NovelToon NovelToon
Romansa Pada Jam Istirahat Bursa

Romansa Pada Jam Istirahat Bursa

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Cintamanis / Office Romance / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: LyaAnila

"Tidak ada pengajaran yang bisa didapatkan dari ceritamu ini, Selena. Perbaiki semua atau akhiri kontrak kerjamu dengan perusahaan ku."

Kalimat tersebut membuat Selena merasa tidak berguna menjadi manusia. Semua jerih payahnya terasa sia-sia dan membuatnya hampir menyerah.

Di tengah rasa hampir menyerahnya itu, Selena bertemu dengan Bhima. Seorang trader muda yang sedang rugi karena pasar saham mendadak anjlok.

Apakah yang akan terjadi di dengan mereka? Bibit cinta mulai tumbuh atau justru kebencian yang semakin menjalar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LyaAnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 16 : Apakah Aku Membuat Kesalahan Fatal, Lagi?

"Jadi begitulah kisah hidupnya. Makanya, waktu gue denger dia ketemu laki-laki berengsek yang TAK SENGAJA menumpahkan cokelat di salah satu kunci kariernya, pengen rasanya gue penjarain orang itu," Rani melirik ke arah Bhima.

Bhima tersentak dan kembali sadar. Memang semua kekacauan ini gara-gara dia. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding sambil was-was menunggu kabar dari dokter yang menangani Selena.

"Keluarga pasien atas nama nona Selena Aria Widyantara?" Suster yang bertugas membantu penanganan Selena memanggil keluarga Selena. Bhima dan Rani langsung mendekati perawat itu.

"Kami temannya. Bagaimana keadaannya, Sus?" tanya Bhima dengan nada yang sangat khawatir.

"Baik, kondisi pasien sekarang masih belum stabil. Setelah pemeriksaan dokter tadi, pasien mengalami stress berat dan asam lambungnya sempat naik karena banyak yang dia pikirkan. Jadi, untuk menjaga kondisi pasien agar segera pulih, tolong jaga emosinya dan selalu ajak ngobrol supaya ia tidak merasa sendiri,"jelas suster pada Bhima dan Rani.

Mendengar penjelasan tersebut, keduanya mengangguk singkat.

"Apa boleh kami melihat Selena, Suster?"

"Boleh, tapi ada yang mengisi formulir pendaftaran pasien untuk nona Selena," tambah suster. Rani pun mengambil alih urusan administrasi dan mengisyaratkan Bhima untuk terlebih dahulu masuk melihat Selena.

Setelah mendapat persetujuan Rani, Bhima langsung masuk ke ruang rawat Selena. Ketika Bhima sudah memasuki ruang rawat dan melihat Selena, entah mengapa bayangan Selena yang terjatuh di pelukannya kembali terlintas dan perkataan Rani di IGD tadi.

Perlahan, Bhima mendekati Selena dan duduk di kursi tunggu dekat ranjang rawat inap. Perlahan, ia memandang tangan Selena yang sekarang dihiasi oleh selang infus.

"Sepertinya gue sekarang harus jaga jarak dari lu. Maafin gue ya, Selena. Tapi, janji gue ke elu tetap gue tepatin. Gue bakal jaga lu dari jauh ya. Gue nggak tega lihat lu tambah sedih karena masalah gue juga. Maafin gue karena gue nggak peka sama kondisi lu. Selama ini, lu nyimpan semua nya sendirian. Patutlah waktu kejadian kemarin lu marah besar ke gue. Karena laptop itu satu-satunya peralatan komunikasi yang nyimpan banyak data penting. Gue pamit Sel. Sampai ketemu di suasana yang membaik ya."

Bhima memutuskan untuk mencari tau dalang penyebab kekacauan ini. Sebelum pergi, ia mencium punggung tangan Selena yang sedang dialiri cairan untuk memberikan energi pada tubuh Selena. Tak lupa, Bhima mengusak kepala Selena pelan dan pertama kalinya ia mencium kening Selena singkat.

Setelah Bhima mengecup pelan kening Selena, ia langsung pergi dari kamar inap Selena. Ketika ia hendak pergi, ia berpapasan dengan Rani. Rani yang bingung dengan kelakuan Bhima pun bertanya-tanya.

"Heh Bhima. Kenapa buru-buru? Mau kemana? Selena belum sadar lho. Nanti dia nyariin lu, gue harus jawab gimana?" Cecar Rani yang menangkap basah Bhima yang ingin meninggalkan Selena.

"Udah, nitip Selena ya. Bilang kalau gue lagi ngurusin semua kekacauan ini," ujar Bhima seadanya.

******

Setelah beberapa jam tidak sadarkan diri, akhirnya sekitar pukul dua belas siang kesadaran Selena perlahan kembali. Cahaya putih yang mengganggu, perlahan gelap dan perlahan terang. Ada suara samar yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Suara tersebut berasal dari lorong panjang disamping kamar inap nya. Tubuhnya serasa penuh beban, seolah beban itu ditumpahkannya di bawah ranjang rawat inap nya.

Pertama kali yang dia rasakan setelah bangun adalah hawa dingin yang menusuk ke tulang. Ia mengerang pelan dengan menggerakkan tangannya untuk memberitahu Rani bahwa ia sudah sadar. Rani sudah menyadari bahwa Selena sudah sadarkan diri.

"Ran," suaranya terdengar pelan, bahkan hampir tak terdengar.

Selena terus mengerjapkan perlahan matanya, sampai akhirnya ia berhasil membuka matanya sepenuhnya. Bau antiseptic khas rumah sakit menembus indra penciumannya. Ia perlahan mengetahui bahwa kini ia sedang berada di rumah sakit.

"Len, gimana kondisi lu. Udah enakan?"

Netra Selena menangkap sosok Rani yang sudah berada di sampingnya. Namun, ia pun bingung. Tak ada sosok pria yang tadi ditemuinya di cafe. Namun ia langsung menghalau pikirannya dan menanyakan dimana laptopnya sekarang.

Tapi, ketika Selena hendak bangun perlahan dari tidurnya. Ia merasa tidak mampu. Ia menyadari bahwa ada selang infus yang sudah terpasang di punggung tangannya yang menyebabkan ruang geraknya terbatas.

"Dimana gue?"

"Rumah sakit. Lu pingsan tadi waktu di PawPaw Cafe. Lu nggak boleh mikirin kerjaan dulu. Lu harus istirahat total. Kata dokter, lu kelelahan parah dan harus istirahat," Rani bicara panjang lebar. Itu semua ia lakukan demi kebaikan Selena.

"Mana siniin laptop gue, Rani."

"Lu nggak usah bandel ya, gue nggak bakal ada disamping lu lagi kalau misalkan lu susah. Mau lu? Udah dibilangin, laptop lu aman. Ya tadi emang ada yang berusaha meretasnya. Tapi itu kita selesaikan nanti aja. Lu belum tenang ini."

Mendengar bentakan dari Rani, Selena terdiam. Dadanya terasa sesak, bukan sakit yang ia rasakan. Melainkan bentakan yang ia terima dari Rani. Sahabat yang sudah di anggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Ia memalingkan wajahnya, melihat tirai gorden putih yang menghalangi sinar matahari masuk terlalu banyak di kamar.

"Lu capek sama gue, Ran?" Tanya nya tiba-tiba.

"Capek kenapa?"

"Gue ngerasa lu udah capek sama kelakuan gue. Rasanya, untuk ngurangi beban lu, gue pengen tidur lama. Setelah itu, lu kan nggak capek-capek harus nasehatin gue," racaunya tiba-tiba.

Sebenarnya ketika mendengar perkataan Selena seolah-olah ia ingin menghilang dari dunia ini, rasanya Rani ingin sekali menampar pipi Selena supaya tidak berkata sembarangan lagi. Tapi, ia ingat pesan dokter kalau Selena harus selalu ditemani. Jadinya, ia berusaha menebalkan kesabarannya untuk menghadapi tingkah Selena.

"Lu nggak boleh ngomong sembarangan lagi, Sel. Inget, kalau lu nggak ada disini, apa lu nggak kasihan sama gue? Lu nggak kasihan sama orang yang sayang sama lu? Ada kalanya lu harus rehat dari segala aktifitas yang buat lu stress. Paham nggak sampai sini?" Rani meraih tangan Selena dan menggenggam erat tangan Selena seolah tak ingin melepaskan Selena kemanapun.

Hening menyelimuti mereka berdua ketika Rani mengutarakan isi hatinya pada Selena. Bagaimana dia panik ketika Selena berkata demikian dan masalah yang bertubi-tubi menghantam dirinya.

"Lalu, mana Bhima?"

"Ya, Bhima yang nganter lu kesini sama gue. Tadi sebenernya gue yang mau nganter lu pakai mobil gue, tapi Bhima maksa buat bawa mobil dia aja sekalian," jelas Rani.

"Oke, terus?" Tak terasa, jantung Selena berdetak tak sesuai ritme.

Rani menjelaskan detail bagaimana Bhima menunggu Selena sadar dengan wajah yang takut dan khawatir. Setelah dokter selesai memeriksa Selena, Bhima masuk sebentar dan Rani bertugas mengurus administrasi yang dibutuhkan.

"Iya terus, sekarang dia ada dimana, Rani?"

"Dia cabut sebelum lu sadar. Tadi katanya dia ada telfon penting," Rani berusaha berbohong pada Selena supaya tidak menjadi beban baru lagi untuk Selena.

Kalimat itu seolah menghujam perasaannya. Selena hanya diam dan kembali memandang gorden putih yang bergoyang diterpa AC. Selena merasa kosong. Meskipun ia sangat kesal dengan kelakuan Bhima, namun entah mengapa ada rasa yang tidak bisa dijelaskan. Tapi, perasaan itu segera ia tepis. Ia langsung sadar bahwa selama ini ia kan sendirian. Semua masalah juga bisa ia atasi.

"Gue nggak mau jadi beban buat orang lain," gumamnya.

"Siapa yang bilang lu beban. Kasih tau gue. Biar gue hajar itu orangnya. Seenaknya aja dia ngatain sahabat gue beban," ancam Rani.

"Tapi emang nyatanya kek gitu kan? Baik kantor, editor bahkan ke semua orang yang gue temui, gue cuma beban buat mereka dan Bhima,"ungkap Selena kembali.

"Udahlah, mending lu istirahat aja sekarang. Besok kita omongin lagi gimana kelanjutannya," ujar Rani dengan suara yang sangat lembut. Ia berusaha menenangkan Selena supaya semakin tidak kepikiran.

Selena mengangguk pasrah. Ia pun memunggungi Rani. Tak disangka, bulir airmata hangat meluncur bebas di pipi Selena. Namun, tentu saja kali ini Rani tidak mengetahuinya karena Selena memunggunginya. Ia cepat-cepat menghapus air matanya dan segera untuk beristirahat.

******

1
Risa Sangat Cuantik
Selena beri pelajaran sama Bhima dengan cara kamu ngga mau menemui dia
Risa Sangat Cuantik
Gara gara omongan Bhima Selena jadi pingsan tuh
Risa Sangat Cuantik
Selena ngga usah pikirkan ancaman Bhima
Risa Sangat Cuantik
Selena jangan jangan yang menuduh kamu plagiarisme teman kantor kamu
Risa Yayang Married
Bhima Selena pasti sakit gara gara ancaman kamu tuh
Risa Yayang Married
Bhima kamu sudah minta maaf tapi Selena ngga mau ketemu kamu
Risa Yayang Married
Bhima kamu tega banget fitnah Selena dan mengancam Selena
Risa Yayang Married
Selena kamu di tuduh melakukan plagiarisme
Risa Cantik Dan Lucu
Selena ternyata kamu suka sama boneka sampai di kamar kost kamu banyak boneka
Risa Cantik Dan Lucu
Bhima percuma kamu menunggu Selena karena dia ngga mau ketemu kamu
Risa Cantik Dan Lucu
Selena kamu sampai pingsan di tempat kerja pasti banyak pikiran
Risa Cantik Dan Lucu
Ternyata berita bahwa Selena melakukan plagiarisme sudah tersebar
Risa Sangat Happy
Selena mending kamu temui Bhima kasihan dia
Risa Sangat Happy
Bhima pasti kamu menyesal telah menuduh Selena
Risa Sangat Happy
Bhima kamu keterlaluan sampai mengancam Selena membuat Selena kepikiran terus
Risa Sangat Happy
Selena kamu sabar dalam menghadapi ujian yang bertubi tubi ya
Risa Imuet
Selena sama Bhima mending kalian bekerjasama mencari orang yang fitnah kalian
Risa Imuet
Bhima sekarang kamu baru menyesal telah menuduh Selwna
Risa Imuet
Kalau Bhima ngga mau membayar biaya kerusakan laptop Selena kasihan Selena kalau bayar pakai tabungannya
Risa Imuet
Selena sama Bhima banyak pikiran karena di fitnah orang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!