahasia.
Ki Surojiwo lantas memceritakan mengenai keadaan nya yg saat ini tengah terdesak akibat kehadiran dari para petinggi Pajang yg telah pindah ke tempat nya bersarang selama ini.
Ia pun mengatakan pula bahwa kini ia merupakan pemimpin begal yg mendiami alas mentaok.
Perempuan paruh baya yg mendengarkan penuturan dari Ki Surojiwo ini pun langsung menanggapi nya, dengan berkata,
" Mungkin sudah saat nya kakang harus meninggalkan pekerjaan itu, kakang tidak bisa hidup bersembunyi terus seumur hidup demi memegang sebuah keyakinan, mungkin kita dapat memulai hidup disini dan membangun kembali rumah tangga kita," sebut nya dengan nada penuh perasaan.
Seakan perempuan itu meminta agar lelaki yg ada di hadapan nya ini kembali lagi pada nya.
" Mungkin benar apa yg kau katakan itu Nyi, akan tetapi diri ku tentu saja tidak ingin di tangkap oleh para prajurit Pajang dan akan mendapatkan hukuman dari Jaka Tingkir itu, hal itu tidak boleh terjadi Nyi " sahut Ki Surojiwo.
" Lalu !, apa yg akan kakang lakukan bila kelak kakang akan mendapati para petinggi Pajang itu menemui mu di alas mentaok tersebut, apakah kakang akan melawan nya, itu sama saja dengan kakang membunuh diri, jadi sebaik nya lah kakang menyerah saja , serta tunduk dan patuh terhadap paugeran yg berlaku, zaman telah berubah kang !" sebut perempuan itu lagi dengan penuh perasaan.
Terlihat sekali ia sangat menyayangi lelaki yg ada di hadapan nya ini.
" Hehh !, mungkin benar apa yg kau katakan itu Nyi, aku akan menyerahkan diri , tetapi tidak kepada Jaka Tingkir, aku akan menyerahkan diri kepada Ki Gede Pemanahan saja ,dan menjadi penduduk pedukuhan Mataram itu " ucap Ki Surojiwo.
" Apakah itu tidak sama saja Kang!, bukan kah Ki Gede Pemanahan adalah pembantu terdekat dari Kanjeng Gusti Sultan sendiri, dengan kakang menyerahkan diri kepada nya tentu kakang akan di bawa ke hadapan Kanjeng Gusti Sultan!" ujar perempuan paruh baya ini.
" Yo beda Nyi ! , Ki Gede Pemanahan yg kinj telah bergelar Ki Gede Mataram itu, bukan lagi bagian dari keprajuritan Pajang, tentu ia tidak akan menyerahkan ku ke hadapan Jaka Tingkir , sebab mataram itu adalah tanah perdikan, dan aku akan meminta janji kepada nya akan hal ini, bila ia menyetujui nya baru diri ku akan menyerahkan diri " terang Ki Surojiwo lebih lanjut..
" Mungkin hal itu patut untuk kakang lakukan !" seru perempuan paruh baya.
" Apakah kelak diri mu mau bersama ku kelak membangun rumah tangga di tanah perdikan mataram Nyi ?" tanya Ki Surojiwo kepada perempuan paruh baya.
" Tentu kang, tentu diri ku akan mau bersama mu asalkan diri mu mau berubah dan tidak menjadi begal lagi, apalagi anak kita sudah beranjak dewasa, " balas perempuan paruh baya ini.
" Ah !, aku senang mendengar nya, kelak bila hal itu telah terjadi, aku akan datang menjemput kemari, dan kita akan tinggal bersama lagi seperti dahulu sewaktu masih di Jipang " ungkap Ki Surojiwo.
" Mudah-mudahan benar yg kakang katakan itu, aku tentu akan sangat senang sekali mendengar nya, kesetiaan ku selama ini akhir nya di balas oleh yg maha kuasa, bahkan dengan melihat mu masih hidup saja , aku sudah sangat bahagia sekali " kata perempuan paruh baya ini sambil memeluk tubuh Ki Surojiwo.
Lama kedua nya saling berpelukan , seakan enggan untuk berpisah lagi, perasaan mereka selama ini pun telah kembali seperti sedia kala.
Meskipun rintangan dan tantangan di depan mata menunggu kedua nya, akan tetapi tampak nya mereka sudah siap untuk menghadapi nya.
Menjelang pagi hari Ki Surojiwo pun pamit, ia akan kembali terlebih dahulu ke tempat nya ,dan berjanji akan segera datang lagi secepat nya.
Dengan di iringi linangan air mata , perempuan paruh baya ini pun melepas kepergian lelaki yg sangat ia cintai itu meski sebenar nya ia masih sangat berharap dapat berkumpul di rumah nya ini lebih lama lagi.
Akan tetapi hal tersebut di tolak oleh Ki Surojiwo karena diri nya merupakan buronan kerajaan Pajang, bila ia menetap di situ tentu saja ia akn di hadapkan kehadapan Sultan Hadiwijaya , penguasa Pajang yg paling ia benci itu.
" Pergilah kang!, dan segera lah kembali, kami akan tetap setia menunggu mu disini" ujar perempuan paruh baya itu sambil melepaskan pelukan nya.
" Tentu Nyi, aku pasti akan kembali lagi, dan akan memboyong kalian berdua ke mataram " sahut Ki Surojiwo.
Ia pun telah melepaskan pelukan nya dan segera berlalu dari tempat tersebut.
Lambaian tangan perempuan paruh baya itu mengikuti kepergian Ki Surojiwo dari rumah nya ini dan menghilang di balik kegelapan malam yg sebentar lagi berganti pagi.
Sedangkan Ki Surojiwo terus berlalu dari situ dengan mempergunakan ilmu peringan tubuh nya, ia berusaha untuk tidak bertemu maupun berpapasan dengan para warga desa, apalagi para pengawal yg sebentar akan kembali ke rumah nya masing-masing.
Di dalam hati pemimpin rampok alap-alap hitam ini telah bertekad untuk mengabdikan diri nya di tanah perdikan mataram yg baru saja di buka itu.
Setiba nya di alas mentaok, ia pun masih berusaha menghindari tanah perdikan mataram yg baru saja di buka itu guna tiba di tempat nya bersarang.
Ki Surojiwo harus jalan memutar agar tiba di tempat nya tanpa di ketahui oleh para warga pedukuhan yg baru ini.
Meski demikian , di dalam hati nya masih juga sangat cemas akan ketahuan mereka, sehingga ia pun melakngkah dengan sangat hati-hati.
Pada saat itu mentari telah berada di puncak nya.
Ki Surojiwo dapat melihat kegiatan para warga pedukuhan yg baru ini , yg tampak.sibuk membangun tempat guna di jadikan sebuah rumah tinggal bagi mereka.
Ki Surojiwo sempat pula terpana dengan pemandangan tersebut, pada saat itu diri nya berada agak di kejauhan dari pedukuhan baru tersebut dan di rasa nya cukup aman, tanpa terlihat oleh seseorang.
" Apa yg tengah kau lakukan itu kisanak ?"
Terdengar suara seseorang yg menyapa nya dari arah belakang nya, orang tersebut nampak cukup gagah dengan membawa satu pikulan kayu , mungkin kayu bakar , akan tetapi ia seperti tidak sedang membawa apa pun juga.
Hehmm, tenaga orang ini sungguh luar biasa, kayu sebanyak itu seolah hanya bagaikan kapas saja di atas pundak nya , sungguh tinggi tenaga dalam nya , membathin Ki Surojiwo di dalam hati nya.
" Apakah diri mu adalah pengikut adi pemanahan, kalau memang iya , namun diri ku belum pernah melihat mu sebelum nya ?" tanya orang itu lagi kepada Ki Surojiwo.
" Ehh,..anu,..eh, ,..aku bukan lah warga pedukuhan itu !" jawab Ki Surojiwo dengan sangat gugup nya.
Sebab ia merasa bahwa ilmu orang yg ada di hadapan nya ini tentu sangat tinggi sekali, sebab dari kehadiran nya saja tadi ia sudah di kejutkan, belum lagi cara nya membawa kayu itu pun sudah dapat di pastika bahwa orang ini bukan lah orang yg sembarangan.
" Kalau bukan warga pedukuhan mataram, lalu dimana kisanak ini tinggal ?" tanya lelaki itu lagi kepada Ki Surojiwo.
" Ahh,..ehh,..aku tinggal di sana ,..!" sahut Ki Suojiwo sambil asal saja menunjuk.
Lelaki itu pun memandangi tempat yg telah di tunjuk kan oleh Ki Surojiwo tersebut seraya berkata.
" Dari yg setahu ku, hanya pedukuhan mataram ini saja lah yg ada di alas mentaok ini, bahkan itu pun sangat baru, lalu!, apakah masih ada lagi pedukuhan di dekat sini selain pedukuhan mataram ini ?" tanya lelaki itu lagi.
Kali Ki Surojiwo terdiam, ia tidak dapat menjelaskan mengenai tempat nya bersarang, sebab orang yg di hadapi nya ini adalah salah seorang punggawa kerajaan Pajang yg memiliki kesaktian yg sulit untuk di ukur nya.
" Perkenalkan namaku adalah abdurahman, orang-orang menyebutku dengan sebutan Ki Juru Martani " ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangan nya.
Hehh !
Ki Surojiwo sempat terkejut mendengar penuturan lelaki yg ada di hadapan nya ini, ia sempat mengadu pandang dengan orang tersebut sekilas, seolah tengah melakukan penjajagan mengenai kedalaman ilmu nya namun hanya sebentar, sebab ia pun turut mengulurkan tangan nya dan menjabat tangan Ki Juru Martani dengan memperkenalkan nama nya pula.
" Aku adalah Ki Surojiwo !" balas nya pendek.
Akan tetapi pada saat jabat tangan ini, Ki Surojiwo pun mencoba ilmu dari orang yg bernama Abdurahman yg berjuluk sebagai Ki Juru Martani, ahli siasat perang yg sangat handal yg di miliki oleh Pajang, hingga mampu mengalahkan Jipang Panolan pada pecah perang antara Pajang melawan Jipang di kali bengawan sore beberapa wakru yg lalu.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya