NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Sudah beberapa bulan mereka bersembunyi dan tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan mereka.

Sania juga tidak pernah menghubungi Papa Erwin yang sudah memintanya untuk tidak menghubunginya.

Pagi itu Sania sudah bangun dan membuat sarapan untuk suaminya.

"Selamat pagi, sayang. Kenapa nggak membangunkan aku?" tanya Bima sambil mencium pipi istrinya.

"Semalam kamu lembur lagi, Bim. Dan aku tidak tega membangunkan kamu." jawab Sania.

Sania segera menyiapkan sarapan dan kopi hangat untuk suaminya.

"Ayo, sayang. Kita sarapan dulu."

Sania menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Bima yang selalu sabar dengannya.

Di saat akan makan, tiba-tiba Sania merasakan perutnya yang tidak enak sama sekali.

"Bim, aku ke kamar mandi dulu." ucap Sania yang bergegas berlari menuju ke kamar mandi.

Disana ia memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya.

Bima segera bangkit dari duduknya saatmendengar suara muntahan dari arah kamar mandi.

“San?” panggilnya cemas.

Tanpa menunggu jawaban, ia berlari menuju kamar mandi.

Saat membuka pintu, ia melihat Sania berjongkok

di lantai, tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, dan air mata mengalir di pipinya.

“San! Kamu kenapa? Sakit di bagian mana?” Bima langsung berlutut dan menopang bahu istrinya.

Sania menggelengkan kepalanya sambil memegang perutnya.

“A-aku nggak tahu, Bim. Perutku mual sejak tadi pagi rasanya nggak enak.”

Bima membopong tubuh istrinya dan membawanya ke atas tempat tidur.

Dengan cepat ia mengambil stetoskop dan termometer dari laci kecil di samping ranjang, lalu kembali ke sisi Sania.

Ia menatap wajah istrinya yang pucat, kemudian mengusap pipinya dengan lembut.

“Napas kamu pelan, San. Coba tenang dulu, ya.”

Sania menganggukkan kepalanya dan berusaha menghilangkan rasa mual yang ada di perutnya.

Bima memasang termometer di bawah lengan Sania, memastikan ia tetap bersandar nyaman di bantal.

Setelah beberapa detik, ia melihat hasil dari termometer.

“Tidak demam,” gumam Bima.

Kemudian ia menempelkan stetoskop ke perut dan dada Sania, mendengarkan dengan seksama.

Sania menatap wajah suaminya dengan perasaan gelisah.

"Aku kenapa, Bim?" tanya Sania.

Bima berhenti sejenak, lalu ia tersenyum ke arah istrinya.

"Sudah berapa minggu kamu terlambat datang bulan?" tanya Bima.

"Astaga, Bim. Sudah lima mingguan aku terlambat datang bulan." jawab Sania.

Untuk memastikannya, Bima mengambil jaket dan pergi ke kota

"Tunggu disini dan jangan kemana-mana. Aku mau ke apotik dulu."

Sania menganggukkan kepalanya sambil merebahkan tubuhnya.

Bima menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraan kecil itu keluar dari halaman rumah mereka.

Ia menengok ke kaca spion sekali lagi, memastikan Sania masih terlihat di jendela sebelum akhirnya jalanan lengang menyambutnya.

Satu jam kemudian ia menghentikan mobilnya di depan apotik.

Ia lekas membeli tes kehamilan dan beberapa obat serta vitamin untuk berjaga-jaga jika memang Sania sedang hamil.

Setelah dari apotik, ia membeli beberapa bahan pokok dan buah-buahan.

Melihat semua belanjaan yang sudah ia beli, Bima kembali melajukan mobilnya.

Ia harus berhati-hati saat menyetir, agar tidak ada anak buah Salvatore yang mengetahuinya.

Di perjalanan pulang, Bima berkali-kali melihat kaca spion.

Setiap mobil yang melintas membuat jantungnya ikut berdegup keras.

“Tidak boleh ceroboh, tidak boleh,” gumamnya sambil menggenggam setir lebih kuat.

Ia mempercepat laju mobil, menyusuri jalanan kecil menuju tempat persembunyian mereka.

Hutan pinus menghalangi sebagian besar pandangan dari jalan besar—itulah mengapa tempat itu aman selama ini.

Begitu sampai di halaman rumah kecil itu, Bima mematikan mesin mobil dan segera turun.

Ia menenteng tas belanjaan dan bergegas masuk ke rumah.

“San?” panggilnya.

Tidak ada jawaban dari Sania, jantung Bima langsung berdetak kencang hingga membuat dadanya sesak.

Ia menaruh belanjaan di meja dan langsung masuk ke kamar.

Di sana ia menemukan Sania sedang duduk bersandar di dinding dengan selimut menutupi tubuhnya.

Sania mengangkat wajah ketika melihat Bima.

“Bim...” ucapnya pelan.

Bima mendekat dan berlutut di hadapan istrinya.

“Kamu kenapa duduk di lantai? Pusing?” tanyanya cemas.

“Bukan, Bim. Aku takut sendirian." jawab Sania sambil menggigit bibirnya dan berusaha menyembunyikan kecemasannya.

Bima langsung menarik tubuhnya ke dalam pelukan.

“Bukankah aku sudah janji untuk pulang cepat," ucap Bima.

Kemudian Bima memberikan tes kehamilan kepada istrinya.

"Ayo, aku bantu kamu ke kamar mandi." ucap Bima.

Sania berjalan pelan-pelan menuju ke kamar mandi.

Disana ia mengambil gelas dan segera menaruh tes kehamilannya.

Jantungnya berdetak kencang saat melihat perubahan tes pek.

Beberapa menit kemudian ia melakukan ada dua garis yang terlihat jelas.

"A-aku hamil.." gumam Sania.

Sania menutup mulutnya dan setelah itu ia keluar dari kamar mandi.

Bima yang menunggunya langsung menghampiri istrinya.

"Bagaimana hasilnya? Apakah kamu sedang hamil?"

Sania menundukkan kepalanya dan berpura-pura sedih.

"Aku hamil, Bim."

Bima yang mendengarnya langsung memeluk tubuh istrinya.

Ia membalas pelukan itu dengan lembut, meski di balik senyumnya yang tampak rapuh, pikirannya dipenuhi kecemasan dan konflik yang ia sembunyikan.

"Tapi aku takut, Bim. Aku takut Salvatore menemukan kita dan.."

"Sssh..... Aku janji tidak akan pernah membiarkan Salvatore mendekati kita." ucap Bima.

Kemudian Bima mengajak istrinya untuk kembali ke kamar.

Bima mengambil nasi yang belum sempat mereka makan.

"Makanlah dulu, setelah itu minum obat dan vitamin."

Bima menyuapi istrinya dengan penuh kelembutan.

"Bim, terima kasih atas semuanya. Maaf, kalau aku belum bisa...,"

Bima menaruh piringnya dan langsung memandang wajah istrinya.

"San, kamu istriku. Tidak perlu berterima kasih. Kamu sudah memberikan hadiah yang sangat berarti bagi keluarga kita. Jadi, mulai sekarang aku nggak mau kamu bilang seperti itu lagi."

Bima mencium kening istrinya dan kembali menyuapi istrinya.

Setelah selesai makan, Bima meminta Sania untuk meminum obat dan vitaminnya.

"Sekarang istirahatlah, aku akan disini menemaninya kamu."

Bima bangkit dan mengambil selimut untuk menutup tubuh istrinya.

Ia duduk di kursi kecil di dekat jendela, membuka laptopnya perlahan agar tidak menimbulkan suara besar.

Suara klik lembut terdengar ketika layar menyala, memantulkan cahaya kebiruan ke wajahnya yang tegang.

Ia melihat rekaman cctv yang ia pasang di jalur hutan.

Ia juga sudah memegang beberapa jebakan disana.

Setelah melihat semuanya sudah aman, Bima naik ke atas tempat tidur dan menemani istrinya yang sedang tertidur pulas.

Ia menyandarkan punggungnya pada headboard, lalu menggeser tubuh sedikit mendekati istrinya.

Sania tidur dengan wajah tenang, napasnya teratur, selimut menutupi tubuhnya hingga dada.

Wajah pucatnya terlihat sedikit lebih hangat sekarang setelah mualnya mereda.

Jemarinya menyentuh ujung rambut Sania yang jatuh di atas bantal.

Dengan gerakan lembut, ia mulai membelainya, mengusap helai demi helai rambut itu.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!