Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 bagian 2
Mata Instruktur Mei Lan menyipit. Rasa sakit membuat napasnya terputus-putus, tapi kewaspadaannya sebagai seorang Master masih ada.
"Kau... mengancamku, Murid Lin?" desisnya, suaranya bergetar.
"Saya?" Lin Feng meletakkan tangan di dadanya, memasang ekspresi terkejut yang tulus. "Tidak, Instruktur. Saya hanya mendiagnosis."
"Bagaimana kau tahu... itu semua... mustahil..."
"Teori, Instruktur. Teori murni," kata Lin Feng. "Saya membaca sebuah buku kuno... yang kebetulan menjelaskan gejala Anda dengan sangat detail."
"HAHAHA! ALASAN KLASIK!" seru si Kakek di kepalanya. "Buku kuno! Selalu salahkan buku kuno! Bagus, Nak! Mulus!"
"Sekarang," lanjut Lin Feng, nadanya berubah serius. "Setiap detik Anda berdiri di sana berdebat denganku, Qi Anda yang kacau itu sedang merobek meridian Anda. Titik Shanzhong Anda... sudah terasa seperti ditusuk jarum es, kan?"
Mata Mei Lan terbelalak ngeri.
Itu.
Itu adalah deskripsi yang tepat tentang apa yang sedang dia rasakan.
Bagaimana... bagaimana bocah "Teoris" yang bahkan tidak bisa melakukan kuda-kuda ini tahu rasanya?
GAAAHK!
Gelombang rasa sakit yang lain menghantamnya. Jauh lebih parah.
Kakinya lemas. Dia harus berpegangan pada kusen pintu agar tidak jatuh. Dia terengah-engah.
"Aku... aku..."
Dia tidak punya pilihan.
Jika dia memanggil Tetua Shen dari Paviliun Medis, dia harus berteriak minta tolong. Itu akan membangunkan seluruh asrama instruktur. Reputasinya akan hancur. Dan itu akan memakan waktu setidaknya lima belas menit... waktu yang tidak dia miliki.
Tapi di depannya... ada seorang murid. Seorang Vas Bunga. Seorang cabul yang tadi pagi baru saja mempermalukan Zhang Yao.
...Tapi dia juga satu-satunya yang tahu persis apa yang salah dengan tubuhnya.
"Kau..." desis Mei Lan, menggigit bibirnya begitu keras hingga hampir berdarah. "Kau bilang... hanya... instruksikan?"
"Hanya teori," Lin Feng menegaskan dengan senyum paling meyakinkan. "Saya hanya akan bicara, Anda yang lakukan. Saya tidak akan menyentuh Anda..."
Dia berhenti sejenak, matanya berkilat di bawah sinar bulan.
"...kecuali jika Anda memintanya."
Kata-kata itu menggantung di udara.
Itu adalah sebuah jebakan. Itu adalah sebuah hinaan. Itu adalah tawaran bantuan. Itu... sangat arogan.
Dan anehnya... di tengah rasa sakitnya, Instruktur Mei Lan merasakan sesuatu yang lain. Getaran yang aneh.
Dia benci para pria di akademi. Tapi bocah ini... dia berbeda.
"Baik," desisnya, menyerah pada rasa sakit dan... rasa penasaran.
Dia tersandung ke belakang, menarik pintu bersamanya.
"Masuk. Cepat. Dan jika kau berani... mencoba sesuatu yang aneh... aku akan membunuhmu, bahkan jika itu hal terakhir yang kulakukan."
Lin Feng tersenyum. "Dimengerti, Instruktur."
Dia melangkah melewati ambang pintu, masuk ke dalam paviliun Instruktur Mei Lan.
KLIK.
Lin Feng menutup pintu di belakangnya. Ruangan itu tidak besar, tapi sangat rapi. Udara dipenuhi aroma anggrek yang samar dan... sesuatu yang lain. Sesuatu yang feminin dan sedikit... musky.
"HOOOO! KAU BISA MENCIUMNYA, NAK?!" raung si Kakek di kepalanya. "ITU AROMA WANITA DEWASA YANG SEDANG KESULITAN! FEROMONNYA KELUAR SEMUA! KAKEK SUKA! KAKEK SUKA SEKALI!"
"Ini kamar seorang guru," batin Lin Feng, mencoba mengabaikan komentar cabul itu. "Jaga sikapmu."
Di depannya, Instruktur Mei Lan tidak lagi peduli pada kesopanan.
"Gaaahk...!"
Dia terhuyung-huyung, mencengkeram dadanya. Jubah tidur sutra tipisnya menempel lekat di tubuhnya yang berkeringat, memperlihatkan lekuk tubuh yang biasanya tersembunyi di balik seragam instrukturnya yang kaku.
"C-Cepat..." desisnya, ambruk ke kursi di sudut ruangan. Dia meringkuk, wajahnya pucat pasi. "Katakan... apa... yang harus kulakukan?"
Lin Feng berjalan mendekat perlahan. Dia berhenti beberapa langkah darinya, memberinya jarak... atau setidaknya, berpura-pura memberinya jarak.
"Instruktur, pertama... Anda harus mencoba mengendurkan Qi Anda," kata Lin Feng, suaranya tenang dan akademis. "Sumbatan itu terjadi karena Anda melawannya. Jangan mencoba untuk mendorongnya. Coba... biarkan Qi Anda surut."
"Kau... pikir... aku... tidak... mencobanya, Bodoh?!" bentak Mei Lan.
Dia memejamkan mata. Dia mencobanya. Dia menarik napas...
"GAAAAAAHHHHKK!"
Dia menjerit. Matanya terbelalak ngeri saat gelombang rasa sakit yang baru, yang jauh lebih tajam, menghantamnya.
"T-Tidak bisa!" dia terengah-engah, air mata mulai menggenang di sudut matanya karena rasa sakit. "S-Sakit... Semakin kucoba... semakin sakit!"
Lin Feng mengangguk pelan, seolah dia sudah menduga ini.
"Tentu saja," katanya. "Qi Anda sudah membeku di sana. Seperti es yang menyumbat pipa air. Anda tidak bisa mendorongnya dari dalam."
"INI DIA! INI DIA!" seru si Kakek. "SEKARANG, NAK! TAWARKAN TANGAN AJAIBMU! PEGANG 'PIPA'-NYA!"
Mei Lan menatapnya dari kursinya, matanya dipenuhi keputusasaan.
"Lalu... apa...? K-Kau bilang... kau tahu caranya..."
Lin Feng menghela napas panjang. Dia memasang ekspresi "Aku benci melakukan ini, tapi aku harus" yang sangat meyakinkan.
"Seperti yang saya duga. Instruksi saja tidak cukup," katanya. "Teori buku kuno itu bilang... satu-satunya cara adalah intervensi eksternal."
"Intervensi... eksternal?" tanya Mei Lan curiga.
"Pijatan Jari Pelancar Qi," kata Lin Feng, nadanya datar. "Sumbatan es itu harus... dipecahkan dari luar. Dihangatkan. Dan satu-satunya cara adalah menyalurkan Qi dari luar... langsung ke tiga titik meridian yang tersumbat itu."
Mei Lan membeku. Dia mengikuti arah mata Lin Feng.
Mata Lin Feng tertuju... lurus ke dadanya.
Wajah pucat Instruktur Mei Lan langsung memerah karena marah.
"Kau..." desisnya. "Kau... beraninya... KAU DASAR CABUL SIALAN!"
Dia mencoba bangkit, mungkin untuk menamparnya, tapi rasa sakit di dadanya membuatnya ambruk kembali.
"Instruktur," kata Lin Feng, suaranya tiba-tiba menjadi dingin. "Anda boleh memilih."
"Anda bisa duduk di sana, memanggilku cabul, dan membiarkan meridian Anda pecah. Dalam sepuluh menit ke depan, Anda akan lumpuh permanen. Seorang instruktur akademi... menjadi cacat seumur hidup."
Dia berhenti sejenak.
"Atau," lanjutnya, melangkah lebih dekat. "Anda bisa membiarkan 'si cabul' ini menyelamatkan hidup Anda. Reputasi Anda, atau kultivasi Anda. Itu semua tergantung pilihan Anda."
Dia menatap mata Mei Lan. "Saya bisa pergi sekarang jika Anda mau."
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏