Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Yuan Chen melangkah masuk ke Arena Pertarungan, tatapan matanya yang tajam dan penuh dengan kepercayaan diri. Ia memandang lawannya, seorang Murid Baru yang masih berada pada tingkatan ranah kedua, tubuh kaca. Lawannya itu tampak gugup dan takut, tetapi Yuan Chen hanya tersenyum dingin.
Pertarungan dimulai, dan Yuan Chen langsung mengambil inisiatif. Ia melompat ke arah lawannya dengan kecepatan yang luar biasa, tangannya membentuk tinju yang kuat. Lawannya mencoba untuk melawan dan bertahan, tetapi Yuan Chen terlalu cepat dan kuat. Dengan satu pukulan saja, lawannya terpental ke luar arena, tidak bisa bangun lagi.
Arena Pertarungan menjadi sunyi, penontonnya terkejut dengan kekuatan Yuan Chen yang luar biasa. "Tentu saja bocah itu pasti menang! Lawannya hanyalah seorang yang masih berada pada tingkatan ranah kedua, tubuh kaca." celetuk seorang penonton cukup tajam.
Yuan Chen hanya tersenyum, tidak peduli dengan komentar penonton. Ia tahu bahwa kekuatannya sudah jauh melampaui lawannya, dan itu membuatnya merasa percaya diri. Ia melangkah keluar dari Arena Pertarungan, menunggu lawannya berikutnya.
Pertarungan enam belas besar pun berjalan dengan cepat. Di tepi Arena, Yuan Chen melihat pertarungan Qin Feng, ia seolah-olah tak ingin mengedipkan matanya sekalipun.
Yuan Chen menonton pertarungan Qin Feng dengan penuh perhatian, matanya tidak berkedip melihat lawannya yang dengan mudah ditaklukkan oleh Qin Feng. Ia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa dari Qin Feng, dan itu membuatnya merasa sedikit terintimidasi.
"Bagaimana mungkin dia bisa begitu kuat?" pikir Yuan Chen dalam hati. Yuan Chen tidak menyangka bahwa Qin Feng bisa kuat sekuat itu.
Kepercayaan diri Yuan Chen seketika runtuh, ia merasa bahwa dirinya tidak akan bisa mengalahkan Qin Feng jika mereka berdua harus bertarung. Ia mulai merasa sedikit ragu-ragu dan tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri.
Tapi kemudian, Yuan Chen menggelengkan kepalanya dan memfokuskan kembali pikirannya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa menyerah sekarang, ia harus terus berjuang dan meningkatkan kemampuan dirinya jika ingin menjadi yang terkuat. Ia menarik napas dalam-dalam dan memantapkan tekadnya untuk terus maju.
Babak enam belas besar pun ditutup oleh pertarungan terkahir dengan Qin Feng yang berhasil lolos menuju babak delapan besar.
Namun, di saat Yuan Chen hendak kembali ke ruang istirahat, tiba-tiba sang wasit mengumumkan bahwa babak delapan besar akan diselenggarakan sekarang juga.
Yuan Chen terkejut mendengar pengumuman wasit Rong Geng, "Apa? Babak delapan besar akan diselenggarakan sekarang juga?" ia berpikir dalam hati. Ia tidak siap untuk bertarung lagi, apalagi setelah menonton pertarungan Qin Feng yang sangat kuat.
Ia melihat sekeliling, dan melihat bahwa banyak peserta lain juga terkejut dengan pengumuman ini. Beberapa dari mereka terlihat tidak siap dan meminta waktu untuk mempersiapkan diri.
Tapi wasit tidak peduli dengan protes mereka, ia hanya mengulangi pengumuman bahwa babak delapan besar akan dimulai sekarang juga. Yuan Chen menghela napas dalam-dalam, ia tahu bahwa ia tidak bisa menolak. Ia harus siap untuk bertarung lagi, dan berharap bahwa lawannya tidak terlalu kuat.
Di papan spiritual, nama-nama peserta yang berhasil lolos menuju babak delapan besar pun telah terpampang dengan jelas, dan juga telah berpasangan dengan lawannya di babak delapan besar, dan juga Yuan Chen yang akan menghadapi Wu Yu, seorang talenta Murid Baru untuk menjuarai Kompetisi ini, dia juga merupakan seorang Praktisi tingkatan ranah ketiga, Ahli bela Diri tahap menengah.
Yuan Chen memandang Wu Yu dengan mata yang tajam, ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan antisipasi. Ia tahu bahwa Wu Yu bukanlah lawan yang mudah, kekuatan dan kemampuan tempurnya sudah terbukti di arena pertarungan.
"Wu Yu, sang pejuang tangguh!" ucap Yuan Chen, dengan nada yang lebih serius. Ia mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Wu Yu, memfokuskan energi dan pikirannya untuk menghadapi pertarungan yang akan datang.
"Cih, ini akan sangat merepotkan!" Yuan Chen mendecih pelan, ia tahu bahwa pertarungan ini tidak akan mudah. Tapi ia tidak akan mundur, ia akan memberikan yang terbaik dan berusaha untuk mengalahkan Wu Yu.
Suara Wasit Rong Geng bergema di seluruh arena, membuat penonton menjadi semakin bersemangat. Yuan Chen dan Wu Yu berdiri saling berhadapan, mata mereka terpaku satu sama lain dengan intensitas yang luar biasa.
Yuan Chen memancarkan aura yang kuat, menunjukkan kepercayaan dirinya yang tinggi. Sementara itu, Wu Yu tampak tenang dan fokus, seperti gunung yang tidak tergoyahkan.
"Babak delapan besar pertarungan pertama, Yuan Chen, Ahli Bela Diri tahap menengah, melawan Wu Yu, Ahli Bela Diri tahap menengah, dimulai!" kata Wasit Rong Geng, mengumumkan tanda dimulainya pertarungan.
Pertarungan yang telah dinantikan oleh para penonton pun dimulai. Yuan Chen dan Wu Yu langsung bergerak, tubuh mereka berdua melesat dengan kecepatan yang luar biasa. Walaupun keduanya tidak lagi memiliki energi spiritual dalam jumlah banyak, tetapi pergerakan mereka seolah-olah tak mengenal lelah.
Yuan Chen mengayunkan pedangnya, dan pedang itu hampir saja menebas leher Wu Yu. Namun, dengan raut wajah yang tetap tenang, Wu Yu memiringkan kepalanya, sehingga tebasan pedang Yuan Chen meleset kesamping.
Tidak ada yang bisa lebih tenang dari Wu Yu. Walaupun sedang berada dalam suatu pertarungan, walaupun ujung pedang tajam tengah mengarah kepadanya, ia masih saja begitu tenang. Bergerak dengan tenang, seolah-olah ia telah mengetahui setiap arah serangan yang dilancarkan oleh Yuan Chen.
Membuat Yuan Chen merasa prustasi, setiap gerakan pedang tidak dapat membuat Wu Yu tumbang. Bahkan Wu Yu hanya terus-menerus menghindar tanpa sedikitpun menunjukan tanda-tanda untuk melawan, nampaknya ia dengan sengaja memaksa Yuan Chen untuk terus menyerangnya, memaksa Yuan Chen untuk menguras tenaganya.