NovelToon NovelToon
Penjinak Hati Duda Hot

Penjinak Hati Duda Hot

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

“Sadarlah, Kamu itu kunikahi semata-mata karena aku ingin mendapatkan keturunan bukan karena cinta! Janganlah menganggap kamu itu wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi mulai detik ini kamu bukan lagi istriku! Pulanglah ke kampung halamanmu!”

Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong menghancurkan dunianya Citra.

“Ya Allah takdir apa yang telah Engkau tetapkan dan gariskan untukku? Disaat diriku kehilangan calon buah hatiku disaat itu pula suamiku yang doyan nikah begitu tega menceraikan diriku.”

Citra meratapi nasibnya yang begitu malang diceraikan oleh suaminya disaat baru saja kehilangan calon anak kembarnya.

Semakin diperparah ketika suaminya tanpa belas kasih tidak mau membantu membayar biaya pengobatannya selama di rawat di rumah sakit.

Akankah Citra mampu menghadapi ujian yang bertubi-tubi menghampiri kehidupannya yang begitu malang ataukah akan semakin terpuruk dalam jurang putus asa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 18

“Aku akan buat mereka nggak betah bekerja di sini. Aku pastikan mereka hanya bekerja sebulan saja seperti beberapa pengasuh Baby Twins yang dulu-dulu,” gumamnya.

Seseorang sedari tadi memperhatikan apapun yang diperbuat oleh Citra sambil tersenyum iri bercampur misterius.

“Aku harus menghubungi nomor ponselnya Nyonya Muda Inara dan menyampaikan kepadanya kalau ada pengasuh baru dan pengasuh itu sangat cantik,” batinnya salah satu asisten rumah tangga yang sedari tadi ada di sekitar tempat tersebut.

“Pak Ridho, pengasuh seperti dia inilah yang saya cari. Kamu kali ini cukup teliti dan pintar mencari baby sitter untuk kedua cucu kesayanganku,” ucap Nyonya Hilda sebelum meninggalkan tempat tersebut.

Pak Ridho tersenyum simpul mendengar pujian dari majikannya,” syukurlah kalau Nyonya menyukai pilihanku kali ini. Insha Allah, Nak Citra tidak akan ngecewain nyonya dan Kita semua.”

Citra dalam hati tersenyum puas,lega dan bahagia karena dihari pertama dia bekerja mendapat sambutan yang cukup positif dan bagus dari beberapa orang termasuk orang yang paling penting di rumah itu.

“Pak Ridho, naikkan gaji Citra dari perjanjian awalnya dan atur dengan baik dan penuhi semua kebutuhannya jangan ada yang terlupakan,” imbuhnya Nyonya Hilda sebelum berpamitan menuju kamar cucu pertamanya.

Citra dan Manda saling pandang dan tersenyum sumringah puas karena awal mereka bekerja di rumah megah itu terbilang cukup lancar dan dengan gaji yang lumayan besar.

“Allahu Akbar… subhanallah alhamdulillah.. mungkin ini adalah balasan dari luka hatiku ditinggal cerai oleh Mas Ardiansyah. Allah SWT mengijabah doa-doaku selama ini. Permudahlah jalan kami ya Allah… berkahi usaha dan pekerjaan kami,” batinnya Citra sambil menyeka sudut matanya yang tiba-tiba berair saking bahagianya mendapat rezeki yang halal berlimpah.

Manda membuang nafasnya dengan perlahan,” makasih banyak ya Allah… kami mendapatkan majikan yang baik hati. Semoga kedepannya kami bisa bekerja dengan baik di sini dan aku pastikan aku akan bersemangat apapun yang terjadi.”

“Kenapa juga Pak Ridho harus menemukan baby sitter untuk si kembar segala sih!? Seharusnya aku saja yang jadi pengasuh mereka. Lumayan kan gaji pokoknya saja perbulan itu 30 juta ditambah bonus dan fasilitas lainnya,” batinnya salah satu art yang sedari awal kedatangan Citra dan Manda sudah tidak menyukai keduanya.

Citra tersenyum kecil sebelum melangkah mengikuti pak Ridho sambil menggendong baby Jaylani yang dalam gendongannya memainkan anak helaian rambutnya Citra sambil berceloteh khas anak enam bulan.

“Cacaca… mamama…”

Mereka berjalan ke arah lantai dua dimana kamar sang cucu pertama berada sambil Pak Ridho menjelaskan semua fungsi ruangan yang dilaluinya.

“Kamu cukup bekerja dengan hati yang tulus dan bersih, insha Allah semuanya akan berjalan lancar,” tuturnya Pak Ridho.

“Alhamdulillah, makasih banyak sudah memiliki Pak untuk menjadi pengasuh mereka. Ngomong-ngomong istri bapak bekerja di bagian apa?” Tanyanya Citra yang mulai muncul rasa kepo akut dan penasarannya.

Pak Ridho berhenti sejenak sebelum masuk ke dalam kamar baby Jay dan baby Jia.

“Namanya Fatimah, dia adalah kepala chef di sini dan nanti bapak akan perkenalkan kamu dengannya. Istriku juga nggak sabar ingin bertemu denganmu Nak. Bahkan katanya dia seolah-olah menunggu kedatangan putrinya yang baru pulang dari perantauan,” tuturnya Pak Ridho.

Citra tersenyum lebar mendengarnya,’ Allahu Akbar… semakin pengen bertemu dengan ibu Fatimah.”

Pembicaraan keduanya terus berlanjut hingga ke dalam kamar sang cucu majikannya. Pak Ridho dengan sabar dan tegas menjelaskan apa saja yang perlu dan tidak harus dikerjakan oleh Citra selama menjadi pengasuh baby twins.

Citra masih mengusap lembut punggung baby Jaylani hingga napas mungil itu teratur dan benar-benar tertidur. Setelah memastikan si kecil nyaman di box bayi steril itu, barulah ia melangkah keluar menuju kamarnya dengan pelan agar tidak membangunkan siapapun.

Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati beberapa ART sedang duduk santai di area istirahat. Suasana langsung berubah ketika salah satu dari mereka melirik Citra dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan meremehkan.

“Oh ini nih pengasuh barunya baby Jia dan Jay?” ucapnya ketus, seolah sedang menilai barang dagangan.

Citra hanya tersenyum sopan, tidak terpancing sedikit pun.

Belum sempat ia melanjutkan langkah, rekan yang lain menambahkan dengan tawa sinis, “Gue kira dia ini masih gadis. Ternyata seorang janda rupanya.”

Beberapa yang lain langsung saling pandang, menunggu reaksi Citra—mungkin berharap ada drama.

Tapi Citra justru menoleh perlahan, tersenyum ramah, elegan, tanpa nada marah sedikit pun.

“Oh iya betul,” jawabnya santai. “Saya memang janda. Dan alhamdulillah… status saya nggak pernah mengganggu pekerjaan saya ataupun rezeki orang lain.”

Keduanya terdiam sejenak. Citra belum selesai.

“Kalau soal masih kelihatan gadis,” ia melanjutkan sambil tertawa kecil lembut, “ya berarti saya harus banyak-banyak bersyukur karena kelihatan awet muda, kan? Semoga kalian juga begitu… nggak gampang keliatan tua karena kebanyakan mikirin hidup orang.”

Diam. Wajah mereka mulai berubah.

Citra kembali tersenyum sopan, bukan sombong—justru menenangkan.

“Kita kan kerja di rumah orang. Yang paling penting kan akhlak, bukan gosip. Kalau kita saling support, suasana kerja enak. Kalau kita saling nyinyir… yah, takutnya nanti Tuhan balikkin semuanya ke kita.”

Tanpa menunggu balasan, Citra memberi salam kecil dan melanjutkan langkahnya ke kamar.

Sementara yang lain tertunduk—bukan karena dimarahi, tapi karena tersentil oleh cara Citra mengingatkan tanpa meninggikan suara.

Citra baru saja menghilang di ujung lorong ketika kedua ART yang tadi menyindirnya masih membeku di tempat. Senyum sopan Citra terasa seperti tamparan tanpa sentuhan.

Dalam hati, keduanya sama-sama berdesis geram.

“Sok banget sih orang baru… baru kerja sehari udah gaya paling suci.”

Hatinya mendidih, tapi bibir tetap terkunci karena tadi disaksikan teman-teman lain.

Yang satu lagi mengepal rahang sambil pura-pura merapikan rambutnya.

“Ih, alay banget. Ketawa manis padahal menusuk. Janda sok elegan. Mentang-mentang cantik dikit, dikira kita minder.”

Tatapannya menajam ke arah koridor tempat Citra pergi.

Rasa tidak suka itu semakin menggelegak karena keduanya tidak menemukan satu pun celah untuk membalas. Kata-kata Citra terlalu tepat sasaran, terlalu netral untuk dibantah, tapi cukup halus untuk menyayat ego.

Keduanya saling pandang, saling berbagi kekesalan tanpa perlu bicara.

“Kita lihat nanti… mentang-mentang disayang nyonya, dikiranya dia bakal betah di sini. Tuh orang nggak tahu aja kalau rumah ini nggak pernah ramah sama pendatang baru.”

Yang satu lagi menggumam dalam hati, “Kalau bukan karena pemilik rumah, udah kutunjukkan siapa yang paling lama kerja di sini.”

Bibir mereka tersenyum tipis seolah tidak terjadi apa-apa, tapi mata mereka menyimpan rencana.

Mereka tidak menyerah—hanya menunggu waktu.

Sementara itu, tanpa mereka sadari, beberapa ART yang lain justru menghirup napas lega. Ada yang tersenyum simpati, ada yang mulai kagum. Sikap Citra yang santun namun tegas menyentil kesadaran banyak orang.

Tapi untuk dua orang itu, bukan kekaguman yang tumbuh… melainkan rasa tidak terima.

Citra menghela nafasnya dengan panjang,” oh Tuhan… ternyata dimanapun berada orang sirik, cemburu dan dengki pasti ada. Aku harus ekstra hati-hati menghadapi sikap orang seperti mereka. Tapi, mereka belum tau siapa Citra Aulia janda dari Makassar. Kami ini orang Makassar yang memegang teguh prinsip Siri' na Pacce.”

Citra pun berganti pakaian dan waktunya makan malam, dia dipanggil oleh salah satu rekan kerjanya yang diperintahkan oleh Nyonya Besar Hilda untuk mendampingi Citra sebagai pengasuh utama baby sitter baby twins.

Tok… tok..

Suara ketukan menggema di pintu berdaun satu berwarna putih itu.

“Citra, waktunya makan malam,” teriak seorang perempuan muda yang usianya dua tahun lebih tua dari Citra bernama Tari.

Citra yang baru saja menyelesaikan tartil Al-Qur'annya mengecup mushafnya sebelum membalas ucapan dari Tari.

“Tunggu, aku ganti baju dulu,” balas Citra kemudian bangkit dari posisi duduknya dan melipat mukenah dan sajadah serta menyimpan Al-Qur'an kitab sucinya ke rak lemari kayu.

Citra berganti pakaian dengan cepat kemudian membuka pintu kamarnya. Ia tersenyum ramah menyambut Tari yang juga tersenyum kepadanya.

“Maaf ya Mbak, aku agak lama,” ucap Citra sambil menghembuskan napas dengan sangat pelan.

Raut wajahnya jelas menyesal karena ia memang harus mengenakan seragam khusus pengasuh bayi kembar dengan sangat teliti karena semua perlengkapan harus benar-benar steril dan aman untuk baby Jianira dan Jaylani.

“Nggak apa-apa kok,” jawab Tari ramah sambil menepuk lengan Citra dengan pelan.

“Ayo kita ke dapur umum, nanti aku kenalin kamu sama ART lain. Tapi ngomong-ngomong, kalau ada yang julid seperti tadi, nggak apa-apa dibales biar mereka sadar diri. Jangan sampai mereka seenaknya nginjek harga diri kamu.” tuturnya.

Citra sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. “Oh my God, Mbak Tari… aku kira tadi kamu bakal nasehatin ‘sabar ya Citra, jangan dimasukin ke hati, anggap aja angin lalu.’ Eh ternyata malah nyuruh aku bales balik,” sahutnya sambil tertawa kecil.

Tari terkekeh pelan, “Loh iya dong. Sabar itu perlu, tapi harga diri juga perlu dijaga. Selama kamu nggak kasar duluan, nggak ada salahnya bikin orang yang menghina itu mikir dua kali sebelum buka mulut.”

Citra tersenyum mendengarnya ada rasa hangat, rasa dihargai, dan rasa tidak sendirian.

Keduanya tertawa lepas sambil terus melangkahkan kaki mereka menuju dapur umum khusus pekerja.

Dijalan Citra beberapa kali berpapasan dengan sesama pekerja di rumah megah bak istana di negara Eropa itu. Bahkan ada seorang bodyguard kepercayaannya Ardhanza yang diam-diam memperhatikan Citra dengan seksama.

“Perempuan itu sangat cantik walaupun sudah janda, tapi kalau dilihat-lihat sih kayaknya masih gadis gitu,” ceplosnya yang tanpa sengaja kedengaran oleh kedua rekan kerjanya sehingga diolok-olok keduanya.

“Ya Allah… Amri kepala keamanan keluarga besar Tirtayasa Dewantara yang terkenal cool, dingin,jutek dan kayak kulkas tiga pintu akhirnya terpesona oleh pandangan pertama sama baby sitter,” candanya Rafli.

“Iya nih, kepala keamanan kita yang jones satu ini apakah akan mengakhiri masa jomblonya?” Sahut yang lainnya.

Amri hanya menatap tajam ke arah anak buahnya yang berhasil mengoloknya dengan candaan garing.

Sedangkan Citra yang sebenarnya mendengar setiap ucapan pujian tadi hanya bisa menggeleng-geleng pelan, memilih tidak menggubris dan terus melangkah menuju dapur umum.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti begitu sorot matanya tanpa sengaja tertarik pada sebuah foto figura besar yang terpajang di dinding ruang tengah yaitu potret keluarga majikannya.

Sekejap tubuh Citra menegang. Nafasnya tersendat. Bola matanya membulat sempurna saat menyadari sosok salah satu pria dalam foto itu.

“OMG… kenapa si orang songong, arogan, sok ganteng itu ada di dalam figura ini?” cicitnya.

Tangan Citra refleks menarik tas kecilnya ke dada seolah butuh perlindungan dari ancaman yang belum terjadi.

Tubuhnya seketika tremor, hingga lehernya dirasa kaku, telapak tangannya berkeringat dingin. Ia mundur setengah langkah tanpa sadar, matanya tak bisa lepas dari foto itu.

“Mampus kalau benar dia bagian dari keluarga ini, gawat darurat! Aku bisa-bisa dimakan hidup-hidup sama pria sombong itu dan hidupku nggak bakal tentram bekerja di rumah ini,” batinnya kalut.

Jantungnya memacu cepat seperti hendak meloncat keluar dari dalam dadanya. Senyuman gugup yang dipaksakan muncul di bibirnya, padahal kakinya bergetar halus.

Dia segera menunduk, berpura-pura merapikan seragamnya agar ekspresinya tidak terbaca oleh siapa pun termasuk Tari yang berjalan di samping kanannya.

Namun detik itu, seluruh gerak tubuhnya memperlihatkan satu hal jelas yaitu Citra bukan hanya terkejut melainkan dia was-was, takut, dan merasa ancaman nyata sedang menunggunya di depan mata.

1
Dew666
💎💎💎💎💎
Aqella Lindi
tetap d tguya thor semangat💪
Aqella Lindi
jgn lama2 ya thor nti lupa ceritany
Dew666
🍒🍒🍒🍒🍒
Evi Lusiana
dasar laki² gila lo yg nyakitin,nyerai in tp msih jg mo ngganggu hidupny dasr gak waras
Evi Lusiana
sungguh kluarga ardian yg toxic itu pst dpt balasan tlh menyakiti mendholimi mnsia ber akhlak baik sprti citra
Evi Lusiana
menggelikan satu kluarga toxic tunggu sj karma kalian
Dew666
💥💥💥💥💥
Dew666
💃💃💃💃💃
Sastri Dalila
😅😅😅 semangat Citra
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Adrian tabur tuai pasti ada .ingat apa yg kamu tuai itu yg akan kamu dpt, dasar mantan suami iblis
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bagus Citra.. usah di balas dgn kejahatan pd org yg tlh berbuat jahat kpd kamu.
Sastri Dalila
👍👍👍
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semoga bener Citra itu anak pak Ridho yg hilang. aduhhh Citra terima saja pekerjaan yg ditawarkan semoga kehidupan kamu berubah dgn lbh baik lagi.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
rose pasti akan menerima nasib yg sama seperti Citra, jgn terlalu sombong kerna karma itu ada. apa yg dituai itu yg kamu dpt begitu juga dgn ibu serta sdra Andrian yg sudah menyakiti hati dan mental Cutra
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
siapa yg dtg ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ditebak kira-kira siapa???
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ayuh Citra ga usah peduli dgn kata2 pedas dari keluarga mantan sok percaya diri bgt mereka.
Zie Zie
cerita yg menarik mencetuskan emosi yg berbagai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak sudah mampir ditunggu updatenya yah 😘🙏🏻🥰
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
kk mampir di sini thor
itu suami kayak bagaimana ya ga ada perasaan dan hati nurani kpd istrinya yg baru saja keguguran.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!