Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 18
Rima masih memikirkan Aryo yang tiba-tiba acuh saat pagi meninggalkan dirinya. Bahkan terlihat sekali Aryo buru-buru untuk pulang.
" Apakah dia begitu mencintai istrinya? Apakah benar cintanya untuk sudah tidak ada? Benarkah dia sudah menghapus sepenuhnya aku dari kepalanya?"
Rima melihat jelas bahwa ekspresi wajah Aryo sangat khawatir. Padahal ia sangat senang saat Aryo bergegas datang untuk merawat dirinya yang sakit. Ia menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir semua pikirannya itu. Satu sisi berusaha untuk acuh, tapi di sisi lain masih mengharap sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi.
Wanita itu membuka koran, ia memantapkan dirinya untuk mencari pekerjaan agar bisa melupakan kesedihannya ditinggal sang putri. Ia lalu melihat satu persatu iklan lowongan pekerjaan yang ada di Batavia News. Rima melingkari beberapa yang sesuai dengan pendidikannya dan mulai membuat lamaran pekerjaan.
" Semoga ada panggilan dari beberapa yang aku kirim. Apakah waktunya aku untuk pulang? Aah, nanti saja dulu. Bagaimanapun papa tidak akan mudah memaafkan aku. Sebaiknya seperti ini dulu saja."
Hari itu, Rima mengeposkan surat lamaran di berbagai instansi yang sesuai dengan kualifikasi dirinya. Dia tidak akan menunda apa yang harus dia lakukan.
Sedangakan Aryo, semenjak kejadian malam itu dimana dirinya tidak pulang menjadikan hubungannya dengan Sekar semkin dingin. Sekar tidak lagi banyak bicara, wanita itu memilih diam jika tidak diajak bicara. Tapi Sekar masih melakukan aktivitas paginya seperti memasak. Di kediaman Suseno memang tidak ada pembantu rumah tangga, maka dari itu sebagai seorang menantu Sekar merasa dirinya harus bekerja sama dengan Asriati untuk mengurus rumah.
" Apakah hari ini akan lembur lagi nduk?" tanya Asriati di sela kegiatan mereka menyiapkan sarapan.
" Iya ibu. Banyak sekali pekerjaan yang menunggu. Apalagi rumah sakit sedang mengajukan akreditasi. Sekar minta maaf ya bu karena tidak bisa membantu ibu mengurus rumah saat sore hari," jawab Sekar penuh sesal.
" Bukan itu nduk cah ayu. Tenaga ibu masih sangat baik dan kuat untuk melakukan semuanya sendiri. Ibu hanya khawatir kamu kelelahan. Ibu lihat kamu pasti pulang di atas jam 10 malam."
Asriati membuang nafasnya kasar. Dia mengusap lembut kepala sang menantu. Ada sebuah perasaan yang mengganjal dalam hatinya melihat hubungan putra dan menantunya. Ia tahu, Sekar berusaha menjaga jarak dengan Aryo, dan Aryo sendiri belum terlihat usahanya untuk melakukan sesuatu agar hubungan mereka menjadi baik.
" Ibu tidak perlu khawatir. Sekar makan dengan baik, dan bisa menjaga diri dengan baik. Ibu jangan banyak berpikir ya, nanti malah sakit."
Asriati pasrah, ia sudah dapat cerita dari Ida, bahwa menantunya itu memnag gila kerja. Setelah selesai menyiapkan sarapan Sekar bergegas berangkat ke rumah sakit. ia tidak menyentuh sarapan yang dia buat. Tapi seperti kegiatan memasak yang tetap dilakukan, Sekar juga tetap membuatkan Aryo kopi dan menyajikannya di meja makan.
Aryo yang baru keluar kamar melihat sekeliling. Dia tidak menemukan Sekar di sana. hanya sang ibu yang duduk di ruang makan.
" Tidak usah dicari, bukannya kamu tidak peduli kepada istrimu itu. Sepertinya ibu salah membawa Sekar kesini. Ibu terlihat sangat jahat membiarkan dia terjebak degan laki-laki sepertimu."
Kreeek! Tak! Tak! Tak!
Asriati memundurkan kursinya lalu melangkah pergi menjauh dari ruang makan. Ia sungguh sangat kesal kepada Aryo dan memilih untuk tidak berbicara banyak.
Aryo hanya bisa membuang nafasnya kasar saat ia ditinggalkan sendiri di sana. Semenjak hubungannya dengan Sekar menjadi dingin, ibu dan bapaknya pun seolah menjauhi dirinya.
Ia menatap nanar kopi yang dibuat oleh Sekar. Setelah sejenak terdiam, akhirnya Aryo meminum kopi itu," Selalu enak. Kopi buatan mu selalu pas di mulut, tenggorokan, dan perutku. Apa yang harus aku lakukan padamu? Permintaan maafku beberapa waktu lalu, sama sekali tidak kau indahkan. Haaah!"
Aryo mengusap wajahnya dengan kasar. Saat ini dia sungguh bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Haruskah dia mengulang permintaan maafnya lagi?
Aryo langsung bangkit dan segera berjalan keluar. Sepertinya dia punya sebuah ide. Senyum pria itu mengembang sempurna.
" Aku akan datang," gumamnya lirih.
🍀🍀🍀
Sekar sampai di rumah sakit lebih lambat dari sebelumnya. Rupanya dia harus ke kantor polisi dulu untuk mengurus kasus yang waktu itu.
Nirwan dan Dinda dinyatakan bersalah, dan apa yang mereka ambil harus dikembalikan ke Rumah Sakit Mitra Harapan.
" Haah, akhirnya masalah ini selesai juga. Semoga tidak adal lagi yang seperti ini kedepannya nanti."
Sebuah tarikan nafas lega dilakukan oleh Sekar karena berhasil menyelesaikan permasalahannya rumah sakit kali ini. Namun wajahnya kembali murung ketika mengingat sang suami.
" Kau membohongiku! Kamu begitu tega berbohong kepadaku. Malam itu kamu jelas pegi entah kemana, tapi kamu sama sekali tidak mau mengatakannya. Kamu hanya minta maaf, padahal aku butuh penjelasan. Sial!"
Sekar memukul setir kemudinya. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri karena masih teringat dengan hal itu. Tapi detik selanjutnya ia menegaskan dirinya bahwa tidak akan peduli lagi. Terserah, saat ini seperti sekarang lebih nyaman. Tidak perlu saling bersinggungan dan tidak perlu saling mengurusi.
Ia pun kembali menyalakan mobilnya dan bergegas menuju ke rumah sakit. Dinda keluar berada di harus segera mendapatkan pengganti. Pun dengan Nirwan, meskipun begitu dia tidak akan terburu-buru. Yaris mencari karyawan yang tidak bermasalah seperti sebelumnya.
Ckiiit
Sekar memarkirkan mobilnya di depan gedung rumah sakit. Saat turun, sebuah senyuman hangat ditampilkan seseorang kepadanya. Siapa lagi kalau bukan dr. Syah. Dokter muda itu beberapa kali terlihat bersama dengan Sekar.
Akan tetapi sekar sama sekali tidak memiliki perasaan lebih kepada pria tersebut. Mondi yang berkali-kali memperingatkan Sekar selalu mendapatkan jawaban tegas darinya, bahwa dia tidak ada perasaan sedikitpun kepada dr. Syah.
" Sudah sarapan?" tanya dr. Syah yang dijawab gelengan kepala oleh Sekar. " Ayo, aku akan membawamu sarapan enak kali ini."
Entah mengapa kali ini Selar begitu patuh. Biasanya ia hanya akan mau makan di kantin, tapi kali ini Syah membawa Sekar keluar.
" Mau makan apa memangnya?"
" Bubur ayam."
Syah memesan dua bubur ayam. Sembari menunggu pesanan, mereka saling bercerita. Keduanya terlihat begitu menyenangkan saat berbicara. Bahkan sesekali Sekar tertawa. Rupanya hal itu dilihat oleh seseorang yang menunjukkan raut wajah tidak suka.
" Siapa pria itu, mengapa dia begitu senang bersama pria itu?"
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir