Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Menemui Aryo
Nadia berteriak memanggil kedua orang tuanya dan kakaknya. Ketika menemukan petunjuk mengenai keberadaan putranya.
"Ada apa, Nad?" Nella yang berada di luar lantas masuk dan begitu khawatir.
"Ini punya Dion, Ma. Kain dan gelang ini yang aku pakaikan malam itu!" jelas Nadia dengan suara bergetar diiringi tetesan air mata.
"Berarti selama ini Aryo yang sudah menyembunyikan Dion!" tuding Dewa.
"Aku harus bertemu dengan Aryo malam ini juga!!" ucap Nadia.
"Di mana kita mencarinya?" tanya Nella.
"Rumah Tante Melly!" jawab Nadia.
"Kamu yakin dia di sana?" tanya Bagas.
"Aku yakin sekali!" jawab Nadia lagi.
"Besok saja kita ke sana!" Nella memberikan saran.
"Malam ini saja, Ma. Sebelum Aryo melarikan diri dari kota ini!" kata Nadia.
"Iya. Malam ini saja, jangan ditunda lagi!" Bagas setuju.
"Kalau begitu, kita gerak sekarang!" ajak Dewa.
Mobil yang dikendarai Dewa melaju ke rumah orang tuanya Aryo. Jarak tempuh lebih kurang 30 menit. Tampak mobil milik Aryo terparkir di halaman rumah berlantai 3 itu.
Nadia bergegas keluar dari mobil dengan perasaan marah, sedih dan kecewa menjadi satu. Melangkah kakinya lebar memasuki pekarangan rumah mantan mertuanya. "Aryo, di mana kamu??" teriaknya memanggil nama mantan suaminya.
Tanpa sopan santun, Nadia menggedor pintu berulang-ulang dengan kuat dan kasar. "Aryo, keluar kamu!!!"
Pintu terbuka, Aryo dan Melly lalu keluar menemui Nadia. Keduanya tampak terkejut melihat kehadiran Nadia beserta keluarganya.
Nadia yang sangat marah menarik kerah bajunya Aryo. "Di mana kamu sembunyikan anakku??"
"Aku tidak menyembunyikannya!" Aryo menyangkal.
"Jangan berbohong!!" sentak Nella.
"Apa kalian tidak memiliki adab? Datang ke rumah orang lain seperti ini?" tegur Melly.
"Tidak usah mengajarkan kami tentang adab. Kamu tanyakan kepada anakmu, di mana dia menyembunyikan cucuku?" Nella menatap penuh amarah mantan besannya.
"Aryo tidak menyembunyikan anaknya. Kalian salah menuduhnya!!" Melly membela putranya.
"Kenapa ini ada di rumahnya Aryo?" Nadia menunjukkan barang milik bayinya kepada mantan mertuanya dengan tatapan emosi.
"Karena Dion adalah anaknya Aryo makanya barang itu ada di rumahnya," Melly memberikan alasan.
"Ini dipakai Dion malam itu, tidak mungkin pakaian ini lepas dengan sendirinya kalau bukan ada yang melepaskannya. Aku yakin Aryo sengaja mengganti pakaian anakku biar sulit ditemukan!!" Nadia coba menerka.
"Aku memang tidak tahu keberadaan anak kita!" Aryo terus mengelak.
"Lalu ini kenapa ada di rumahmu, hah??" Nadia meninggikan suaranya.
"Aku memang mengganti pakaian malam itu, tapi bukan aku yang menyembunyikannya!" sangkal Aryo.
"Aku tidak percaya!!" kata Nadia dengan lantang. Selama mereka hamil dan memiliki anak Aryo bersikap sangat cuek. Mendengar tangisan anaknya saja dia kesal apalagi harus mengganti pakaian anaknya.
"Aku 'kan ayahnya!" ucap Aryo.
Dewa yang sedari tadi menahan emosinya lantas melayangkan pukulan ke wajah mantan adik iparnya sehingga membuat Aryo tersungkur.
"Aryo!!" Melly berteriak ketika melihat putranya dihajar, ia lalu mendekat dan membantunya berdiri.
"Kamu pikir kami bodoh, hah!!" Dewa juga berkata lantang. "Apa malam itu kamu tidak meminta bantuan pelayanmu? Di mana memangnya mereka, hah?" lanjutnya.
"Bersiaplah mendekam di penjara!!" ucap Nadia tanpa membuka mulutnya karena sangking marahnya kepada mantan suaminya itu.
Aryo menggelengkan kepalanya berharap mantan istrinya tak menjebloskannya ke penjara.
"Telepon polisi sekarang juga, Kak!" Nadia memberikan perintah kakaknya dengan linangan air mata.
Aryo berlutut memegang kaki Nadia, sontak wanita itu terkejut dan berusaha melepaskan diri.
"Lepaskan putriku!!" Bagas menarik bahu Aryo agar menjauh dari Nadia.
"Jangan bawa masalah ini ke polisi!!" mohon Aryo ketakutan.
"Kenapa? Kamu takut?" tanya Nadia seraya menyeka air matanya.
"Aku akan memberitahu kalian di mana Dion berada!" jawab Aryo.
"Cepat katakan di mana kamu menyembunyikannya?" desak Dewa dengan nada tinggi.
"Aku membuangnya ke luar kota," kata Aryo dengan jujur.
Pengakuan jujur Aryo membuat Nadia yang awalnya tegar dan kuat akhirnya ambruk di lantai. Nella dan Bagas dengan cepat membantu putrinya berdiri dan memapahnya.
"Di kota mana kamu membuangnya?" Dewa menarik kerah baju Aryo dengan tatapan marah.
Aryo lalu menyebutkan salah satu kota yang jarak tempuhnya 1 jam.
"Jika aku tak menemukan keponakanku dalam keadaan selamat. Aku pastikan hidupmu juga tak baik-baik saja!!" ancam Dewa.
"Aku harus menemukan Dion malam ini juga, Ma, Pa!" Nadia menangis dalam keadaan lemas.
"Ini sudah malam, besok kita ke sana!" kata Nella.
"Aku mau malam ini juga ke sana, Ma!" pinta Nadia dengan terisak.
"Bagaimana kalau aku saja yang ke sana?" Dewa menawarkan diri.
"Kamu tidak boleh pergi sendiri. Harus ada yang menemani!" ucap Bagas menolak putranya ke kota itu seorang diri dari pihaknya. Ia tak ingin hal buruk menimpa anak pertamanya itu, apalagi perjalanan cukup jauh dan Aryo sangat licik.
"Percuma kalian ke sana!" kata Melly.
"Apa maksud anda bilang percuma?" tanya Bagas menatap Melly.
"Karena kalian tidak akan menemukannya. Dia benar-benar sudah menghilang!" jawab Melly tanpa rasa kehilangan dan bersalah.
"Tidak mungkin...!!" Nadia menggelengkan kepalanya tak percaya jika putranya tak dapat ditemukan.
"Kami sudah mencarinya ke sana, tapi memang tidak bertemu," ujar Melly.
"Kalian harus bertanggung jawab!!" Nadia yang sangat marah mendekati Melly dan menarik pakaian mantan ibu mertuanya dengan kasar.
Melly yang pakaiannya ditarik begitu ketakutan.
"Lepaskan, Nad!" Nella menarik tangan putrinya dan berusaha melepaskan genggamannya.
"Kalian jahat!!" teriak Nadia di depan wajah mantan mertuanya.
"Kalau begitu, kalian harus mempertanggung jawabkan semuanya di kantor polisi!" kata Dewa.
"Aku janji akan terus mencarinya, tolong jangan laporkan ke polisi!" mohon Aryo.
"Kembalikan anakku!!!" teriak Nadia sehingga beberapa tetangga Melly mengintip dari balik jendela dan pintu.
"Iya. Aku janji akan mengembalikannya!" Aryo juga panik dan ketakutan.
"Aku tunggu kabarnya dalam waktu dua hari!" kata Nadia.
"Itu terlalu cepat, Nad!" ucap Aryo yang merasa waktu yang diberikan mantan istrinya buat mencari putranya terlalu singkat.
"Itu sudah sangat lama!!" sentak Nadia.
"Kamu pikir Nadia selama ini bisa tenang, hah? Berbulan-bulan dia merindukan anaknya. Apa kamu tidak bisa berpikir!" Nella bertanya secara lantang.
Aryo dan ibunya cuma dapat terdiam.
"Besok pagi, kami akan kemari lagi ke sini. Jangan coba-coba untuk kabur!" Dewa memberikan peringatan kepada Aryo lalu mengajak adik dan orang tuanya meninggalkan tempat.
***
Dari kemarin sore hingga pagi hari, Nadia tak menyentuh ponselnya. Bayangan putranya menari-nari dihadapannya. Dipikiran dan hatinya hanya ada rasa cemas dan ketakutan.
"Dewa, Delon dan temannya sudah pergi ke sana. Semoga saja mereka menemukan petunjuk," ucap Nella seraya menyuapi Nadia sop ayam.
"Apa mereka bisa menemukan Dion, Ma?" tanya Nadia dengan suara pelan dan lemas karena kebanyakan menangis.
"Mereka sedang berusaha," jawab Nella.
"Jika Dion tak kembali dalam keadaan selamat, aku tidak akan memaafkan Aryo dan ibunya!" geram Nadia.
Nella yang juga tak dapat menahan kesedihannya lantas memeluk putrinya.
"Dion.... Mama rindu, Nak!!" lirih Nadia.
Sementara itu, Marcell memilih tak berangkat kerja karena semalaman Dion rewel. Tubuhnya juga sempat panas. Marcell sudah berulang kali menghubungi Nadia tetapi tak dihiraukan. Marcell ingin mendatangi kediaman Nadia tetapi diurungkannya sebab tak mau Nadia marah dan menolak memberikan ASI kepada putranya lagi.
Nadia juga sebelumnya telah meminta izin untuk mencari anak kandungnya maka Marcell tak dapat menyalahkannya.
"Ini bagaimana, Tuan?" pengasuh Mario menghampiri Marcell yang berada di ruang makan, ia tampak kebingungan sebab bayi Mario menolak diberikan susu.
"Mungkin dia masih kenyang, nanti saja berikan lagi!" perintah Marcell.
"Baiklah, Tuan!" pengasuh lalu membawa Mario ke taman belakang buat menenangkannya.
"Kamu di mana, sih? Apa bayimu sudah ditemukan atau belum? Kenapa tak memberikan kabar apapun?" gumam Marcell menatap layar ponselnya berharap Nadia segera membalas pesan-pesan yang dikirimkannya.
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn