NovelToon NovelToon
DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Poligami / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

---

📖 Deskripsi: “Di Ujung Ikhlas Ada Bahagia”

Widuri, perempuan lembut yang hidupnya tampak sempurna bersama Raka dan putra kecil mereka, Arkana. Namun di balik senyumnya yang tenang, tersimpan luka yang perlahan mengikis keteguhan hatinya.
Semuanya berubah ketika hadir seorang wanita kaya bernama Rianty — manja, cantik, dan tak tahu malu. Ia terang-terangan mengejar cinta Raka, suami orang, tanpa peduli siapa yang akan terluka.

Raka terjebak di antara dua dunia: cinta tulus yang telah ia bangun bersama Widuri, dan godaan mewah yang datang dari Rianty.
Sementara itu, keluarga besar ikut memperkeruh suasana — ibu yang memaksa, ayah yang diam, dan sahabat yang mencoba menasihati di tengah dilema moral yang makin menyesakkan.

Di antara air mata, pengkhianatan, dan keikhlasan yang diuji, Widuri belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari memiliki… kadang, bahagia justru lahir dari melepaskan dengan ikhlas.

“Karena di ujung ikhlas… selalu ada bahagia.”


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18- UANG GENGSI DAN GODAAN

Malam itu, rumah sederhana keluarga Raka terasa lebih sunyi dari biasanya.

Lampu ruang tamu menyala redup, bayangan di dinding bergerak pelan mengikuti arah kipas angin tua yang berdecit.

Hanya suara jam dinding yang terdengar — tik... tak... tik... tak... — seolah menghitung waktu menuju sesuatu yang tak diinginkan.

Bu Ratna duduk di kursi rotan yang sudah agak miring. Di pangkuannya, sebuah amplop cokelat terlipat rapi tapi sudah kusut karena terus diremas-remas sejak sore.

Tatapannya kosong, pikirannya penuh. Antara rasa bersalah dan harapan.

Ia tahu isi amplop itu bisa mengubah nasib keluarganya. Tapi ia juga tahu, sekali ia buka dan setuju, semuanya tidak akan pernah sama lagi.

Pak Adi datang mendekat dari arah dapur membawa secangkir teh hangat.

“Ratna, dari tadi Ibu diam saja. Ada apa?” tanyanya, duduk di hadapan istrinya dengan wajah khawatir.

Bu Ratna mencoba tersenyum, tapi yang muncul hanya tarikan bibir kaku.

“Pak… kalau misalnya ada orang yang ingin bantu kehidupan keluarga kita, salahkah kalau Ibu menerima?” suaranya pelan, nyaris bergetar.

Pak Adi menaikkan alis. “Bantu? Maksud Ibu, bantuan apa?”

“Bantuan sungguhan, Pak. Uang, pekerjaan, masa depan. Semua untuk Raka,” ucapnya, menatap amplop itu seakan di dalamnya ada masa depan yang dijanjikan.

Kening Pak Adi langsung berkerut. Ia sudah tua, tapi nalurinya tajam.

“Siapa yang menawarkan itu, Ratna?”

Bu Ratna menunduk, lalu dengan suara lirih menjawab, “Nyonya Cassandra, Pak. Ibunya Nona Rianty…

yang pernah datang ke rumah untuk meminta jadi istri kedua Raka. Katanya, mereka ingin Raka menikahi putrinya.”

ibu dengar dengar juga dia sering menemui raka di kantor nya

Pak Adi sontak membeku. Teh di tangannya bergetar.

“Astaghfirullahaladzim, Ratna… mereka tahu Raka sudah menikah, kan?”

Bu Ratna buru-buru mengangguk. “Tahu. Tapi mereka bilang, Rianty mau jadi istri kedua.

Mereka orang kaya, Pak. Mereka bisa bantu Raka naik jabatan,  adit juga bisa mendapatkan pekerjaan, bahkan bantu kita perbaiki rumah. Pak pikir, sampai kapan kita hidup begini? Dinding retak, atap bocor, listrik nunggak. Raka kerja siang malam tapi tetap saja pas-pasan…”

Pak Adi membanting sendok ke meja. Suaranya keras dan menggema di ruangan sempit itu.

“Ratna! Kau sadar apa yang kau ucapkan? Kau mau menjual kebahagiaan anakmu demi uang?”

Bu Ratna tersentak. Air matanya menetes, tapi ia tak berhenti bicara.

“Aku tidak menjual, Pak. Aku cuma… ingin dia hidup layak! Aku lelah lihat anak kita terus berjuang tapi tak pernah menang. Lihat Widuri, dia juga capek, tapi pura-pura kuat. Aku cuma ingin mereka berhenti menderita!”

Pak Adi menatap istrinya dengan mata yang penuh kecewa. “Bahagia itu bukan dari uang, Ratna. Kalau Raka menerima tawaran itu, dia bukan hanya melukai Widuri — dia menghancurkan dirinya sendiri.”

Sunyi.

Yang terdengar hanya suara kipas angin tua yang makin serak.

Bu Ratna memalingkan wajah, menatap lantai. Ia tahu suaminya benar, tapi pikirannya sudah jauh ke depan. Bayangan cucu yang sekolah di tempat bagus, dapur yang tak lagi bocor, dan nama keluarga mereka yang akhirnya dihormati semua itu menjeratnya seperti racun manis.

“Kalau begitu,” katanya pelan, “biar aku saja yang bicara sama Raka. Aku tahu caranya. Lagipula, belum tentu dia menolak kalau alasan Ibu kuat.”

Pak Adi menggeleng. “Ratna… jangan lakukan sesuatu yang akan kau sesali.”

Tapi Bu Ratna sudah berdiri. Ia menggenggam amplop itu erat-erat, seolah takut kalau pikirannya berubah.

“Kadang, Pak,” ucapnya dengan suara berat, “untuk membuat anak bahagia, kita harus berani melakukan hal yang tak kita inginkan.”

Ia berjalan menuju kamar. Setiap langkah terasa berat. Di wajahnya ada keteguhan bercampur putus asa.

Pak Adi hanya bisa memandangi punggung istrinya, hatinya hancur karena tahu: malam itu, sesuatu dalam keluarga mereka telah berubah.

Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai ruang makan yang kusam. Bau teh panas dan nasi goreng sederhana tercium samar.

Bu Ratna duduk di meja makan, menunggu. Di depannya sudah ada dua cangkir teh, satu untuk dirinya, satu untuk Raka.

Begitu Raka turun dengan seragam kerja rapi, Bu Ratna menatapnya lama. Anak laki-laki yang dulu ia gendong dengan bangga itu kini berdiri di depannya — lelah, tapi tetap sopan dan penuh tanggung jawab.

Hatinya mencubit. Tapi bibirnya tetap tersenyum.

“Raka, sebelum kamu berangkat, Ibu mau bicara sebentar.”

Raka duduk. “Kenapa, Bu?”

Bu Ratna menarik napas dalam-dalam. “Nak, Ibu tahu kamu sayang sama istrimu. Tapi Ibu juga tahu hidup kalian berat. Kadang, cinta saja tidak cukup buat bertahan. Ibu cuma ingin kamu pikirkan masa depan, Raka. Kalau ada kesempatan untuk hidup lebih baik, jangan langsung ditolak.”

Raka mengernyit. “Maksud Ibu apa, sih?”

Bu Ratna diam sejenak. Ia menatap amplop di atas meja — belum sempat ia berikan. Tangannya gemetar saat hendak menyodorkannya, tapi urung.

“Nanti malam saja, ya,” katanya akhirnya, pelan. “Ibu jelaskan semuanya nanti malam. Sekarang kamu berangkat dulu.”

Raka menatap ibunya heran, tapi akhirnya menurut. Ia pamit dan melangkah keluar rumah.

Begitu pintu tertutup, Bu Ratna menunduk, menatap amplop di tangannya dengan wajah gelisah.

Matanya basah, tapi ia menggenggam amplop itu makin erat, seolah di dalamnya tersimpan jawaban dari semua kesulitan mereka.

Di luar, matahari pagi bersinar terang.

Namun di hati Bu Ratna, gelap sudah mulai turun — gelap yang lahir dari godaan uang, gengsi, dan rasa sayang yang salah arah.

\#tbc

Selamat sore happy reading

jangan lupa like komen nya ya..

1
Intan Pandini
Ohh jadi sebelumnya pernah di suruh poligami ya sama keluarganya
Intan Pandini
Hmm jadi penasaran sama rianty ini, kira kira siapa ya
Intan Pandini
Shock banget tiba tiba di tanya boleh berbagi suami 😭 aku reflek bakalan ngamok kayak nya 🙏
Delwyn
Ngakak sampe geleng-geleng!
zanita nuraini: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Kovács Natália
Makin penasaran dengan twist ceritanya.
zanita nuraini: terimakasih sudah mampir cerita author
ditunggu kelanjutan nya ya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!