Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 (Pulang dengan Rayn)
...~Selamat Membaca~...
.......
.......
.......
Rayn menghentikan mobilnya secara mendadak saat akan keluar dari halaman restoran, karena Adit yang mengendarai motor di depannya berhenti mendadak.
Pemuda berkemeja merah lengan panjang itu membuka kaca mobil. Kepalanya melongok ke luar seraya berseru, "Mas Adit! Kok, tiba-tiba berhenti, sih? Bahaya tau!"
Adit tampak turun dari motornya. Menghampiri Rayn.
"Itu ...," Adit menunjuk ke sebrang jalan, "Bukannya ... Milana, Ray?"
Rayn menoleh ke arah yang ditunjuk Adit. Tampak Milana berdiri sedikit menunduk di bawah lampu jalan di sana.
"Ngapain dia di sana, Ray?" Adit mengernyit.
Rayn mengedikkan bahu. "Nunggu angkutan, kali, Mas. Firsha, 'kan hari ini libur."
Adit melirik jam tangannya. "Udah jam segini mana ada angkutan lewat sini, Ray. Pasti lebih milih jalan muter yang menuju ke terminal."
Rayn ikut melirik jam tangannya dan mengangguk setuju. "Iya, sih." Rayn tampak berpikir sebentar sebelum berujar, "Ya udah biar aku anter dia aja, Mas."
Adit mengernyit seraya menatap Rayn. "Ada angin apa, nih ... kamu bisa baik sama orang baru dikenal?" Adit menaik turunkan kedua alisnya.
Rayn mendengkus. "Ya ... kasian aja, dia 'kan karyawanku, Mas."
Mata Adit memicing. Bibirnya mencebik disertai senyuman jahil. "Tercium aroma-aroma jatuh cinta, nih sepertinya. Suka sama, Milana ya?" Adit menaik turunkan alisnya. Menggoda.
Rayn berdehem kecil. Pipinya terlihat agak merah. Tangannya menggaruk tengkuk seakan-akan itu gatal. "Apaan, sih, Mas Adit. Nggak ada hubungannya sama itu, Mas." Rayn salah tingkah.
Adit tertawa kecil melihat Rayn yang salah tingkah. "Dih ... kok salting." Adit semakin tertawa. "Suka beneran, ya?"
Rayn memutar bola matanya. Pemuda yang lebih tua beberapa tahun darinya itu memang suka sekali menggodanya sejak dulu. Rayn berdehem kecil lagi. Mencoba menutupi salah tingkahnya. "Mulai, deh ...."
"Wah ... dilihat dari tatapan matanya, beneran suka kayaknya, nih." Tawa Adit makin menjadi.
"Dih ... sok tau banget, sih, Mas!" Rayn protes.
"Rayn, aku ini laki-laki. Aku tau bagaimana seorang laki-laki menyukai gadis. Wah ... kenapa aku baru sadar." Adit tertawa makin keras.
"Udah ah, Mas, sana pulang!" Rayn mendorong pelan tangan Adit yang bertumpu pada jendela mobilnya.
Adit masih terkekeh-kekeh. Menjauh dari badan mobil seraya berkata, "Padahal tadi aku bercanda. Nggak taunya, suka beneran." Adit menoleh ke arah tempat Milana berada. "Tapi ... dia memang cantik, sih, Ray. Pantas saja kau suka." Kekehan kecil keluar dari mulutnya.
Rayn berdecak. "Terus aja, terus ...." Melirik sebal ke arah Adit yang masih tertawa-tawa. "Motornya pinggirin sana, ah. Mau lewat, nih!"
"Iya, deh yang mau nganterin pujaan hati." Setelah berujar begitu, Adit segera berjalan menuju motor dan menepikannya.
Rayn memajukan mobilnya. Berhenti sejenak tepat di samping Adit. "Aku dan dia bukan baru kenal, ngomong-ngomong," ujar Rayn sebelum menutup kaca mobil sepenuhnya dan melaju menyebrangi jalanan menuju tempat Milana berada. Dia tidak ingin Adit merongrongnya dengan pertanyaan soal Milana.
Meninggalkan Adit dengan wajah penuh tanya mendengar ucapan terakhir Rayn.
'Bukan baru kenal? Maksudnya?' Adit menatap mobil Rayn yang menjauh. 'Mereka tema lama? Atau ... mereka itu sepasang kekasih di masa lalu? Dan dipertemukan kembali di masa kini sebagai mantan, lalu CLBK?' Adit terus menerka-nerka sendiri.
...****************...
Milana mengernyit dan reflek mundur saat sebuah mobil berhenti di depannya. Sebenarnya dia tidak perlu mundur, jarak nya masih jauh dari badannya. Namun, dia reflek saja melakukan itu. Milana sedikit merunduk saat kaca mobil terbuka. Tampak Rayn yang duduk di balik kemudi. "Milana ... masuk, ayo biar aku antar."
Milana mengerutkan dahi. "Saya nunggu angkutan aja, Mas."
"Jam segini gak ada angkutan lewat sini. Kalau gak mau aku antar, mendingan kamu pesan ojek online," saran Rayn.
Milana tampak berpikir. "Tumben, Mas baik sama saya? Biasanya marah-marah mulu."
Rayn berdecak malas. "Aku marah kalau kamu buat masalah ...."
Milana mencibir. "Tapi marahnya setiap hari, tuh."
"Ya kamu bikin masalahnya setiap hari, gimana gak dimarahin setiap hari?" Rayn mendengkus. "Mau diantar apa nggak, nih?"
Milana menoleh ke arah yang ia harapkan akan muncul angkutan. Bukan apa, dia hanya merasa sungkan harus semobil dengan pria yang menurutnya agak kaku itu.
"Mas, gak kemalaman emangnya? Nanti ngomel-ngomel lagi kalau kemalaman. Kayak kapan hari, tuh," sungutnya Milana. Ia masih ingat Rayn mengomel karena kemalaman. Itu kejadian saat Arga menunggunya pulang kapan hari. "Padahal, waktu itu masih jam tujuh. Apalagi ini. 'Kan lebih malam."
"Ya ... itu ... ini kamu mau diantar apa nggak? Kalau gak mau, ya nggak apa-apa."
"Asal, Mas Rayn nggak ngomel-ngomel, sih ... mau. Takutnya nanti ujung-ujungnya saya disuruh pulang sendiri."
Rayn brdecak. "Kalau mau, cepat masuk sebelum aku berubah pikiran. Jangan banyak bicara!"
Milana buru-buru masuk ke mobil ketika bosnya itu mengerling.
'Ya ... terpaksa deh. Demi hemat.'
...****************...
Suasana di mobil Rayn hening. Tidak ada yang membuka percakapan lebih dulu.
Milana melirik Rayn yang fokus menyetir. 'Udah ngira, nih bakalan kayak gini suasananya. Semobil sama manusia macam krupuk mentah, apa yang diharapkan? Ya, pasti bakalan sunyi senyap begini.'
Untuk mengusir kebosanan, Milana mengeluarkan ponsel dari tas. Membuka aplikasi game offline dan memainkannya.
Rayn melirik pada gadis di sebelahnya itu. "Milan ...."
Membuat Milana menoleh. Tidak menjawab apapun, hanya menatap Rayn seolah bertanya 'Ada apa?'
Rayn yang mengerti arti tatapan itu, berujar, "Cobalah bekerja dengan serius kali ini. Aku tidak mau mendengar kamu membuat masalah lagi seperti tadi."
Milana membawa pandangan lurus ke depan. "Saya, tuh udah serius, Mas. Cuma kalau kerja di dapur emang saya gak bisa. Beneran, deh."
"Sekarang 'kan sudah tidak di dapur lagi. Bisa, dong bekerja lebih baik, serius, dan tidak membuat masalah seperti tadi," sahut Rayn.
Milana mendengkus. "Bukannya tadi, Mas Rayn yang tiba-tiba narik saya pas saya baru datang dan berujung disuruh ke dapur?"
Rayn kikuk. "Iya, tadi itu ... ya ... ya ... kamu 'kan tau, belum ada asisten koki yang baru. Nggak ada salahnya, dong minta tolong kamu untuk membantu."
"Ya salah, dong, Mas ... Sudah tau saya gak bisa kerja di dapur, selalu bikin masalah. Malah nyuruh saya masuk dapur. Kan jadi ada masalah kayak tadi. Saya lagi yang disalahkan. Padahal, kalau Mas Rayn gak nyuruh saya masuk dapur, gak bakalan ada kejadian kayak tadi," sungut Milana.
Rayn mendengkus. "Itu namanya kamu gak serius kerja."
"Serius, Kok. Mas Rayn, tuh gak tau ... seserius apa saya dengan pekerjaan."
Rayn mencebik. "Oke, kalau kamu benar-benar serius, aku tidak mau mendengar kamu membuat masalah lagi, apapun itu. Ini benar-benar peringatan yang terakhir kalinya untuk kamu, Milan. Kalau sekali lagi kamu bikin masalah, tidak ada toleransi lagi!"
Milana mengangguk-angguk seraya mengacungkan jempol. "Tenang saja, Mas." Seperti biasa, gadis itu selalu berucap dengan yakin.
'Semoga keberuntungan berpihak padaku kali ini. Tuhan ... buanglah sial yang ada padaku. Sungguh aku tidak ingin berakhir dipecat lagi.' Milana memohon dalam hati.
.
.
.
Bersambung ...
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/