NovelToon NovelToon
HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri / Pelakor jahat / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: EkaYan

Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berita Buruk

Malam itu, setelah hari yang panjang dan penuh gejolak emosi, Dewangga dan Sarah terbaring di ranjang, sisa-sisa gairah bercampur dengan ketegangan yang pekat.

Dewangga menoleh, menatap Sarah yang berbaring di sampingnya. Wajahnya datar, tanpa ekspresi.

"Aku dengar kamu mendatangi anakku lagi," ucap Dewangga, suaranya pelan namun menusuk.

Sarah tersentak. Ia mengira telah bertindak sehalus mungkin, tak meninggalkan jejak. "Hanya sekadar berkunjung ke kafe-nya sambil menikmati makan siang," jawab Sarah, berusaha terdengar santai, namun ada kegugupan yang tak bisa disembunyikan.

"Aku tahu maksudmu, Sarah," potong Dewangga dingin, tatapannya menajam. "Kau masih menginginkan putraku."

Api amarah menyulut di mata Sarah. "Kalaupun iya, kenapa?! Pernikahan ini, Mas yang menginginkannya! Mas yang berpura-pura menutupi kebobrokan Mas di depan anak!" Sarah tak sanggup lagi menahan emosinya.

Dewangga terkekeh sinis. "Semua sepadan dengan apa yang aku berikan padamu. Aku berikan kau harta dan status jelas. Kalau bukan karena aku, kau sudah jadi pelacur di jalanan."

"Kalau bukan karena Mas menikahi saya, saya sudah menikah dengan Pram karena kita saling mencintai!" balas Sarah, suaranya meninggi.

Mata Dewangga menyipit. "Kau pikir aku akan diam saja jika anakku mendapatkan wanita sepertimu? Jangan mimpi, Sarah. Aku tahu kau sangat terobsesi dengan Pram. Jangan pernah berharap kau bisa lepas dariku."

Dewangga meraih leher Sarah, mencengkeramnya tanpa penekanan, namun cukup untuk membuat Sarah merasakan ancaman yang nyata.

"Lepas, Mas! Ini sakit!" rintih Sarah, mencoba melepaskan diri.

Dewangga melepaskan tangannya, kemudian memakai piyamanya dan bangkit dari tempat tidur. Tanpa sepatah kata pun, ia melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Sarah sendiri dalam kegelapan.

Setelah kepergian Dewangga, Sarah memejamkan mata, kepalan tangannya bergetar. Emosi yang membuncah tak lagi bisa ia tahan. "Dewangga sialaaan!" teriaknya, suaranya pecah di keheningan kamar.

Setelah ledakan emosi di kamarnya, Sarah beranjak dari tempat tidur. Ia menyambar ponselnya dan menelepon seseorang. " Seno, saya ingin kamu mencari tahu keberadaan Pramudya hari ini. Detailnya. Jangan sampai ada yang terlewat." Suaranya dingin, penuh tekad. Ada rencana baru yang mulai terbentuk di benaknya.

Pramudya kembali ke kantornya di gedung pencakar langit Jakarta, pikirannya masih berkecamuk.

Pertemuannya dengan Sarah di kafe tadi siang kembali memutar luka lama. Ia mencoba fokus pada pekerjaan, menumpuk berkas-berkas di mejanya, tapi bayangan Sarah terus mengganggu. Ia tahu, wanita itu takkan menyerah begitu saja. Sarah selalu punya cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan jika itu berarti menginjak-injak perasaan orang lain.

Ponselnya berdering. Nama Seno muncul di layar. Pramudya mengangkatnya.

"Maaf mengganggu, Pak," kata Seno, suaranya terdengar ragu. "Tapi ada sesuatu yang perlu Bapak tahu."

"Apa?" tanya Pramudya tajam. Ia tidak suka basa-basi.

"Nyonya Sarah, tadi siang, setelah dari kafe, dia menelepon saya. Dia meminta saya mencari tahu semua kegiatan Bapak hari ini."

Pramudya mengepalkan tangan. "Apa yang sudah kau katakan padanya?"

"Tidak ada, Pak. Saya hanya menjawab secara umum bahwa Bapak sibuk di kantor. Saya tidak memberikan detail apa pun."

"Bagus," Pramudya menghela napas. "Jangan pernah berikan informasi apa pun tentangku pada wanita itu. Paham?"

"Siap, Pak."

Pramudya menutup telepon, tatapan matanya semakin gelap. Sarah benar-benar sudah kelewatan. Ia tidak akan membiarkan wanita itu mengganggu hidupnya lagi. Ia harus memikirkan langkah selanjutnya untuk menghadapi obsesi Sarah.

Sementara itu, di apartemen barunya, Arunika mulai beradaptasi dengan kehidupannya. Dengan sisa uang yang ada, ia membeli bahan makanan pokok dan perlengkapan seadanya.

Ia menghabiskan hari-harinya membaca buku-buku tentang kehamilan dan merawat diri. Ia juga mulai mencari informasi tentang pekerjaan paruh waktu yang bisa ia lakukan dari rumah setelah bayinya lahir nanti. Arunika tahu ia tidak bisa selamanya bergantung pada Pramudya. Ia harus mandiri demi anaknya.

Ia sesekali merasakan tendangan lembut di perutnya, dan setiap kali itu terjadi, senyum tipis terukir di bibirnya. Bayi ini adalah satu-satunya harapannya, satu-satunya alasan ia bertahan. Ia tidak ingin bayi ini merasa tidak diinginkan atau menjadi beban bagi siapa pun.

Beberapa hari kemudian, Sarah menerima laporan dari Seno. Ia mengerutkan kening membaca ringkasan kegiatan Pramudya. Tidak ada informasi yang berarti tentang kehidupan pribadi Pramudya, hanya rutinitas kantor. Seno memang loyal pada Pramudya.

"Bodoh!" desis Sarah pada dirinya sendiri. Ia harus mencari cara lain. Ia tahu kelemahan Pramudya, atau setidaknya ia pikir begitu. Rasa sakit hati Pramudya karena masa lalu mereka. Sarah tersenyum tipis. Ia akan menggunakan itu.

Ia membuka kontak ponselnya, mencari sebuah nama. Setelah beberapa saat, ia menemukan nomor yang ia cari. "Halo," ucap Sarah, suaranya ramah namun ada niat tersembunyi di baliknya. "Bisakah kita bertemu? Ada yang ingin aku bicarakan."

Pertemuan yang diminta Sarah bukanlah dengan sembarang orang. Ia menjadwalkan pertemuan dengan seorang kenalan lama, seorang wartawan investigasi yang dikenal licin dan haus akan berita sensasional. Mereka bertemu di sebuah kafe terpencil, jauh dari keramaian.

"Aku punya sebuah cerita untukmu," kata Sarah, memulai percakapan dengan nada misterius. "Kisah tentang seorang pria berkuasa, masa lalu yang kelam, dan rahasia yang terkubur."

Wartawan itu menyeringai. "Kedengarannya menarik. Detailnya?"

Sarah pun mulai bercerita, memutar balik fakta dan menambahkan bumbu dramatis di sana-sini. Ia menceritakan tentang hubungannya dengan Pramudya di masa lalu, bagaimana Pramudya menghancurkan hatinya.

Wartawan itu mencatat setiap kata dengan saksama, matanya berbinar. "Ini bisa jadi berita besar. Tapi, kau yakin ingin mempublikasikan ini? Ini bisa jadi bumerang untukmu juga."

Sarah tersenyum tipis. "Aku punya perhitungan sendiri. Pastikan saja ceritanya menarik dan sebar seluas mungkin. Aku ingin semua orang tahu siapa Pramudya yang sebenarnya."

Berita pun mulai menyebar. Awalnya hanya desas-desus di kalangan tertentu, kemudian berkembang menjadi gosip panas di media sosial. Judul-judul sensasional mulai bermunculan: "Pengusaha Muda Terkenal Terlibat Skandal Cinta Segitiga," "Masa Lalu Kelam Pewaris Kekayaan Terbongkar."

Pramudya terkejut dan marah saat mendengar berita itu. Ia tahu ini ulah Sarah. Wanita itu benar-benar tak punya hati. Reputasinya terancam, dan lebih dari itu, ia khawatir berita ini akan sampai ke telinga ayahnya, Dewangga.

Ia segera menghubungi Seno. "Cari tahu siapa wartawan yang menulis berita ini dan di media mana saja berita ini tersebar. Lakukan apa pun untuk menghentikannya."

Seno, dengan wajah tegang, segera melaksanakan perintah Pramudya. Ia tahu betapa seriusnya situasi ini.

Di sisi lain, Dewangga juga mendengar desas-desus itu. Ia menatap tajam Sarah di meja sarapan keesokan paginya.

"Kau tahu tentang ini?" tanya Dewangga, suaranya rendah dan penuh ancaman.

Sarah, yang pura-pura terkejut, mengangkat bahu. "Aku tidak tahu apa-apa, Mas. Memangnya ada apa?"

Dewangga mendengus. "Jangan pura-pura bodoh. Berita tentang Pramudya dan masa lalu kelamnya. Kau pasti tahu sesuatu."

Sarah tersenyum tipis. "Oh, itu? Aku dengar-dengar saja. Biasalah, gosip murahan."

"Gosip murahan katamu?!" Dewangga menggebrak meja. Meskipun di permukaan ia terlihat tidak peduli, Dewangga sebenarnya sangat memedulikan citra dan masa depan Pramudya. "Ini akan merusak nama baik keluarga kita! Terutama nama baik Pramudya!"

"Memangnya kenapa kalau rusak? bukankah kamu gak peduli padanya," sindir Sarah, sengaja memancing emosi Dewangga.

Dewangga menatap Sarah dengan tatapan membunuh. Ia tahu Sarah sengaja melakukan ini, dan ia tidak akan tinggal diam.

1
partini
wah temen lucknat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!