NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Pernikahan Kilat / Angst / Romansa / Pihak Ketiga / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Aruna Mayswara terpaksa menerima pernikahan yang digelar dengan Jakson Mahendra-mantan kakak iparnya sendiri, lelaki yang sempat mengeyam status duda beranak satu itu bukan tandingan Aruna. Demi sang keponakan tercinta, Aruna harus menelan pahitnya berumah tangga dengan pria yang dijuluki diam-diam sebagai 'Pilot Galak' oleh Aruna dibelakang Kinanti-almarhumah kakak perempuannya. Lantas rumah tangga yang tidak dilandasi cinta, serta pertengkaran yang terus menerus. Bisakah bertahan, dan bagaimana mahligai rumah tangga itu akan berjalan jika hanya bertiangkan pengorbanan semata.

***

"Nyentuh kamu? Oh, yang bener aja. Aku nggak sudi seujung kuku pun. Kalo bukan karena Mentari, aku nggak mungkin harus kayak gini," tegas Jakson menatap tajam Aruna.

"Ya, udah bagus kayak gitu dong. Sekarang tulis surat kontrak nikah, tulis juga di sana perjanjian Mas Jakson nggak akan nyentuh tubuhku," ujar Aruna menggebu-gebu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18. PERDEBATAN ARUNA DAN JAKSON

Lima menit keheningan melanda keduanya, sebelum desahan berat Jakson mengudara. Manik mata hitam legam Jakson melirik ke arah Aruna, sudah berapa minggu mereka berdua bersama. Jakson bahkan tidak ingat jelas bagaimana dia menikahi Aruna, semuanya berjalan seperti sebuah mimpi panjang untuk Jakson lalui.

"Aku tau kamu maupun aku, sama-sama menikah karena kepentingan Mentari. Kamu yang dirugikan di sini," tutur Jakson lirih, "karena itu, aku ingin meminta maaf padamu."

Jari jemari lentik Aruna saling bertautan, menahan napas untuk sesaat. Aruna membalas tatapan mata Jakson-suaminya, dahinya berlipat.

"Apa yang sebenarnya mau Mas Jakson omongin, kok rasanya mutar-mutar nggak jelas. Aku mendadak nggak paham," kata Aruna, ekspresi wajahnya terlihat semakin serius.

Jakson mengulum bibir, "Aku akan memberikanmu kompensasi atas kerugian yang kamu alami. Baik secara fisik maupun psikis, aku akan bertanggung jawab secara finansial untukmu, Aruna."

"Tanggung jawab secara finansial," ulang Aruna, dahinya semakin berkerut, "maksudnya Mas Jakson adalah mau bercerai secepatnya denganku. Lalu menikahi Mbak Elena tatapi, Mas Jakson akan tetap kasih uang buat aku. Gitu 'kan yang Mas Jakson maksud?"

Jakson terkesiap mendengar penuturan Aruna yang tenang dan tepat sasaran, tidak heran Kinanti memuji adiknya ini. Aruna cukup cepat tanggap, tatapan matanya terlihat menyipit ke arah Jakson seakan-akan meminta kepastian.

"Mungkin..., aku tidak tau bagaimana keputusan yang pas buat kamu maupun aku, Aruna. Satu sisi aku nggak mungkin terus bersamamu tapi, di sisi lain kamu-ah, yang pasti aku kebingungan saat ini," balas Jakson, ia mengarang frustrasi pada akhirnya.

Aruna terkekeh mencemooh, "Oke, aku pribadi nggak masalah kalo Mas Jakson mau pisah. Toh, pernikahan konyol ini bukan karena Mas Jakson mencintaiku, begitu pula sebaliknya. Kita bukan dua orang yang saling cinta."

"Kam—"

"Tapi, satu syarat dariku. Aku nggak butuh duit Mas Jakson, atau tanggung jawab Mas Jakson. Kalo syarat ini Mas Jakson bisa penuhi, aku akan bercerai dengan damai. Berjuang juga buat bujuk Mama dan Papa di kampung buat nggak marah sama Mas Jakson," potong Aruna lebih dulu, sebelum Jakson berbicara kembali.

Kedua mata Jakson terlihat berbinar, ada harapan untuk dirinya berpisah dengan Aruna. Perpisahan yang tentunya tidak akan pernah membuat ia berada di posisi bersalah, karena wanita berparas ayu ini pun menyetujuinya. Apalagi bersedia membujuk ibu dan ayah mertuanya.

"Apa? Apa yang kamu inginkan sebagai syaratnya," sahut Jakson antusias.

Aruna melipat kedua tangannya di bawah dada, "Hak asuh Mentari, aku pingin Mas Jakson kasih aku sepenuhnya hak buat ngasuh dan membesarkan Mentari. Selama Mentari di bawah pengasuhanku, aku nggak mau keluarga Mas ikut campur tangan. Begitu juga dengan Mas Jakson, Mas boleh datang buat ketemu Mentari tetapi nggak boleh ngajak Mbak Elena apalagi terlalu sering."

Mata Jakson melotot mendengar syarat tidak masuk akal yang diberikan oleh Aruna padanya, Mentari adalah putrinya darah daging Jakson sendiri. Bagaimana bisa Aruna ingin memisahkan mereka berdua, apalagi Jakson sebelumnya bersedia menikahi Aruna karena Mentari. Apa gunanya ia menikah dengan Elena dan membesarkan putri Elena. Sementara putrinya dijauhkan dari Jakson, kepala Jakson sontak mengeleng.

"Oh, nggak bisa begitu dong. Aku ini ayahnya Mentari, aku jauh lebih berhak ngasuh putriku. Kamu itu cuma tantenya, bukan ibunya. Atas dasar apa kamu mau seenaknya gini, huh," tukas Jakson menggebu-gebu, terpancing emosi.

Bibir Aruna terbuka, suaranya tertahan di kerongkongan. Kedua tangan Aruna mengepal kuat, mati-matian menahan laju bantahan yang disuarakan oleh hatinya. Aruna menarik napas dan membuangnya kasar melalui mulut, kepala Aruna mengangguk sekilas. Kedua tangan yang dilipat di bawah dada diturunkan, sebisa mungkin untuk tidak ikut emosi menghadapi Jakson.

"Ya..., kupikir awalnya Mas Jakson bakalan berubah. Nyatanya tetap sama, aku yang bodoh. Tau begini lebih baik sedari awal tidak usah membuka obrolan." Aruna bangkit dari posisi duduknya diikuti oleh Jakson.

"Duduk Aruna! Aku belum selesai ngomong," titah deep voice Jakson memberikan perintah.

Aruna melirik Jakson dari sudut ekor matanya, sorot mata yang penuh kebencian dan rasa jijik yang bergelora. Pria ini yang sudah menghancurkan semuanya, mendorong Aruna tanpa pilihan lagi dan lagi. Lucunya Jakson sama sekali tidak tahu, seberapa tidak sukanya Aruna pada Jakson selama ini.

"Aku capek, aku mau istirahat. Mas Jakson cukup pikirin aja apa yang barusan aku minta, bukanya Mas Jakson sudah terbiasa bertingkah egois. Memaksakan kehendak, berbuat egois buat sekali lagi nggak akan ada masalah Mas. Nikahi perempuan itu, dan bebas menikmati pernikahan bahagia tanpa gangguan dari pihak mana pun termasuk dari Mentari," kata Aruna tajam bak pedang yang langsung menusuk tepat sasaran.

Jakson mengerang kasar Aruna mengayunkan langkah kakinya meninggalkan ruang tamu, tidak peduli bagaimana pemikiran yang bergelayut di otak Jakson saat ini. Aruna tidak peduli bagaimana cara pandang Jakson padanya, Aruna jujur mengatakan jika dirinya terlalu lelah saat ini.

...***...

Viki berdecak mendengarkan curhatan sang sahabat yang dinilai mengesalkan untuk didengarkan, untung saja Jakson adalah sahabat karibnya. Hingga Viki mencoba menahan diri untuk memaki Jakson mengabsen seluruh isi kebun binatang, pembicaraan yang berakhir kekalahan telak di tangan Jakson.

"Lah, iya 'kan. Kamu tinggal pilih aja, mau hidup bareng Elena dan putrinya. Atau mau tetap mempertahankan Mentari dengan cara menjadikan Aruna tetap sebagai istrimu," kata Viki, "oh come on, Jakson. Dibanding kamu terpaku sama Elena, kenapa nggak benar-benar coba buka lembaran baru sama Aruna. Dia perempuan baik-baik, sosok perempuan yang nggak akan pernah nyakitin putrimu. Dia paling tulus, sementara Elena? Dia punya putrinya sendiri. Apa yang terbaik udah pasti yang utama dan pertama buat putrinya."

Jakson bergumam tak jelas, itu benar adanya. Hanya saja bagaimana bisa memaksa perasaan yang masih untuk orang lama, bahkan Kinanti yang mirip dengan Elena saja tidak mampu melunturkan perasaan Jakson pada Elena. Tidak mampu mendepak wanita di masa lalu Jakson jauh-jauh dari hatinya, apalagi Aruna wanita yang sama sekali tidak Jakson cintai.

"Aku nggak bisa hidup tanpa perempuan yang aku cintai, Vik," tukas Jakson.

"Yakin? Lalu selama bertahun-tahun itu apa. Kamu nikahin Kinanti bisa tuh tanpa cinta. Lalu apa salahnya sekarang?" tanya Viki, alis matanya ditarik tinggi ke atas dan diturunkan.

"Ya, bedalah."

Kepala Viki mengangguk, "Iya, beda karena Aruna bikin kamu nggak nyaman. Nggak nyaman dengan perasan bersalahmu itu, kamu takut kalo mencoba maka kamu bakalan benar-benar jatuh cinta padanya. Begitu maksudmu."

Tatapan dan ekspresi Viki seakan tengah meledek, Jakson membuang muka. Tidak ingin melihat cara Viki kini menatap ke arahnya, sementara Viki berdecak kesal. Jakson memilih meraih makannya di atas meja, membuka bungkus roti.

Tangan Viki meraih minumannya, menggeleng kepala sembari berdecak frustrasi menatap Jakson. Viki menyesap minuman di cup, sementara Jakson mengunyah makanannya dengan tenang.

Bersambung...

1
Reni Anjarwani
binggung yaa kisahnya
Mymy Zizan
bagussssss
Suryani Tohir
llanjut
Suryani Tohir
next
Shafa Ayudia
ceritanya bagus, banyak plot twist nya. bagi yg suka cerita seru dan menantang,sangat recommended untuk dibaca.
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak, dan makasih atas ulasannya ❤️☺️
total 1 replies
Shafa Ayudia
ceritanya bagus kak, semangat updatenya yaa
Dhanvi Hrieya: siap, kakak ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!