NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:846
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Sosok Hitam di Belakang Kos

Malam minggu selalu lebih terasa ramai daripada malam-malam hari lainnya. Banyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktunya di luar rumah bersama orang-orang yang mereka sayangi. Entah itu bersama keluarga, teman, pasangan, ataupun seseorang yang memilih untuk menikmati malam minggunya seorang diri.

Angga menghela napas lelah seraya menatap beberapa kendaraan yang melaju di depannya. Ia menoleh ke arah penjual nasi goreng yang menjadi pilihannya untuk makan malam hari ini. Jika dirinya sudah makan malam, ia tidak akan pergi keluar saat keadaan lalu lintas sedang ramai.

Berbeda dengannya yang lainnya, ia terlalu malas untuk keluar dari kostannya. Apalagi jika harus keluar di malam minggu yang lebih terlihat ramai dari hari lainnya.

Ia kembali menghela napas lelah karena sudah terlalu lama menunggu pesanannya selesai. Perutnya terus berteriak meminta untuk diisi dengan nasi goreng yang ia beli malam hari ini.

"A," panggil penjual nasi goreng seraya menoleh ke arah Angga.

"Iya?"

"Nasi gorengnya pedes gak?" tanya penjual nasi goreng tersebut.

Angga menggelengkan kepalanya dengan pelan, "sedeng aja Pak," jawabnya memberitahu.

Penjual nasi goreng tersebut menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Angga berikan. Ia langsung membuat pesanan Angga dan juga pesanan dari pelanggan lainnya.

Angga menyalakan ponselnya yang sedari tadi ia pegang. Ia membaca beberapa notifikasi masuk yang berada di ponselnya tanpa minat. Lalu ia membuka aplikasi Instagram untuk melihat informasi terbaru atau hal seru lainnya agar rasa bosannya menghilang.

Tak menunggu lama, pesanan yang Angga pesan telah selesai dibuat. Penjual nasi goreng tersebut memberikan satu bungkus nasi goreng pada Angga. Dari dalam bungsu nasi goreng yang berada di dalam plastik putih, Angga bisa melihat uap panas yang terus keluar dari dalamnya.

"Berapa Mang?" tanya Angga seraya mengeluarkan selembar uang berwarna hijau.

"Dua belas ribu A," jawab penjual nasi goreng tersebut.

Angga memberikan selembar dua puluh ribu pada penjual nasi goreng tersebut.

"Sebentar ya A," ucap penjual nasi goreng seraya mengambil kembalian dari dalam laci.

Angga mengangguk singkat dengan mata yang terus menatap ke arah penjual nasi goreng di depannya.

"Nih A kembaliannya," ucap penjual nasi goreng seraya memberikan uang kembalian pada Angga.

"Nuhun (terima kasih) Pak," ucap Angga seraya memasukkan uang kembalian dan ponselnya ke dalam saku celana.

"Sami-sami A."

Angga melangkah menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari tempatnya membeli makanan. Ia menggantungkan sebungkus nasi goreng pada gantungan kecil di motornya agar tidak terjatuh.

Ia mengendarai motornya di jalan yang terlihat sangat ramai. Sesekali ia menghela napas lelah saat dirinya harus terjebak kemacetan di beberapa titik jalan yang ia lewati.

Ia membelokkan motornya masuk ke dalam gang yang suasananya berbanding terbalik dengan suasana jalan besar. Jalan tersebut terlihat sangat sepi dengan lampu jalan yang terlihat temaram.

Ia mematikan motornya di depan sebuah bangunan yang terlihat sedikit agak tua. Dari tempat ia memarkirkan motor, ia bisa melihat beberapa sisi dinding yang catnya mulai terkelupas.

Ia melangkah pelan di lorong kostannya yang terlihat sangat sepi. Matanya menoleh ke arah lampu lorong yang cahayanya terlihat berkedip-kedip.

Karena harganya yang terjangkau menjadi alasan ia masih bertahan di kostan yang terlihat tidak terawat ini. Lagipula teman-temannya yang lain pun masih bertahan di sini, ia terlalu malas untuk kembali bersosialisasi jika pindah di kostan baru.

Ia tidak mempermasalahkan suasana kostannya yang terlihat seram. Ia cukup nyaman dan tenang tinggal di area yang cukup sepi. Maka dari itu ia bertahan walaupun suasana yang terlihat menyeramkan.

"Ngga."

Angga menoleh saat seseorang memanggil namanya. Ia menoleh ke arah salah satu teman satu kostnya yang melangkah mendekat ke arahnya, "oy," balasnya.

"Beli makan lo? Gak bilang-bilang nih," ucap Deni saat melihat satu bungkus plastik yang dibawa oleh Angga.

Angga mengangguk singkat seraya mengangkat plastik putih yang ia bawa, "gue kira lo masih tidur, lampu kamar lo matiin," balasnya.

Deni menghela napas pelan, "ya makanya gue mau keluar cari makan. Gue baru bangun," ujarnya seraya memutar kunci motornya. "Beli apa lo?" tanyanya sedikit melirik ke arah bungkusan yang Angga bawa.

"Nasi goreng," jawab Angga singkat.

"Oh, nasi goreng. Mie ayam depan buka gak?" tanya Deni ingin tau.

Angga mengerutkan keningnya, mencoba mengingat saat ia melewati depan gang, "tutup kayanya."

"Baso?"

"Buka sih gue liat, warteg juga buka," jawab Angga memberitahu.

Deni menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Angga berikan. Lalu ia menepuk bahu temannya itu beberapa kali dengan pelan, "ya udah thanks, gue mau beli makan dulu." Ia mengusap perutnya yang terus berbunyi. "Laper."

Angga mendengus kecil mendengar perkataan temannya, "ya udah sana, keburu tutup."

"Hm, hati-hati. Lo sendirian di kos," ucap Deni seraya melangkah menjauh.

Angga mengerutkan keningnya bingung mendengar perkataan Deni, "si Faiq?" tanyanya ingin tau.

"Pacaran," jawab Deni singkat.

Angga menganggukkan kepalanya, "ya udah, santai aja. Gapapa kali."

"Hati-hati aja sih gue kasih tau," ucap Deni seraya melangkah keluar dari area kostan untuk mencari makan.

Angga menggelengkan kepalanya dengan pelan mendengar perkataan Deni. Tanpa mempedulikan perkataan temannya itu, ia melangkah masuk ke dalam kamar kostnya. Ia menghela napas lega karena akhirnya ia bisa mengisi perutnya yang terus berbunyi.

Pintu kostannya sengaja ia buka agar angin malam bisa masuk ke dalam kamar. Ia mulai memakan makanannya dengan sesekali memainkan ponselnya yang menyala. Sesekali ia melirik ke arah luar kamar saat merasakan sesuatu dari arah luar.

Ia mengedikkan bahunya tak acuh, mencoba untuk tidak peduli dengan apa yang ia rasakan saat ini. Ia terus menghabiskan makanannya dengan cepat saat melihat nasi goreng yang ia makan sisa setengah porsi.

Tring

Angga menoleh saat mendengar notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Ia mengambil benda pipih tersebut dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Gak nginep Ngga di kosan gue?

Ia mengetikkan beberapa balasan pesan untuk temannya itu. Setelah selesai, ia kembali menaruh ponselnya di atas kasur yang berada di samping kanannya.

Tring

Satu notifikasi kembali berbunyi. Ia kembali membuka ponselnya untuk membaca pesan yang dikirimkan oleh temannya itu.

Oke

Angga kembali mematikan ponselnya untuk fokus pada makanannya yang tersisa sedikit. Ia menghela napas lega saat perutnya sudah terasa kenyang karena nasi goreng yang ia beli. Sepertinya ia bisa tertidur pulas malam ini karena perutnya terasa kenyang.

Ia beranjak dengan membawa satu plastik berisi sampah bungkus nasi goreng yang baru saja ia habiskan. Ia keluar dari dalam kamar untuk membuang sampah tersebut. Tidak baik untuk menyimpan sampah seharian di dalam kamar atau rumah, apalagi jika sampah tersebut sampai menginap semalaman di dalam ruangan.

Suasana kostannya terasa sangat sunyi malam ini. Apalagi hanya ia seorang yang berada di kostan. Teman-temannya yang lain memiliki kegiatannya masing-masing di luar. Sudah bisa ia pastikan jika mereka akan pulang saat hari menunjukkan tengah malam.

Ia membuang sampah miliknya di tempat pembuangan khusus untuk area kostannya. Letaknya berada di taman belakang kostnya yang tidak jauh dari kamar kost terakhir. Area belakang memang dikhususkan untuk tempat pembuangan sampah, tempat menjemur, dan beberapa kamar mandi umum.

Setelah selesai membuang sampah, ia melangkah menuju kamar mandi yang berada di dekatnya. Tiba-tiba saja ia merasa jika panggilan alamnya terus mendesaknya untuk ia tuntaskan. Ia menutup pintu kamar mandi dengan rapat, memastikan jika dirinya sudah cukup aman untuk menuntaskan panggilan alamnya.

Ia menoleh ke arah sekitar kamar mand yang terlihat kotor. Di bagian atap terdapat banyak sarang laba-laba yang sudah seharusnya dibersihkan. Ia menoleh ke arah lubang ventilasi yang berada di dalam kamar mandi.

Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat matanya menangkap sesuatu yang terlihat aneh. Ia menyiram area kamar mandi saat dirinya selesai menuntaskan panggilan alamnya. Ia merapihkan celananya untuk segera menyelesaikan tugasnya di dalam kamar mandi.

Sebelum keluar, ia kembali menoleh ke arah ventilasi kamar mandi yang terlihat tinggi. Sesuatu yang aneh itu masih ada di sana, seperti sebuah mata yang melihat ke arahnya.

Di kegelapan area belakang, dua titik berwarna merah tersebut terlihat jelas di matanya. Entah kenapa ia terus memperhatikan dua titik yang terus menyala tersebut. Mencoba memikirkan apa yang ia lihat saat ini.

HHMM....

Angga tersentak kaget saat mendengar suara geraman yang sangat jelas di telinganya. Matanya terus melihat ke arah dua titik merah yang berada di ventilasi kamar mandi.

Dua titik merah yang sedari tadi ia perhatikan, perlahan-lahan terlihat jelas dua titik tersebut berasal darimana. Ia bisa melihat sebuah bayangan besar berwarna hitam dengan dua titik merah yang terus menyala.

Dirasa ia mengetahui apa yang ia lihat, ia langsung keluar dari dalam kamar mandi dengan cepat. Sesampainya di kamar, ia mengambil ponsel dan kunci motornya untuk segera pergi. Tujuannya saat ini ialah kostannya temannya, ia akan menginap malam ini di sana.

Ia melangkah dengan cepat menuju motornya yang terparkir di area parkiran yang cukup sepi. Bahkan hanya motornya saja yang saat ini berada di area parkiran.

"Ngga, mau ke mana?" tanya Deni saat melihat Angga melajukan motornya melewati dirinya.

Angga tidak mempedulikan pertanyaan dari temannya itu. Ia terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan area kostannya.

Saat dirasa ia sudah mulai sedikit jauh dari kostannya, ia memberanikan diri untuk melihat ke arah kaca spion. Memastikan jika kostannya saat ini seperti kostan yang selalu ia lihat, tenang dan nyaman.

"Anjing," umpatnya saat ia melihat sebuah bentuk bayangan hitam tinggi besar berdiri di area kostannya.

Bayangan hitam itu sangat besar, bahkan kostannya yang memiliki dua lantai pun terlihat kecil. Sosok tersebut terus berdiri di belakang kostannya seperti seorang raksasa yang sedang mengawasi mangsanya. Dengan matanya yang berwarna merah menyala, sosok tersebut masih memperhatikannya yang terus melajukan motornya menjauh dari area kostannya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!