"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Pak, Bu, Makasi atas makan malamnya. Karim pamit dulu ya." Karim mencium tangan kedua Mertuanya, Kedua Orang Tua Kartika, Istrinya.
"Rim, Bapak sama Ibu bukan melarang Kamu, tapi setelah menikah resmi, Kamu bebas bawa Tika, paling tidak Kalian sudah SAH secara Agama dan Negara."
"Karim mengerti Pak. Bapak sama Ibu jangan khawatir, Karim gak bakal bawa Tika jauh-jauh, paking bawa buat honeymoon setelah nikah." Karim senang sekaki melihat rona wajah seram Tika yang kini sedang melotot, bukannya takut Karim malah semakin jahil saja.
"Cie, Cie. Gaya bener deh Mbakku. Mas Karim mau bawa Mbak Tika honeymoon kemana? Ke Dufan aja Mas. Mbak Tika kayaknya sudah lama deh gak jalan-jalan tuh! Terakhir waktu tour se RT aja gak mau ikut!"
"Oh, disini suka ada tour ya Pak? Seru pastinya!"
"Bener banget Rim! Ibu nih sama Bu RW yang ngurus. Pokoknya nanti, akhir tahu Kalian kan sudah SAH suami istri harus ikut! Kamu Tika. Gak ada alesan lagi. Sekarang ada Karim! Ya kan Rim?"
"Karim senyamannya Tika aja Bu."
"Sedap! Bener deh Manten Baru! Kayaknya Tama bakal cepet jadi Uncle!"
"Gundulmu Uncle! Pakle!"
"Astaga Bu! Hari gini masih manggil Pakle, mau taro dimana muka Tama. Masa Kapten Futsal paling hitz se antero jagat raya, dipanggil Uncle?"
"Gayamu!"
"Sudah! Ibu sama Tika, sama aja suka bener ngeladenin Tama. Begini Rim keluarga Kita, Kamu harus mulai terbiasa."
"Iya Pak. Karim justru senang, bisa jadi bagian keluarga Bapak."
"Seriusan Mas? Wah Mas sih belum lihat aja, kalo Ibu sudah ngamuk, beuh! Semua perabit dapur bisa melayang. Makanya Kita berdua belajar bela diri bukan buat apa-apa Mas, tapi biar bisa nangkis baskom sama panci Ibu yang melayang."
"Kamu juga belajar bela diri Tik?" Karim menoleh pada Sang Istri yang tak ingin menjelaskan lebih lanjut.
"Mbak Tika ini sabuk hitam Mas. Makanya, Mas jangan sampe jadi korban KDRT Mbak Tika."
"Tama!" Tika kembali ingin menjewer Tama namun bagai belut licin Tama sudah melesat meninggalkan Tika.
"Kalo gitu Karim balik dulu ya."
"Iya, dah Kalian ngobrol dulu sana berdua. Ibu sama Bapak mau ke dalam."
Sepeninggal kedua Mertuanya Karim mengajak Tika duduk dulu, di teras rumah Tika.
"Yang,"
"Eh! Manggil siapa?"
Karim tersenyum, "Ya manggil Istri Mas Karim lah! Kamu gimana sih. Gak kangen seharian sama Suami?" Goda Karim.
"Biasa aja."
"Yes!"
Tika mengernyitkan dahi, "Aneh!"
"Kamu gak sadar, barusan Kamu bilang biasa aja. Kemaren kan enggak. Jadi progresnya sudah meningkatlah!"
Kartika kena jebakan batman. "Udah malem, pulang sana!"
"Astaga Yang, kejamnya dirimu pada diriku. Suami sendiri diusir."
"Gak usah drama. Kebanyakan Nonton Ikan Terbang ye!"
"Sebentar, Mas mau ngomong sama Kamu. Jadi begini, besok kalau ada orang yang antar kendaraan, dan itu atas nama Kamu, Kamu terima ya. Itu dari Mas untuk Kamu. Jangan di tolak."
Karim awalnya ingin membuat kejutan untuk Tika. Gak bilang tahu-tahu sampe aja mobil. Tapi Karim pikir, Tika itu orangnya gak mau teruma sembarangan, meski tahu dari Karim. Makanya besok supaya gak ada drama nolak menolak, Karim utarakan saat ini saja.
"Gue, gak minta apa-apa. Ga usah berlebihan. Lo inget gak perjanjian Kita," Tika memperhatikan sekitar, takut keluarganya masih nguping sebelum mengatakannya.
"Iya Mas inget. Bisa gak sih Gue Lo nya diganti, Satu Sayang didenger orang."
"Gak usah begitu manggilnya, Geli!"
"Belum di apa-apain masa geli,"
"Karim!"
"Dalem Yang!"
"Tahu Ah!"
"Udah pokoknya besok kalau pihak dealernya datang, Kamu terima. Mas gak mau ditolak."
"Terserah."
"Makasi Masku Sayang. Gitu loh."
"Ih. Apaan sih! Dah pulang sana!"
"Iya ini mau balik. Suami Lima langkah! Ya sudah Mas balik. Salim," Karim menyodorkan tangannya.
"Lebay ah! Udah balik!"
CUP!
Meski hanya pipi Tika, Karim senang, berhasil mengisi baterainya yang seharian menyelesaikan banyak hal.
"Assalamualaikum Sayang."
Untung saja tak di lempar Tika pakai sendal.
Dasar Mantan Duda! Maen sosor aja! Awas aja besok! Duh, kok nyesnya sampe ke hati sih! Gak! Gak Boleh! Jangan Baper!
"Cie, Mbak, Dicium Suami ya? Merah gitu mukanya!"
Padahal Tama gak melihat. Nebak asal tapi kok bisa tepat dan tentu saja membuat wajah Kartika semerah udang rebus.
"Sok tahu!"
"Wah ini sih tebakan Tama bener. Pak! Bu! Mbak Tika dicium Mas Karim!"
"Tama!"
"Kalian! Heran Ibu, ribut terus! Udah pada istirahat! Apalagi Kamu Tika. Besok bangun pagi, mandi, terus dandan. Jangan kucel! Malu!"
"Ngih Kanjeng Mami!"
"Tika,"
"Iya Bu,"
"Tama,"
"Dalem Ibuku Sayang,"
"Pak,"
"Dalem Cintaku,"
"Kalian gak perlu Ibu ngomong dua kali kan?"
Ketiga orang yang sudah paham maksud Sang Pemegang Tahta Tertinggi dirumah sudah melakukan tugasnya masing-masing sebelum Mereka ke kamar dan tidur.
"Pak, Tama sih kalo disekolah sama Guru di ancam bakal di masukin barak Kang Dedi, Tama gak takut! Lah di rumah serasa kayak di barak. Kayaknya malah enak baraknya Kang Dedi deh dari pada disuruh Ibu!" bisik Tama meski tetap terdengar oleh Bu Kartini.
"Tama,"
"Iya Bu, bentar lagi kelar."
"Sukur! Makanya jangan ghibahin Ibu, Ibu itu kupingnya setajam silet!"
"Kartika,"
"Nah Mbak juga tuh!"
"Iya Bu, bentar lagi sama, kelar!"
Sementara di rumah Karim, memasuki pintu kamar, Karim yang sebelumnya memeriksa dokumen yang tadi Ia bawa, kini sudah mandi dan berganti baju siap istirahat di kamar.
Ponsel Karim berdering, tak menjawab, Karim malah mereject panggilan masuk yang tak jera meski sudah direject berkali-kali.
Ponsel Karim bergetar, ada pesan masuk.
Karim membaca sekilas, namun mengabaikannya. Tak ada niat membalas. Baginya orang yang mengirimkan Ia pesan sudah lama tiada.
Buat apa? Setelah sekian lama dan semua yang tersisa hanya benci baru sekarang muncul dan ingin bertemu.
Karim memilih menonaktifkan ponselnya, meski Ia kembali menghidupkan setelah ingat belum mengirim peaan ke Istri ya yang mungkin malam ini akan update chapter baru novelnya.
Iseng Karim membuka platform penerbitan buku miliknya.
Dewi Aurora.
Karim masuk ke platform dan akun milik Kartika.
Sudah banyak novel yang Kartika tulis.
"Ini, ada judul baru."
Karim membuka novel baru yang Kartika mulai terbitkan.
Sejebak Karim tersenyum, bisa-bisanya Kartika membuat novel seperti apa yang Mereka alami.
"Kayaknya karakter cowoknya begini banget! Emang Aku begitu ya?"
Rupanya Kartika mengupload tiga bab sekaligus. Dan Karim begitu hanyut membaca Karya yang dibuat Kartika.
"Oh, jadi waktu hampir jatuh itu, dipikiran Tika, Aku mau cium Dia?"
Wajah Karim merona sendiri, membayangkan kejadian yang akhirnya membuat Dirinya dan Kartika menikah.
"Ok. Mas akan kabulkan!"