Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 17
Tati memicingkan matanya ke arah Brian. Dia belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya barusan. Bagaimana bisa pria itu punya nomor papanya.
Namun, karena suara Temmy tersebar panik. Karena Temmy memang sedang sangat khawatir pada putrinya yang menghilang. Dan berharap satu telepon saja, bisa memberikannya petunjuk. Makanya dia juga langsung menerima semua panggilan telepon yang datang padanya.
"Kamu masih hutang penjelasan pada ku, Tuan!" seru Tati, sembari meraih ponsel Brian.
Tati tak menyia-nyiakan waktu, dia segera berbicara dengan ayahnya.
"Papa"
[Tati, ini benar kamu, nak? Ya Tuhan akhirnya putri ku menghubungi ku.]
Tati merasa sedih mendengar suara ayahnya yang bergetar. Tati tahu, kedua orangtuanya pasti sangat mengkhawatirkan dirinya. Belum apa-apa, mata Tati sudah berkaca-kaca.
"I.. iya pah! ini Tati. Maaf sudah membuat papa dan mama khawatir. Papa dan mama gimana? Kalian baik-baik saja kan? tanya Tati, ia melangkah perlahan, menjauh dari Brian.
Dia tidak ingin bicara dengan Brian. Dia sudah punya niat untuk mengatakan apa yang terjadi, berharap papanya bisa menolongnya.
Grap.
Sayangnya rencananya gagal, Brian mencekal pergelangan tangan Tati, lalu menggeleng. Membuat wanita itu gak bisa lagi melangkah menjauh darinya.
'Apa dia bisa baca pikiranku? kenapa dia mencegahku mencegahku menjauh. Kan aku mau bilang sama papa untuk menyelamatkan aku!' batin Tati.
Tati menatap galak Brian, gak terima dengan sikapnya.
Sreeek.
Tanpa ragu, Brian menarik Tati dalam dekapannya.
Brugh.
"Akkkhhh!" pekik Tati dengan keterkejutannya.
Punggung Tati berada tepat di dada bidang Brian, keduanya kini tanpa jarak. Dengan tangan Brian yang berada tepat di perut Tati. Menahan pergerakan wanitanya itu.
[Tati, kamu kenapa sayang? Jawab papa, nak!] tanya Temmy dengan panik dari sambungan telepon
Belum Tati menjawab, kini suara Talita yang terdengar gak kalah panik dari sang suami.
[Sayang Tati, jawab mama! Kamu kenapa? Apa kamu di jahati seseorang, nak? Katakan pada mama, kamu di mana sekarang?] cecar Talita.
"Jangan coba-coba mengatakan hal lain selain apa yang aku katakan padamu sebelumnya! Atau ini, akan jadi kali terakhir kamu mendengar suara orang tua mu!" bisik Brian di telinga sebelah kiri Tati.
Tanpa ragu Brian bahkan menjadikan bahu Tati sebagai sandaran dagunya. Memiringkan kepalanya, menatap lekat wajah Tati lalu mengerlingkan matanya.
Tati bergidik ngeri, namun tubuhnya gak bisa memungkiri, ia takut dengan Brian. Takut pria itu lepas kendali dan menghujaninya kembali tanpa ampun.
'Mas Junet aja gak pernah bersikap seperti ini pada ku!' pikir Tati.
"A... aku baik-baik saja pah, mah! Itu tadi ada kecoa, Tati geli melihatnya!" dusta Tati.
Wajah Brian sedikit mengeras. Pikirnya wanita itu tidak bisa cari alasan lain apa? kenapa harus kecoa? memangnya dia menggelikan seperti kecoa? sungguh Brian tak pernah bisa habis pikir, dengan otak wanita yang membuatnya terobsesi itu.
Bukan lagi suara Temmy mau pun Talita. Kini suara Josep yang terdengar dengan cemas.
[Ti, ini aku Josep. Katakan pada ku, kamu sekarang di mana? Aku akan menjemput mu, Ti! Om Temmy, tante Talita dan aku, kami semua mengkhawatirkan mu, Ti!]
Tati berusaha melepaskan diri dari dekapan Brian yang semakin erat. Pria itu menunjukkan ketidak sukaannya mendengar pria lain bicara dengan Tati.
Brian mengeretukkan giginya kesal, 'Sialaan, aku mengizinkannya bicara dengan orang tuanya, bukan dengan pria lain!' kesalnya dalam hati.
"A...aku baik baik aja, Jo! Kalian jangan cemas. Aku cuma ingin menepi dari kesibukan sebagai seorang istri dari mas Junet, pah, mah!" seru Tati berusaha meyakinkan orang tuanya.
[Bukan begini cara mu untuk lari dari masalah, Ti! Mama dan papa akan dukung kamu untuk berpisah dari Junet.]
Tati mendengar suara ayahnya, ayahnya bicara seperti itu.
[Kamu gak sendiri, nak! Ada mama dan papa, kamu bisa ceritakan semua masalah mu pada kami, nak! Gak harus kamu rasakan sendiri!]
Tati semakin sedih, suara ibunya seperti terisak.
[Pulang ya, Ti! Atau kamu mau papa dan mama yang menyusul mu, Ti? Katakan pada mama… kamu kemana, Ti?]
Tati benar-benar sedih, ibunya terus bicara dengan suara terisak. Ibunya pasti sangat khawatir padanya sekarang. Tapi, kalau dia bilang dimana dia, sementara Brian tahu. Yang ada bukannya pulang, dia pasti akan disiksa lagi, dan di pindahkan lagi ke tempat lain.
"Mah, pah! Tati gak apa-apa. Tolong percaya ya sama Tati! Tati sudah dewasa, mah! Tati baik-baik aja. Buktinya Tati bisa menghubungi mama dan papa kan! Oh iya mah, tolong mama dan papa lepaskan mas Junet. Beri mas Junet kesempatan untuk menebus kesalahannya. Tati mohon ya, mah! Masalah ini biar jadi masalah Tati dan mas Junet." pinta Tati dengan sungguh sungguh.
[Ya Tuhan Ti, terbuat dari apa hati mu, nak! Suami mu sudah berselingkuh dengan sekretarisnya! Mama, papa, Josep dan mang Mamat jadi saksinya. Kami melihatnya sendiri suami mu sedang bermain gila di hotel, Ti!]
Kedua kaki Tati lunglai, Brian dapat merasakan nya dengan tubuh Tati yang sepenuhnya menyandar pada dada bidangnya.
Tati seakan kehilangan pijakannya. Wanita itu tampak syok mendengar pengakuan sang ibu.
'Jadi apa yang dikatakan Tuan bejat itu benar? Mas Junet berselingkuh dengan Monika? Dan selama ini aku buta? Mata ku tertutupi dengan perasaan yang ku miliki untuk mas Junet? Kejam sekali kamu mas! Kamu menyerahkan tubuh ku pada pria lain? Keterlaluan kamu mas!' pikir Tati dengan mata berembun, air mata gak bisa lagi terbendung.
Sreek.
Ponsel yang semula berada dalam genggaman Tati, terlepas dari genggamannya. Namu dengan sigap, Brian menangkapnya dan mengakhiri sambungan teleponnya.
Grepp
Brian menggendong Tati, dengan pasti ia membawa wanita itu tanpa perlawanan sedikit pun dari Tati.
"Kamu percaya pada ku sekarang? Suami mu tidak pernah setia pada mu, Tati!" seru Brian, seakan menyadarkan Tati dari kenyataan yang pahit.
"Bisa gak, kamu gak usah bahas dia, Tuan bejat! Gak tau apa aku ini lagi kecewa berat!" seru Tati dengan terisak.
Brian mendudukkan dirinya di tepian tempat tidur, dengan Tati yang berada di atas pangkuannya.
Brian terkekeh, "Aku kau katakan Tuan bejat, lalu suami sialan mu… kamu sebut apa?" tanya Brian yang merasa wanita di pangkuannya itu memang cukup unik.
***
Bersambung…