NovelToon NovelToon
Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:355
Nilai: 5
Nama Author: blue_era

Di Surabaya, berdiri Sebuah pesantren megah pesantren Al - Ikhlas, sebuah lembaga pendidikan Islam yg dikenal dgn tradisi kuat dan menghasilkan santri" yg berprestasi. cerita ini mengikuti perjalanan 5.285 santriwan dan santriwati pesantren Al - ikhlas. ada banyak santri yg berjuang meraih keinginan orang tua dan menggapai mimpi mimpinya. namun terkadang menimbulkan pro dan kontra akibat persaingan di balik semua perjuangan para santri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue_era, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Hukuman yang Setimpal, Keadilan yang Ditegakkan dan Harapan akan Perubahan

Tepat pukul 07.30, aula utama pesantren telah dipenuhi oleh para santri, pengurus, dan seluruh elemen pesantren. Suasana khidmat dan penuh antisipasi menyelimuti ruangan. Mereka semua menanti kedatangan keluarga ndalem, yang kehadirannya sangat dinantikan untuk memulai pertemuan penting ini.

Tidak lama kemudian, keluarga ndalem memasuki aula utama. Abah Kyai Ghozali, Umi, Gus Arga, Ning Azzahra, para kakak, dan Mbak Ndalem berjalan bersama menuju tempat yang telah disediakan. Namun, ada dua sosok yang tidak terlihat dalam rombongan tersebut: Gus Hilman dan Gus Salman. Ketidakhadiran mereka disebabkan oleh urusan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan.

Ning Azzahra duduk di barisan belakang, tepat di belakang Gus Arga. Ia didampingi oleh Umi dan para Mbak Ndalem, yang selalu setia menjaganya. Sementara itu, Abah Kyai Ghozali, Gus Arga, dan para kakak lainnya duduk di barisan depan bersama para pengurus pondok.

Setelah semua orang menempati tempat duduk masing-masing, Gus Arga membuka pertemuan dengan membaca basmalah. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh hadirin yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam pertemuan penting ini.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa Gus Arga dengan suara lantang dan berwibawa. "Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita semua dapat berkumpul di aula utama ini dalam keadaan sehat walafiat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Abah Kyai Ghozali, Umi, para pengurus pondok, para asatidz, dan seluruh santri yang telah hadir dalam pertemuan ini."

Gus Arga kemudian menjelaskan tujuan dari pertemuan ini, yaitu untuk membahas secara serius tentang temuan barang-barang terlarang saat razia tadi malam dan perilaku kurang mengenakkan yang terjadi di lingkungan pesantren. Ia menekankan bahwa masalah ini harus segera diatasi agar tidak merusak citra dan kehormatan pesantren.

"Seperti yang kita ketahui bersama, tadi malam kita telah melakukan razia di seluruh area pesantren," lanjut Gus Arga. "Dalam razia tersebut, kita menemukan sejumlah barang terlarang yang seharusnya tidak berada di lingkungan pesantren. Selain itu, kita juga mendapatkan laporan tentang perilaku kurang mengenakkan yang dilakukan oleh sebagian santri."

Gus Arga menghela napas sejenak, lalu melanjutkan, "Masalah ini sangat serius dan tidak bisa kita anggap remeh. Kita harus segera mencari solusi yang tepat agar masalah ini tidak terulang kembali di masa depan. Oleh karena itu, dalam pertemuan ini, kita akan membahas secara mendalam tentang akar masalahnya, serta mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan."

Setelah menyampaikan pengantar, Gus Arga mempersilakan Abah Kyai Ghozali untuk memberikan arahan dan nasihat kepada seluruh hadirin. Abah Kyai Ghozali dengan bijaksana menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya menjaga adab, akhlak, dan etika sebagai seorang santri. Ia juga mengingatkan tentang tanggung jawab seluruh elemen pesantren dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan kebersihan di lingkungan pesantren.

"Saya berharap, pertemuan ini bisa menghasilkan solusi yang terbaik untuk pesantren kita," kata Abah Kyai Ghozali dengan penuh harap. "Saya juga berharap, seluruh santri bisa mengambil pelajaran berharga dari kejadian ini dan menjadi lebih baik lagi di masa depan."

Setelah Abah Kyai Ghozali memberikan arahan, Gus Arga mempersilakan para pengurus pondok untuk menyampaikan laporan dan usulan terkait dengan masalah yang sedang dihadapi pesantren. Para pengurus pondok menyampaikan laporan secara detail tentang temuan-temuan razia, serta usulan-usulan tentang langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah tersebut.

Suasana di aula utama menjadi semakin serius dan tegang. Seluruh hadirin mendengarkan dengan seksama setiap laporan dan usulan yang disampaikan oleh para pengurus pondok. Mereka semua berharap, pertemuan ini bisa menghasilkan solusi yang terbaik untuk pesantren tercinta.

Setelah mendengarkan laporan dan usulan dari para pengurus pondok, Gus Arga membuka sesi diskusi. Ia memberikan kesempatan kepada seluruh hadirin untuk menyampaikan pendapat, saran, dan kritik terkait dengan masalah yang sedang dibahas.

Para santri, asatidz, dan pengurus pondok memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan pendapat mereka dengan jujur dan terbuka. Mereka memberikan berbagai macam usulan tentang bagaimana cara meningkatkan keamanan, ketertiban, dan adab di lingkungan pesantren.

Setelah sesi diskusi selesai, Gus Arga mengambil alih kendali pertemuan. Ia merangkum seluruh pendapat, saran, dan kritik yang telah disampaikan, serta merumuskan langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mengatasi masalah yang ada.

Salah satu langkah yang paling penting adalah memberikan hukuman yang setimpal kepada para santri yang terbukti melanggar aturan dan berperilaku kurang mengenakkan. Gus Arga menegaskan bahwa hukuman ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar, serta memberikan pelajaran kepada seluruh santri agar tidak melakukan lagi.

Gus Arga menjelaskan secara detail mengenai jenis hukuman yang akan diberikan kepada para santri yang melanggar aturan dan berperilaku kurang mengenakkan. Hukuman ini dirancang untuk memberikan efek jera dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga adab, akhlak, dan ketertiban di lingkungan pesantren.

- Bagi Santri yang Membawa Alat atau Barang Terlarang:

- Hukuman: Berdiri di lapangan selama 3 malam berturut-turut.

- Tambahan: Membaca kitab Imrity dan Alfiyah.

- Tujuan: Hukuman ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para santri yang membawa barang terlarang, serta meningkatkan pemahaman mereka tentang ilmu agama. Berdiri di lapangan pada malam hari akan memberikan efek jera secara fisik dan mental, sementara membaca kitab Imrity dan Alfiyah akan menambah wawasan mereka tentang ilmu nahwu dan sharaf.

- Bagi Santri yang Berperilaku Kurang Mengenakkan:

- Hukuman: Menghafalkan kitab Jumhuriyah, Aqidatul Awam, Alfiyah, dan bait Masailnya.

- Waktu: 2 malam.

- Syarat: Harus hafal dan disaksikan oleh seluruh santri di lapangan.

- Tujuan: Hukuman ini bertujuan untuk memperbaiki akhlak dan perilaku para santri yang kurang mengenakkan. Menghafalkan kitab-kitab tersebut akan meningkatkan pemahaman mereka tentang ilmu tauhid, fiqih, dan nahwu, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga adab dan sopan santun. Disaksikan oleh seluruh santri di lapangan akan memberikan efek jera dan mempermalukan para pelanggar, sehingga mereka tidak akan mengulangi perbuatan mereka di masa depan.

- Bagi Santri yang Ketahuan Pacaran:

- Hukuman: Poin tertinggi dan nilai dihapus secara otomatis oleh sistem.

- Konsekuensi: Tertinggal jauh dan harus memulai dari awal.

- Tujuan: Hukuman ini bertujuan untuk mencegah perbuatan pacaran yang dilarang di lingkungan pesantren. Dengan menghapus poin tertinggi dan nilai, para santri yang ketahuan pacaran akan tertinggal jauh dari teman-teman mereka, sehingga mereka harus bekerja lebih keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Hukuman ini juga akan memberikan efek jera kepada para santri yang lain, sehingga mereka tidak akan berani melakukan perbuatan pacaran.

Gus Arga menekankan bahwa hukuman ini bukan bertujuan untuk menyiksa atau mempermalukan para santri. Hukuman ini bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki perilaku para santri, serta menciptakan lingkungan pesantren yang aman, nyaman, dan kondusif bagi proses belajar mengajar.

"Saya berharap, dengan adanya hukuman ini, seluruh santri bisa mengambil pelajaran berharga dan menjadi lebih baik lagi di masa depan," kata Gus Arga dengan penuh harap. "Saya juga berharap, pesantren ini bisa menjadi tempat yang aman, nyaman, dan penuh dengan keberkahan bagi kita semua."

Dalam pertemuan di aula, setelah membahas berbagai pelanggaran dan sanksi, Gus Arga beralih ke topik kepemilikan dan penggunaan handphone (HP) di kalangan santri. Ia menjelaskan bahwa aturan pesantren melarang santri memiliki HP, terutama yang memiliki fitur kamera dan akses internet, tanpa izin khusus.

Berikut adalah rincian hukuman bagi santri yang kedapatan membawa HP secara ilegal:

- Penyitaan HP: HP yang ditemukan akan disita oleh pengurus pesantren dan disimpan selama jangka waktu tertentu (misalnya, satu semester atau satu tahun), tergantung pada kebijakan pesantren.

- Peringatan dan Pembinaan: Santri yang bersangkutan akan mendapatkan peringatan keras dari pengurus pesantren dan akan mengikuti sesi pembinaan mengenai penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai pesantren.

- Hukuman Fisik (Opsional): Beberapa pesantren mungkin menerapkan hukuman fisik ringan, seperti push-up, lari keliling lapangan, atau membersihkan area pesantren, sebagai bentuk disiplin. Namun, praktik ini semakin jarang dilakukan dan harus sesuai dengan aturan yang berlaku serta tidak melanggar hak asasi manusia.

- Pengurangan Poin: Santri yang melanggar akan mendapatkan pengurangan poin kebaikan, yang dapat memengaruhi penilaian perilaku dan kesempatan untuk mendapatkan penghargaan atau beasiswa.

- Skorsing: Jika pelanggaran dilakukan berulang kali atau dianggap berat, santri dapat dikenakan skorsing, yaitu larangan mengikuti kegiatan belajar mengajar selama beberapa hari atau minggu.

- Pemanggilan Orang Tua: Pihak pesantren akan menghubungi orang tua atau wali santri untuk memberitahukan pelanggaran yang dilakukan dan meminta kerja sama dalam mendidik santri agar mematuhi aturan pesantren.

- Dikeluarkan dari Pesantren (Jika Sangat Parah): Dalam kasus pelanggaran yang sangat berat dan tidak menunjukkan perubahan perilaku setelah diberikan berbagai sanksi, santri dapat dikeluarkan dari pesantren.

Gus Arga menekankan bahwa aturan ini dibuat demi kebaikan para santri sendiri. HP, jika tidak digunakan dengan bijak, dapat mengganggu konsentrasi belajar, memicu perilaku negatif, dan menjauhkan santri dari kegiatan-kegiatan positif di pesantren.

"Kami tidak ingin kalian terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk karena HP," ujar Gus Arga. "Kami ingin kalian fokus belajar, beribadah, dan mengembangkan diri menjadi generasi yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara."

Gus Arga juga menambahkan bahwa pesantren akan menyediakan fasilitas komunikasi yang memadai bagi para santri untuk menghubungi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!