Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.
Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.
Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab18
Zema duduk berhadapan dengan kepala rumah sakit jiwa. Lelaki paruh baya yang kepalanya sudah penuh dengan uban itu menerima Zema dan keluarganya dengan sopan.
"Ada yang bisa saya bantu ibu—"
"Zema. Saya adik dari pasien Dery Latif," jelas Zema.
"Iya baik. Ada apa gerangan ibu Zema atau mbak Zema supaya enak, ingin menemui saya?"
"Saya meminta surat rujukan pindah perawatan untuk kakak saya Dok," jawab Zema langusng.
Lelaki tua itu masih tersenyum ramah. Dia kemudian menghela napas.
"Sepertinya keinginan ibu sedikit berat sebab—"
"Itu adalah hak kami sebagai keluarga pasien. Lagi pula kakak kami bukan ODGJ tuna wisma yang di bayar oleh negara, apa bapak ingin mempersulit? Kalau begitu biar pengacara saya yang mengurus. Tunggu sampai beliau datang," ucap Zema tanpa basa-basi.
"Kita bisa bicarakan ini dengan santai Mbak Zema, kenapa harus membawa pengacara?" balas kepala rumah sakit gugup.
"Karena saya diburu waktu. Jika Anda tidak mempersulit dan memberikan hak kami sesuai prosedur, tentu saya bersedia mengurus ini dengan tenang tanpa perlu aku mengeluarkan uang lebih untuk menyewa pengacara, tapi Anda sepertinya hendak menahan kakak saya. Dia hanya pasien biasa, memangnya ada apa dengan dia?"
"Baiklah, tapi—"
Kepala rumah sakit agak sedikit panik. Zema tahu mereka pasti sekongkol dengan Luthfi. Di antara mereka bertiga. Luthfi memang berasal dari keluarga paling berada.
Apalagi statusnya yang seorang dokter, kemungkinan dia mempunyai keistimewaan yang lebih di mata sejawatnya.
"Tapi apa Dok?" cecar Zema tak sabar.
"Karena pasien Dery masuk karena rekomendasi Dokter Luthfi, sebaiknya kita tanyakan beliau juga. Sebab setahu saya pasien Dery ini tersangkut kasus hukum."
Dokter kepala terpaksa mengeluarkan jurus terakhir untuk membungkam keinginan Zema. Namun Zema bukanlah orang yang mudah ditekan.
"Kasus hukum? Kasus apa memangnya? Dokter punya bukti tentang laporan itu?" cecar Zema yang seketika itu membungkam dirinya.
"Baiklah, telepon Dokter Luthfi dan minta dia kemari. Saya ingin tahu kasus hukum apa yang Dokter Luthfi katakan pada Anda. Bapak dengarkan saya baik-baik."
"Pertama, tak pernah ada laporan tentang kakak saya. Kedua, yang bertanda tangan di surat kuasa adalah orang tua saya. Ketiga, ini adalah rumah sakit umum pemerintahan. Meski kakak saya pasien umum, orang tua saya selalu menyimpan bill pembayaran atas tagihan di rumah sakit ini. Semua akan saya selidiki, jadi sebaiknya kita semua bersikap kooperatif mulai sekarang," Ancam Zema.
Benar saja Dokter kapala itu sudah pucat pasi. Mereka tak menyangka jika Zema bisa mengancamnya dengan mudah.
Karena tak ingin dipojokkan oleh Zema. Kepala rumah sakit itu terpaksa menelepon Luthfi sebab, lelaki itulah awal mulanya bencana ini terjadi.
Intan awalnya tak mengerti mengapa Zema tiba-tiba menghubunginya dan meminta bantuannya.
Namun Intan yang peka, memilih datang sendiri dari pada meminta bantuan rekan kerja lainnya untuk melihat situasi.
Benar saja, Zema tengah berbicara dengan seorang kepala rumah sakit.
"Perkenalkan Dokter, ini pengacara saya namanya Intan," ucap Zema memperkenalkan Intan pada kepala rumah sakit.
Baru saja memperkenalkan diri, Luthfi juga tiba dengan wajah paniknya.
Zema dan Intan menatap Luthfi dengan datar. Luthfi menatap orang-orang yang tengah berada di ruangan kepala rumah sakit.
"Maaf Dokter Harun, boleh saya bicara dulu dengan Mbak Zema?" Dokter kepala yang bernama Harun lantas mengangguk, sedangkan Intan melirik Zema apa teman kerjanya itu yang kini dia anggap sahabat memerlukan bantuannya?
Zema mengedip dan membuat Intan tak jadi bertanya.
Luthfi menuntun Zema ke sebuah taman. Mereka duduk berdua saling berhadapan.
"Ada apa Luth? Ada yang ingin kamu jelaskan?"
"Sejak kapan kamu tahu kakakmu berada di sini?"
"Kau tahu Luth, serapat apa pun bangkai ditutupi, pasti akan tercium baunya juga 'kan? Kalian saja sebagai manusia terlalu sombong dan merasa bahwa semua sudah sempurna," balas Zema mencibir.
Luthfi menarik napas panjang. "Apa yang akan kamu lakukan sama Bang Dery Zem?"
Zema tersenyum sinis, dia tak ingin ditekan oleh Luthfi. Dirinya yang harus memojokkan lelaki munafik di depannya ini. Lelaki yang bersikap baik layaknya sahabat tapi menusuknya dari belakang.
"Aku akan membawa Bang Dery pergi berobat ke rumah sakit yang lebih baik. Aku penasaran kenapa mental kakakku itu bisa terguncang hingga jadi seperti ini. Kau tahu keluargaku yang baik-baik saja dulunya juga bisa berantakan seperti ini. Aku tak tahu ada apa dengan mereka? Kemudian kamu dan Atta juga. Kenapa kalian menyembunyikan kondisi kakakku?"
"Zema, maaf, aku minta maaf jika kami menyembunyikan keadaan Bang Dery darimu, tapi yakinlah semua demi kebaikan Bang Dery dan keluargamu," jelasnya.
"Kebaikan seperti apa memang yang akan kudapat? Selama ini bahkan orang tuaku menekanku untuk biaya-biaya yang mereka minta tak masuk akal. Sekarang semua telah terbongkar, ternyata biaya itu masuk untuk pengobatan kakakku."
"Hampir enam tahun aku diperah. Begitu juga Bang Dery, enam tahun sudah dia berada di sini dan tak pernah ada perubahan apa pun."
"Zem, bang dery sakit mental bukan sakit biasa yang bisa di tangani obat-obatan. Di sini hanya menekan agar Bang Dery tak bertambah parah."
"Kau lihat, bahkan diantara mereka hanya Bang Dery yang tak terlihat seperti orang gila. Dia hanya berdiam diri dan hanya sesekali mengamuk. Tapi lihat orang-orang itu, mereka berbicara sendiri, menangis sendiri, bahkan ada yang tak bisa merawat tubuhnya sendiri."
"Bang Dery berbeda. Bukankah pelayanan rumah sakit ini cukup baik?"
Itu karena kakakku memang tidak gila, biadab.
"Aku tetap akan membawa Bang Dery pergi dari sini. Aku hanya mengikuti prosedur rumah sakit yang bilang bahwa harus atas sepengetahuanmu, jadi tolong demi hubungan masa lalu kita, jangan persulit kepindahan Bang Dery."
Luthfi terkejut dengan permintaan Zema. Sahabat baiknya ini benar-benar berubah. Dulu dia selalu mau mendengarkan nasihatnya, sekarang tatapan mata Zema justru terlihat tajam dan sinis.
"Maaf Zem, aku tak bisa. Kau penasaran kenapa kakakmu bisa terkena penyakit mental ini? Mungkin—"
Zema menunggu apa tang ingin Luthfi katakan. Meski dia sudah bisa menebak apa itu.
"Mungkin rasa bersalah kakakmu yang telah menyakiti orang. Aku tahu bang Dery orang baik Zem. Tapi terkadang iblis mampu membutakan mata dan hati untuk mengikuti napsunya."
"Jangan bertele-tele Luth, katakan apa yang ingin kamu katakan!"
Luthfi tersentak, sejujurnya dia tak ingin melukai hati Zema. Ia yakin setelah Zema mengetahui kebenaran tentang kakaknya yang ia anggap baik itu pasti Zema akan kecewa pada Dery.
"Kau yakin? Aku hanya tak ingin membuatmu kecewa," lirihnya yang membuat Zema mendengus kesal.
Luthfi tahu Zema tak sabar dan menunggunya bicara. Terpaksa dia mengatakan yang sebenarnya.
"Bang Dery, dialah orang yang telah meperkosa Kenzie," ucapnya pelan dan membuang muka.
Namin saat mendengar dengusan Zema, dia menatap sahabatnya itu tak percaya, Zema terlihat tenang dan biasa saja.
"Apa kalian punya buktinya?" cibir Zema.
Mata Luthfi membesar, kasus Kenzie dulu tak pernah benar-benar diselidiki. Mereka hanya percaya saja pada ucapan Kenzie sebab hanya ada Dery yang ada bersamanya.
"Apa mungkin seorang penjahat mengantar korbannya ke rumah sakit, setelah melakukan hal keji itu Luth?"
"Kau seorang Dokter dan paling pintar di antara aku dan Atta. Sekarang aku yakin kau membantu mereka karena kau sendiri punya maksud tertentu dengan kami," tuduh Zema tepat sasaran.
Wajah Luthfi makin pias saat memandang Zema yang bangkit berdiri.
"Aku akan mengangkat kasus ini. Kalian semua yang terlibat akan kupastikan menerima akibatnya. Dan untukmu sendiri Luth, kenapa kamu tega melakukan ini pada kami, pada bang Dery yang telah membantumu. Kamu bahkan tahu kami memiliki aibmu yang tak diketahui orang lain."
Keringat dingin sudah membasahi pelipis Luthfi. Zema akhirnya mengerti kenapa sahabatnya ini mengkhianatinya.
"Kau ingin menyingkirkan kami karena aibmu Luth? Terima kasih, karena sekarang aku tahu harus apa denganmu."
.
.
.
Lanjut
jgn lma* up nya y k
terimakasih Thor ...
makin seru dan bikin penasaran ceritanya.
semangat buat up lagi ya Thor ...💪